Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » 10 Faktor Psikologis dalam Masalah Sosial

10 Faktor Psikologis dalam Masalah Sosial

by Arby Suharyanto

Manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dalam menjalani kehidupan sosial ini tentunya masalah akan datang. Masalh sosial yang kerap terjadi seperti kemiskinan , pengangguran, pendidikan dan sebagainya adalah masalah utama dan terbesar di dalam kehidupan ini.

Masalah sosial sendiri adalah  suatu kondisi yang terlahir akibat dari suatu keadaan masyarakat yang tidak ideal. Pengertian lainnya adalah suatu ketidak sesuaian unsur-unsur masyaarakan yang bisa membahayakan kehidupan kelompok sosial. (Baca juga mengenai teori interdependensi dalam psikologi sosial antar individu).

Masalah sosial dapat terjadi karena adanya faktor- faktor yang mendorongnya salah satunya adalah faktor psikologi. Faktor jenis ini dapat muncul apabila psikologis dalam suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis bisa juga muncul apabila beban hidup yang dirasakan masyarakat khususnya yang berada di daerah perkotaan, pekerjaan yang menggunung sehingga mengakibatkan stress dan dapat menimbulkan emosi yang meluap-luap dan pada akhirnya dapat memiu konflik antar anggota masyarakat.

Oleh sebab itu penting untuk mengetahui faktor psikologis apa saja yang dapat menyebabkan masalah sosial. Berikut penjelasannya. (Baca juga mengenai teori motivasi dalam psikologi sosial).

1. Aliran Sesat

Aliran sesat adalah aliran yang menyimpang dari norma keagamaan itu sendiri, meskipun mereka menganggap semua hal yang mereka yakini itu adalah suatu kebenaran, tapi pada kenyataannya mereka tetaplah salah. Mereka tidak mengakui Tuhan sebagai pencipta dari segala yang ada di jagad semesta ini, melainkan mereka mentuhankan hal-hal yang tidak masuk diakal seperti patung, pohon, benda-benda antik dan sebagainya. (Baca juga mengenai contoh gejala sosial di bidang psikologi).

Tapi diantara beberapa aliran sesat tersebut ada yang mengakui Tuhan itu ada, tapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan tata cara agama yang telah ada sebelumnya, sehingga meskipun mengakui adanya Sang Maha Pencipta, namun tetap saja pelaksanaannya salah dan dapat dikategorikan menyimpang. (Baca juga mengenai hubungan psikologi sosial dengan media massa).

2. Penyakit Syaraf

Saraf belakang dan otak terdiri daripada jaringan yang gampang rusak. Otak itu dilindungi oleh batok kepala sedangkan saraf belakang dilindungi oleh tulang belakang. Susunan saraf pusat ini bekerja dengan baik dalam keadaan normal. (Baca juga mengenai gejala anti sosial dalam kalangan pelajar).

Tetapi apabila terserang penyakit atau tidak mendapat aliran darah, tugasnya akan terganggu, terutama kalau mendapat pukulan hebat atau terjepit. Apabila sebagian susunan saraf dikacaukan, yang lain juga akan menderita kekacauan itu.

3. Disorganisasi Sosial

Disorganisasi sosial adalah gejala lepasnya keterikatan tatanan sosial yang pernah melembaga dari seorang individu. Fenomena ini terjadi sebagai dampak perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat atau sistem sosial. Misalnya, pergeseran tata kehidupan dari sistem rural (pedesaan) ke sistem urban (perkotaan).

Diantaranya adanya perubahan pola perilaku pedesaan yang gotong-royong, kuatnya keterikatan norma-norma dan sejumlah nilai-nilai yang melembaga (ciri kehidupan pedesaan) menjadi pola yang individualistis dan pengaturan hubungan berdasarkan kompetisi individual yang lebih rasional (ciri kehidupan perkotaan).

4. Krisis Identitas

Masa remaja menurut para ahli psikologi perkembangan adalah usia yang tidak memiliki identitas yang tepat. Erik Erikson seorang ahli psikologi juga menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa krisis identitas. Oleh karena itu masa remaja adalah masa pencarian identitas pribadi dan rentan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.

Konsep identitas pada pengertian ilmu psikologi,adalah suatu kesadaran akankesatuan dan kesinambungan pribadi, pada keyakinan yang pada dasarnya tetap tinggal sama selama seluruh jalan perkembangan hidup kendatipun terjadi segala macam perubahan. Menurut Ericson, krisis identitas ini dapat diperkuat oleh keraguan mendalam terdahulu tentang identitas seksualnya dan tentang tempatnya serta nilainya dalam relasi-relasi primer keluarga.

5. Gangguan Mental

Gangguan mental atau penyakit kejiwaanadalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitifatau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Contohnya seperti, depresi, sakit jiwa atau gila.

6. Perilaku Sosial yang Menyimpang

Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan  keharusan untuk menjamin keberadaan manusia.  Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.Ada ikatan  saling ketergantungan diantara satu orang  dengan yang lainnya.

Artinya bahwa kelangsungan  hidup manusia berlangsung dalam  suasana saling mendukung  dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut  mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat. Tetapi jika manusia tersebut memiliki perilaku yang menyimpang pastinya akan menimbulkan masalah baginya dan juga di lingkungan sosialnya.

7. Ingatan Lemah

Daya ingat adalah proses untuk menyimpan informasi atau pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu lama agar dapat mengingatnya kembali ketika dibutuhkan. Dalam menyerap informasi, kita sangat bergantung kepada kemampuan daya ingat ini. Sementara kemampuan ini bervariasi pada setiap orang, ada yang memiliki kemampan ingatan yang kuat, dan ada yang memiliki kemampuan yang lemah.

Lemahnya kemampuan ingatan pada seseorang lebih dikarenakan kurangnya atau tidak dilatihnya kemampuan dirinya dalam hal mengingat. Artinya, kemampuan ingatan benar-benar membutuhkan latihan dan pengembangan untuk menguatkannya. Banyak pertanyaan tentang proses mengingat yang masih belum terjawab. Hal itu dikarenakan ingatan merupakan fenomena yang kompleks yang melibatkan seluruh bagian otak.

8. Sulit Beradaptasi dan Bersosialisasi

Seseorang harus mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya baik itu baru ataupun lama. Karena mampu atau tidaknya seseorang dalam beradaptasi di lingkungannya akan menentukan bagaimana ia bisa menjadi seseorang yang benar-benar mudah diterima dalam kelompoknya atau tidak. Ini tentu saja juga akan berpengaruh terhadap kepribadiannya. Jika ia sulit untuk beradaptasi maka akan sulit juga ia menerima dan diterima di masyarakat.

9. Diskriminasi Gender

Masyarakat yang ada pada zaman ini banyaknya masih sangat terpengaruh dengan diskriminasi gender. Kebanyakan keputusan rumah tangga biasanya dibuat oleh para laki-laki. Namun demikian, permasalahan ini lebih sulit untuk ditangani karena masalah yang ada tidak terlihat secara kasat mata di permukaan seperti pada masalah kemiskinan.

10. Kepribadian

Kepribadian seseorang pastinya berbeda-beda. Ada yang memiliki kepribadian yang ceria atau murung. Jika seseorang yang memiliki kepribadian yang terbuka atau ceria akan memudahkannya berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaliknya jika seseorang memiliki kepribadian yang murung atau tertutup maka sulit baginya untuk beradaptasi atau bahkan sulit untuk menerima sehingga akan menimbulkan masalah sosial.

Demikian yang dapat disampaikan penulis, semoga menjadi wawasan yang berkualitas untuk anda. Terima kasih, salam hangat.

You may also like