Setiap individu tentunya memiliki perasaan emosi masing-masing. Namun sebenarnya, emosi tersebut tak hanya dirasakan oleh orang-orang dewasa saja, namun juga bisa dirasakan oleh anak-anak sekalipun. Bahkan sebenarnya, anak-anak merasakan emosional yang lebih dibandingkan orang-orang dewasa.
Hal ini dikarenakan mereka belum mampu untuk mengendalikan emosi mereka tersebut. Perkembangan emosi pada anak biasanya akan mengikuti perkembangan dari usia kronologisnya. Itu berarti menandakan bahwa perkembangan emosi anak akan selalu berkembang sesuai dengan pertambahan usianya, dari mulai bayi, remaja, hingga beranjak dewasa. (baca juga: Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini)
Selain itu, dalam tahap perkembangan emosi anak juga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait dengan lingkungannya. Namun terkadang faktor gen/keturunan juga dapat berpengaruh di dalam perkembangan emosi anak. Nah berikut ini beberapa tahap perkembangan emosi anak yang perlu anda ketahui. (baca juga: Fobia Sosial)
Awal dari Tahap Perkembangan Emosi Anak dimulai saat ia baru lahir. Pada usia ini, biasanya anda dapat merangsang anak untuk mendapatkan pengalaman yang menyenangkan mereka akan tumbuh menjadi individu yang penuh percaya diri. Namun bila anak mengalami kepercayaan diri yang kurang, maka akan timbul perasaan penuh curiga dalam diri mereka. Karena belum dapat mengendalikan emosi mereka dengan benar, maka anak akan cenderung untuk berbuat sesuka hati mereka.
Pada fase bayi, mereka akan membutuhkan belajar banyak hal dan mengetahui lingkungannya dengan familiar. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, perlakuan yang di dapat pada usia ini akan memiliki peran penting dalam pembentukan rasa percaya diri mereka. (baca juga: Psikologi Diagnostik)
Pada minggu 3-4 usia anak, mereka akan mulai menunjukkan senyumnya ketika merasa nyaman berada di lingkungannya. Dan di minggu ke-8, mereka akan selalu tersenyum pada orang-orang disekitarnya. Pada bulan ke-4 hingga ke-8. anak akan mulai belajar untuk mengekspresikan emosi di dalam diri mereka seperti marah, takut, gembira, hingga takut. (Baca juga: Ciri-ciri Pubertas)
Pada usia 12-15 bulan, anak akan merasakan ketergantungan yang semakin besar pada orang-orang yang merawatnya. Mereka akan merasa tidak nyaman bila ada orang asing yang menghampirinya. Pada usia mencapai 2 tahun, anak mulai pandai meniru reaksi emosi yang diperlihatkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Pada usia ini, anak sudah mulai mampu menguasai kegiatan-kegiatan yang melemaskan dan meregangkan otot-otot pada tubuh mereka, sehingga anak-anak sudah mampu menguasai anggota pada tubuh mereja. Pada usia ini, lingkungan akan sangat berperan dalam memberi kepercayaan pada anak.
Pada fase usia ini, anak akan mulai mencari aturan-aturan serta batasan yang ada di dalam lingkungannya. Mereka akan mulai melihat akibat dari perilaku yang dibuatnya, mereka akan mulai membedakan mana hal yang salah dan mana hal yang benar. (Baca juga: Psikologi Diagnostik)
Meskipun pada usia ini anak belum mampu menggunakan kata-kata sebagai bentuk ekspresi emosi nya, namun mereka akan menggunakan ekspresi wajah untuk memperlihatkan emosi dan perasaan di dalam diri mereka. (baca juga: Kepribadian Ambivert)
Peran orang tua akan sangat membantu anak untuk dapat mengekspresikan emosi mekeka dengan bahasa verbal. Sebagai orang tua, anda hanya perlu menerjemahkan mimik serta ekspresi wajah dengan menggunakan bahasa verbal. (Baca juga: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik)
Pada usia ini lah dimana fase Initiative vs Guilt mulai muncul pada anak. Anak akan mulai menunjukkan rasa ingin lepas dari ikatan orang tua, mereka ingin dapat bergerak dengan bebas dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Keinginan mereka yang lepas dari orang tua inilah yang membuat munculnya rasa inisiatif dalam diri mereka, namun juga menimbulkan rasa bersalah. (baca juga: Persepsi Psikologi)
Pada usia ini, merupakan fase bermain bagi anak-anak. Tentunya pada fase ini, anak-anak memiliki naluri untuk berinisatif melakukan sesuatu hal, inilah yang akan membuat anak belajar mengenai arti ditanggapi dengan baik atau diabaikan (ditolak atau diterima). Bila mereka mendapatkan sambutan yang baik, maka anak dapat belajar beberapa hal:
Namun bila inisiatif yang mereka miliki mengalami penolakan, maka hal ini akan membuat anak merasa takut sehingga selalu bergantung pada kelompok dan tidak berani mengeluarkan pendapatnya.
