Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah

Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah

by Arby Suharyanto

Jika dilihat secara kodrat, manusia selalu ingin mendidik keturunannya di setiap tahapan umur dari mulai janin, bayi, balita, kanak kanak, remaja, dewasa hingga usia laut. Anak anak akan mulai masuk ke tahapan yang sudah cukup mengerti serta memahami sesuatu dan juga bisa paham tentang sesuatu yang baik dan yang buruk.

Dalam tahapan ini, seseorang sedang menggali potensi yang ada di dalam dirinya dalam rangka mencapai kematangan pada saat orang tersebut beranjak dewasa. Akan tetapi, emosi  dalam psikologi yang dimiliki anak anak terkadang masih labil sehingga harus diarahkan agar tidak terjerumus pada sesuatu yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitar.

Perkembangan kognitif sendiri bisa didefinisikan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar dan sudah disesuaikan dengan kondisi perkembangan kognitifs siswa. Supaya lebih jelas, berikut akan kami berikan penjelasan tentang perkembangan kognitif pada masa sekolah selengkapnya.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan kognitif Masa Sekolah

Pola perkembangan termasuk perkembangan kognitif sosial setiap anak berbeda beda, banyak dan juga luas perkembangan pada setiap fase yang dilalui juga berbeda beda seperti pola perkembangan jasmaniah dan rohaniah yang tidak sama dalam cepatnya.

Bisa lebih cepat perkembangan rohaniah namun belum tentu segi rohaniah juga bisa berkembang lebih cepat. Ada beberapa faktor yang bisa berpengaruh pada perkembangan kognitifs, yaitu:

  • Faktor Nativisme

Aliran atau teori nativisme dipelopori oleh Schopenhover dan beberapa tokoh lain seperti Plato, Lombroso dan Descrates. Aliran ini dengan ekstrim menyatakan jika perkembangan manusia semuanya ditentukan dari faktor bawaan sejak lahir dan berpengaruh pada perkembangan emosi anak usia dini.

Ketika terjadinya konsepsi  yakni proses pembuahan sel telur dari sel jantan, maka seorang anak akan mewarisi pembawaan dari kedua orang tuanya dan menjadi potensi tertentu.Jika disimpulkan, aliran nativisme menyatakan baik dan buruk, berhasil atau tidaknya perkembangan individu akan tergantung dari pembawaan lahir setiap orang.

Para ahli dalam teori tersebut mempertahankan kebenaran konsepsi dengan memperlihatkan banyak kemiripan antara orang tua dan anak anak mereka.

Memang benar jika ada banyak kesamaan, namun untuk kesamaan orang tua dan anak anak hanya didasari pembawaan dari lahir atau karena dorongan rangsangan atau karena fasilitas luar faktor pembawaan masih dipertanyakan.Namun para kaum nativisme masih tetap dengan pendirian karena menganggap jika perkembangan hanya wujud unsur pembawaan saja.

Dengan begitu, faktor lingkungan atau pendidikan menurut aliran ini tidak dapat berbuat apa apa untuk mempengaruhi perkembangan seseorang. Dalam ilmu pendidikan, aliran ini disebut dengan aliran pedagogik pesimisme yakni pendidikan tidak bisa mempengaruhi perkembangan anak ke arah kedewasaan yang diinginkan pendidikan.

  • Faktor Empirisme

Faktor atau paham empirisme tokoh utamanya adalah John Locke dimana dalam teori ini secara ekstrim menekankan pada pengaruh lingkungan, teori ini berpendapat jika lingkungan yang menjadi penentu seseorang dan sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan atau psikologi pendidikan.

Dari pendapat tersebut bisa dipahami jika teori ini lebih mengutamakan pengaruh lingkungan atau pendidikan dalam perkembangan kognitif pada masa sekolah. Teori ini mengutamakan tentang pembawaan yang tidak berperan sama sekali pada proses perkembangan manusia. Menurut kaum empiris, lingkungan yang menentukan adalah yang Maha Kuasa ketika menentukan perkembangan pribadi seseorang.

Untuk itulah dalam ilmu pendidikan, teori ini disebut dengan aliran pendidikan pedagogik optimisme yang artinya pendidikan maha kuasa akan membentuk atau mengembangkan kepribadian seseorang.

Pendidikan menjadi sarana individu untuk melakukan proses belajar dan dari proses tersebut, manusia juga akan mengalami perubahan atau perkembangan baik jasmani atau rohani yang dalam ilmu pendidikan mencakup psikologi kognitif, afektif dan juga psikomotorik.

Namun yang menjadi masalah adalah apa benar lingkungan atau pendidikaanmenjadi penentu perkembangan seorang dan hal tersebut sangat ironi sebab ada orang yang mempunyai lingkungan atau pendidikan baik sehingga disebut orang terpelajar namun tidak mengalami perkembangan yang baik dan tidak mencerminkan sikap dan perbuatan seperti orang terpelajar.

Sedangkan untuk orang yang memiliki pendidikan rendah dan tidak memiliki fasilitas lengkap mengalami perkembangan baik serta memiliki akhlak yang juga baik. Dari analisa tersebut bisa dikatakan jika aliran empirisme merupakan aliran yang mengungkapkan jika lingkungan menjadi faktor utama yang berpengaruh pada perkembangan kognitif dan kepribadian anak dalam psikologi dan kepribadian seseorang.

