Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Keluarga » 12 Contoh Kasus Shaping Dalam Modifikasi Perilaku

12 Contoh Kasus Shaping Dalam Modifikasi Perilaku

by Derina Asta

Shaping merupakan sebuah pembentukan dari sebuah prinsip dasar modifikasi perilaku yang baru dan sebelumnya belum pernah dilakukan oleh seorang individu dari sukar atau tidaknya dapat dimunculkan dari sebuah perilaku dengan memberi pengukuhan apabila sudah terjadi perilaku-perilaku yang serupa atau hampir diinginkan  dan pada akhirnya timbul perilaku baru yang diinginkan.

Sehingga shaping juga bisa katakan sebagai sebuah cara yang dilakukan agar terbentuk tingkah laku dan perilaku dari seseorang karena dari perilaku tersebuh dilakukan untuk meningkatkan sebuah frekuensi perilaku, untuk itu agar perilaku tersebut menjadi kuat memang dibutuhkan sebuah respon yang dilakukan dari awal tingkat nol hingga ke tingkat yang lebih besar.

Kasus shaping dalam modifikasi perilaku

  1. Saat orang tua mengajarkan anaknya berbicara, saat awal kalimat yang keluar dari mulut bayi terkadang jauh berbeda dengan apa yang diajarkan orang tuanya saat mengajarinya berbicara, saat hal ini terjadi biasanya orang tua dapat memperkuat perilakunya dengan pelukan, ciuman atau belaian yang berkaitan dengan psikologi keluarga.
  2. Apabila kita ingin seseorang memberikn respon misalnya saja penekanan terhadap seorang pengumpil agar mendapatkan makanan maka terdapat respon yang nantinya dilakukan pada bahasa skinner respon tersebut dalam kondisi yang klasik terbentuk dari tingkah laku dan juga respon-respon instrumental.
  3. Hal lainnya dapat terjadi antara lingkungan yang keadaannya cukup bebas dan juga tidak berstrukstur, karena datangnya tingkah laku dari organisme dan bukan berasal dari lingkungan fisik skinner juga mengatakan bahwa proses shapping dapat dilukiskan dengan obyektif dan pelaksanannya diperlukan kecerdasan yang cukup
  4. Sebuah respon yang sama terbentuk dalam segi tindakan atau mencetak suatu kata dalam dua topografi yang sangat berbeda misalnya saja seorang bayi yang sedang belajar berkata ma..ma.. bukan mama.
  5. Terbentuknya perilaku tersebut dapat dilakukan dengan terdapatnya peningkatan jumlah misalnya seorang anak yang belajar berjalan, misalnya saja awalnya hanya bisa beberapa langkah kemudian setelah diperkuat anak tersebut akhirnya dapat berjalan dengan mulus dan lancar.
  6. Perilaku yang dibentuk dengan peningkatan intensitas misalnya saja seorang anak yang terlalu sering diacuhkan oleh orang tuanya kemudian dia sangat rajin dalam membersihkan rumah dan akhirnya anak tersebut menjadi lebih diperhatikan orang tuanya sehingga dia terus melakukan perbuatannya agar lebih mendapatkan perhatian dari orang tuanya hal ini termasuk juga ke dalam cara kerja psikologi pendidikan.
  7. Terjadi dalam spesifik pola tingkah laku seperti bekerja dengan tenang selama 10 menit dan seperti perilaku yang dapat memungkinkan pemilihan perilaku terjadinya reinforcer.
  8. Melakukan identifikasi secara rinci pada perilaku yang diinginkan, hal ini biasa disebut dengan terminal behavior apabila terapis menginginkan tujuan perilaku akhir yang tidak sama sehingga nantinya malah akan meghambat kemajuan, untuk itu haus dilakukan secara jelas
  9. Pendekatan target secara reincorforcement yang dilakukan agar target shaping tepat pada sasaran sehingga kita diharuskan untuk melakukan penentuan starting poinya bagi yang serupa maupun yang tidak serupa.
  10. Dilakukan dengan cara teliti dan juga jelas meski tidak ada ukuran yang tetap dalam mengukur tahapan shaping, setelah tahapan tersebut ditentukan kemajuannya malah tidak menjadi signifikan untuk itu secara fleksibel masih dapat berubah.
  11. Bagi anak-anak dalam kasus yang membutuhkan kebutuhan khusus malah perilaku tersebut merusak yang memperkuat atau orang tua menjadi tidak responsif terhadap perkembangan yang sudah dilakukan, karena sudah mengharapkan seorang anak mencapai terminal behavior.
  12. Mengimplementasikan sebuah rencana yang dilakukan dengan memberikan reincoforcement setelah starting behaviou sudah dilakukan namun jangan berpindah terlebih dahulu pada tahap selanjutnya sebelum klien dapat menguasai tingkah laku tersebut.