Pada usia ini, emosi anak akan semakin matang. Anak akan semakin mudah mengerti hal-hal apa saja yang bisa mereka dapatkan dari emosi yang mereka miliki. Emosi anak-anak pada usia ini akan mudah sekali berubah. Bisa saja yang tadinya bahagia menjadi sedih hanya dalam beberapa waktu saja. Kondisi ini sangat mudah ditemukan pada anak di suia 6 tahun. (Baca juga: Kecerdasan Emosional dalam Psikologi)
Selain itu, di fase usia ini anak juga sudah dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang dapat membantu menyiapkan diri untuk memasuki tahap kedewasaan. Tentunya diperlukan ketrampilan tertentu pada diri anak-anak. Bila anak mampu menguasai sebuah ketrampilan, maka tentunya hal ini akan menimbulkan rasa berhasil dalam diri anak.
Namun sebaliknya, jika anak tak mampu menguasai sebuah ketrampilan, maka akan membuat anak menjadi rendah diri. (baca juga: Teori Belajar Dalam Psikologi)
Semakin beranjaknya usia anak, tentunya membuat emosi anak akan semakin matang dan tentunya mulai pandai dalam mengendalikan diri. Fokus dan perhatian mereka mulai pada hal-hal yang bersifat eksternal. Anak juga sudah mulai memahami hal apa yang mereka inginkan. Tentunya hal ini membuat kebanyakan orang tua akan merasa pusing dengan beragam keinginan anak-anak mereka yang selalu ingin dituruti. (baca juga: Teori Psikoanalisis Klasik)
Kestabilan emosi anak akan semakin membaik sehingga mulai muncul rasa empati pada orang lainnya. Pada tahapan ini, anak juga mulai mengenali rasa malu serta bangga. Anak pun mulai dapat menverbalisasikan emosi yang mereka alami. Semakin bertambahnya usia, mereka akan menyadari perasaan diri mereka serta orang lain di sekitarnya. (baca juga: Konsep Diri Dalam Psikologi)
Pada fase usia ini, tahap perkembangan akan banyak berada di sekolah. Anak-anak akan belajar bagaimana beradaptasi dengan kelompok dan mulai mengembangkan tiga ketrampilan sosial:
Bila perkembangan emosi anak dapat berkembang dengan baik, maka anak-anak akan merasa aman dan percaya pada lingkungannya. Mereka akan memiliki rasa kompetisi yang unggul di dalam lingkungannya. Sebaliknya, bila perkembangan tak berjalan baik maka anak akan muncul keraguan dalam diri anak. Mereka akan merasa malu, bersalah, hingga menjadi pribadi inferior (kalah). (baca juga: Psikologi Olahraga)
Pada usia 9-10 tahun, anak mulai dapat mengatur ekspresi emosi serta merespon distress emosional pada orang lain. Seperti mengontrol emosi-emosi negatif, anak akan mulai belajar mengenai hal yang membuatnya merasakan hal-hal tersebut sehingga dapat beradaptasi dan mengontrolnya. (baca juga: Teori Cinta Stenberg)
Pada fase usia 11-12 tahun, anak akan mulai memahami mengenai norma-norma yang ada di lingkungannya. Mereka akan mulai beradaptasi dan tidak sekaku ketika masa kanak-kanak. Selain itu, mereka akan mulai paham bila penilai baik dan buruk dapat dibuah sesuai keadaan dan situasi yang ada.
Nah itu tadi penjelasan mengenai tahap-tahap perkembangan emosi pada anak, dari mulai usia balita hingga beranjak dewasa. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat bagi anda.
baca juga:
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…