  • Faktor Konvergensi

Teori konvergensi merupakan teori yang menjembatani atau menangani kedua teori atau faham sebelumnya yang bersifat ekstrim yakni teori nativisme dan juga teori empirisme. Teori konvergensi merupakan teori yang mengambil jalan tengah baik faktor pembawaan atau lingkungan sama sama berperan penting dalam proses perkembangan manusia.

Seperti namanya, konvergensi berarti perpaduan sehingga teori ini mengartikan tidak memihak pada salah satu teori yang mempengaruhi perkembangan psikologi perkembangan pada masa sekolah bahkan memadukan pengaruh kedua unsur pembawaan dan lingkungan yang sama sama menjadi faktor dominan pada perkembangan seorang manusia.

Dari penjelasan diatas tentang aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan perkembangan kognitif pada masa sekolah sehingga bisa disimpulkan jika faktor yang berpengaruh pada tinggi dan rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri dari:

Faktor intern: faktor yang ada dalam diri siswa meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu menurut perkembangan diri.

Faktor eksternal yakni faktor yang datang dari luar diri siswa meliputi lingkungan dan pengalaman khususnya lingkungan pendidikan.

Fase dan Tahap Perkembangan kognitifs Pada Masa Sekolah

  • Perkembangan Pra Sekolah

Dalam implikasi psikologi perkembangan dalam pendidikan, tingkat keberhasilan belajar siswa tidak hanya didukung atau ditentukan dari fase masa sekolah saja namun juga didukung dengan fase sebelumnya yakni pra sekolah. Bahkan, pada saat anak masih ada di dalam kandungan yang juga bisa mempengaruhi.

Untuk itu, pengendalian dari orang tua harus bisa diwujudkan  supaya perkembangan anak bisa berjalan dengan baik. Syamsu Yusuf dalam bukunya, psikologi perkembangan anak dan remaja menyatakan jika masa usia pra sekolah tersebut bisa dibedakan menjadi dua masa yakni masa vital dan masa estetik.

  • Masa Vital: Masa bayi disebut periode vital sebab kondisi fisik serta mental bayi yang menjadi fondasi kokoh untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Pada masa ini, seseorang akan memakai fungsi biologisnya untuk menemukan banyak hal di dunia.
  • Masa estetik: Masa ini dianggap sebagai masa perkembangan keindahan dan kata estetik dianggap sebagai masa perkembangan anak yang utama yakni fungsi panca indera. Kegiatan eksploitasi dan belajar anak juga khususnya memakai panca indera.

Perkembangan Masa Sekolah

Tingkat Operasional Konkret 7 Hingga 12 Tahun: Fase ini adalah untuk anak di usia SD yang disebut dengan masa sekolah rendah. Usia 7 sampai 12 tahun, sistem kognitif yang terpadu dalam organisasi mulai berkembang.

Proses berpikir tidak lagi bersifat statis dan semua digunakan secara sadar sebagai alat pengembang pikiran.

  • Tingkat operasional formal 12 tahun ke atas: Masa ini bertepatan dengan masa remaja yang menjadi masa transisi anak anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa penting di kehidupan seseorang khususnya pembentukan kepribadian seseorang.

Tujuan Mengetahui Perkembangan kognitifs Siswa

Dari segi faktor perkembangan kognitifs dalam masalah sosial, sudah menjadi keharusan setiap guru untuk mengetahui taraf kematangan yang sudah dicapai dan taraf ketersediaan untuk belajar adalah untuk mengetahui taraf kematangan yang sudah dicapai dan juga taraf ketersediaan untuk belajar adalah mutlak.

Seorang guru juga harus menjaga taraf kematangan serta ketersediaan siswa di setiap proses belajar serta di setiap pengalaman yang ingin dipelajari. Hal ini dilakukan supaya usaha bisa berhasil dan menjamin siswa bisa memperoleh manfaat serta unsur yang dilakukan dalam pengajaran, bimbingan dan juga pelatihan.

Dari beberapa pendapat di atas bisa diketahui jika pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan peserta didik pada taraf tertentu sehingga guru juga dituntut untuk menguasai kemampuan sebagai guru yang profesional dalam bidangnya.

Ketidakmampuan guru untuk melihat perbedaan anak didik di dalam kelas yang dihadapi akan banyak berpengaruh pada kegagalan dalam memelihara dan membina tenaga manusia dengan efektif.

Dengan begitu, guru juga harus bisa memperhatikan perbedaan perbedaan individual anak sehingga tujuan yang dikehendaki bisa tercapai dengan sebaik mungkin dan beberapa perbedaan tersebut diantaranya:

  • Waktu dan juga irama perkembangan.
  • Motif, intelegensi serta emosi.
  • Kecepatan belajar atau menangkap pelajaran.
  • Pembawaan dan juga lingkungan.

Dalam perilaku belajar juga terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut terdiri dari intrinsik dan juga ekstrinsik. Guru diharapkan bisa berbicara dengan anak didik yang disesuaikan dengan kematangan jasmani, akal dan emosi mereka sesuai dengan kejiwaannya.

Sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like