Di dalam shaping pun dilakukan sebuah prinsip dasar yang berasal dari reinforcement dan ektingisi, dari keadaan prilaku tersebut bisa mendapatkan reinforcement dengan menguatkan perilaku sementara yang tidak diinginkan dan tidak mendapatkan perilaku yang melemah.

Diantara teori percobaan skinner

  1. Tikus menekan tuas
  2. Tikus menyentuh tuas
  3. Tikus membuat sebuah gerakan yang menuju tuas dengan menggunakan satu kaki
  4. Tikus mengangkat kepalanya dan juga kaki belakangnya
  5. Tikus mendekati tuas tersebut
  6. Tikus mengahadap tuas
  7. Tikus bergerak ke arah tuas

Langkah dalam shaping

  • Dalam melakukan shaping di perlukan identifikasi perilaku yang cukup mendekati dengan perilaku yang kita inginkan
  • Di dalam shaping dapat memberikan reinforcement dari sebuah perilaku yang muncul menjadikan perilaku menguat
  • Di dalam shaping setelah perilaku yang diinginkan dapat muncul maka akan dihentikan memberikan reinforcement,  extinction burst dan perilaku yang diinginkan menjadi terbiasa.
  • Di dalam shaping kemudian diberikan reinforcement pada perilaku yang membiasa dan cukup mendekati sebuah tingkah laku dan perilaku yang ingi dibentuk
  • Dalam shaping diulangi sehingga dapat muncul sebuah perilaku baru yang diinginkan

Dalam membentuk shaping tentunya apabila kita menginginkan individu untuk melakukan sebuah respon dan diantara respon tersebut akan berjalan dengan cepat apabila dilakukan secara efektif dan bila reinforcement juga dilakukan tepat dengan bersamaan pada waktu respon. Pada tahapan yang menuju perilaku akhir meski belum mencapai titik akhir yang mungkin sudah diharapkan, jika individu tersebut sudah berubah dalam pembentukan perilaku makan dapat diberikan reinforcement.

Dalam hal tersubut yang sudah dilakukan bisa saja tidak begitu dapat membantu namun di sisi lain untuk disarankan  tidak begerak terlalu cepat dari pendekatan satu ke pendekatan lainnya namun pada sisi lain juga untuk tidak melakukan pergerakan yang terlalu lambat, apabila hal tersebut disertai dengan rumus matematika dalam penghitungan pengukuran yang tepat  dalam situasi yang hampir serupa agar jauh lebih berguna, diperlukan banyak suatu latihan dan juga kecekatan  apabila dilakukan dengan efektivitas yang maksimum berdasarkan psikologi sosial

Adapun dalam perilaku untuk pembentukan umum dapat memilih perilaku terakhir yang lebih spesifik apabila hal tersebut memungkinkan pilihlah perilaku yang akan terjadi dengan reinforcer yang alami, hal kedua yang dilakukan dengan pemilihan reinforcer yang alami dan pada tahapan rencana awal dilakukan pembuatan daftar perilaku yang dianggap hampir tengah mendekati dengan sebuah perilaku yang kita inginkan untuk pada tahapan perilaku awal.

Dari penerapan rencana bisa dikatakan pada siswa sebelum dilakukan penerapan program tentang yang bersangkutan,  dengan cara memulai memberikan reinforcer begitu dengan yang dilakukan untuk menuju langkah berikutnya sebelum siswa tersebut melakukan tugas dengan sempurna, dalam memberikan reinforcer juga harus secukupnya dan jangan terllau berlebihan ataupun pelit agar tercipra reinforcer yang efektif

You may also like