Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » Bullying yang Meresahkan, Inilah 7 Penyebab Terjadinya Bullying di Sekolah!

Bullying yang Meresahkan, Inilah 7 Penyebab Terjadinya Bullying di Sekolah!

by Raehatul Jannah

Bullying merupakan tindakan kekerasan, penindasan, perisakan, dan ancaman yang biasanya dilakukan seseorang terhadap orang yang dianggap lemah, serta kesusahan untuk membela diri. Bullying ini menyebabkan korban mengalami ketakutan dan hal yang traumatis sehingga mereka tidak bisa membela dirinya sebab korban merasa terintimidasi oleh pelaku bullying.

Perlakuan bullying ini biasanya sering terjadi di lingkungan sekolah atau lingkungan remaja. Mereka yang memiliki ego dan emosi yang masih belum stabil menjadikannya merasa berani dan superior terhadap orang-orang yang lemah. Sebenarnya, penyebab adanya bullying di sekolah ataupun diluar sekolah mungkin sama saja. Penyebabnya ada pada diri si pelaku bullying. Tapi untuk lebih jelasnya lagi mengenai, “apa sih penyebab terjadinya bullying di sekolah?” simak penjelasannya dibawah ini.

1. Salah Dalam Memilih Pergaulan

Faktor yang dapat memengaruhi terjadinya bullying pada remaja di lingkungan sekolah adalah ketika salahnya mereka memilih teman bergaul. Ketika mereka memilih untuk berteman dengan sekumpulan anak-anak yang memiliki masalah di lingkungan sekolahnya, otomatis mereka akan menuruti dan mengikuti jejak pergaulan mereka.

Mereka akan kehilangan sopan santun, berani mentang guru, dan bahkan berani melakukan hal-hal yang buruk kepada siswa-siswa lainnya sebab mereka yang tidak takut lagi akan hukuman dari gurunya. Jelas saja, karena biasanya pelaku bullying selalu bertindak berkelompok dibandingkan sendirian, itulah yang membuat mereka lebih berani. Lalu kemudian pembully-an seperti itu pun pada akhirnya akan terjadi terus-menerus apabila sekolah tidak menindak tegas perbuatan mereka.

2. Kurangnya Perhatian Sekolah Terhadap Kasus Bullying

Kadang, ada saja sekolah yang sering mengabaikan perbuatan bullying yang dilakukan oleh siswa-siswanya. Seringnya mereka berpikir bahwa hal itu hanyalah main-main belaka yang dikemudian hari mereka akan berbaikan dan berteman seperti biasa pula. Padahal, kenyataannya sekali melakukan penindasan, maka seterusnya mereka akan melakukan hal itu.

Sebenarnya, ada kalanya sekolah mengetahui bahwa itu merupakan tindak perundungan. Hanya saja sekolah tidak ingin mengusut atau membesar-besarkannya sebab takut kasus itu akan terendus ke lingkungan luar sekolah sehingga akan merusak citra sekolah yang sudah dibangun susah payah. Pihak sekolah lebih baik mengesampingkan tindakan bullying daripada membuat sekolah kehilangan muridnya dikemudian hari. Maka kelalaian dan rendahnya perhatian sekolah terhadap kasus bullying itu lah yang menjadi kekuatan terhadap pelaku bullying untuk melancarkan aksinya.

3. Mempunyai Masalah di Keluarganya

Kebanyakan pelaku bullying biasanya memiliki masalah yang sama diantara pelaku bullying lainnya, yaitu masalah tentang ketidakharmonisannya keluarga mereka di rumah. Hal itu bisa dipicu karena mereka yang sering mendengar orang tuanya bertengkar, adanya kekerasan fisik dan psikis dalam keluarga, kurangnya kasih sayang sebab orang tua yang abai karena sibuk bekerja. Alasan itu akan menimbulkan jarak dan renggangnya komunikasi antara orang tua dan anak.

Remaja yang notabenenya masih memiliki emosi yang belum stabil akan sangat kecewa dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya pada orang lain, dan memanfaatkan orang yang lebih lemah untuk melakukan tindakan bullying tersebut.

4. Pengaruh Media Sosial

Media sosial sangat berpengaruh terhadap adanya tindakan penindasan. Apalagi tidak ada anak zaman sekarang yang belum mengenal media sosial. Banyak video-video atau kata-kata yang tidak baik memenuhi ruang media sosial. Dan sebagai remaja yang masih berada pada titik transisi dan selalu ingin mencoba banyak hal yang dilihatnya akan dapat memengaruhi sikapnya, hal itu akan dapat memicu adanya tindak kekerasan dan penindasan, apalagi jika orang tua abai dalam mengawasi anak ketika menggunakan media sosialnya.

5. Tidak memiliki rasa peduli atau empati

Kurangnya rasa empati terhadap sesama dapat menjadi timbulnya perlakuan bullying. Mereka tidak peduli akan perasaan yang diterima korbannya akibat dari perbuatannya. Yang mereka pedulikan adalah mereka merasa ada kepuasan tersendiri karena merasa kuat dan ditakuti, juga kepuasan karena rasa sakit akibat masalah yang mereka dapat di rumah terlampiaskan dengan melakukan kekerasan dan perundungan.

Dan rasa ketidakpedulian sekitar seperti teman-teman dan guru-guru yang tidak membela dan peduli terhadap korban bullying juga dapat menjadi salah satu faktor pelaku bullying semakin berani dan gencar melakukan penindasan.

6. Pola Asuh yang Salah Dan Kurangnya Pengawasan Dari Orang tua

Pola asuh yang salah dalam mendidik anak juga ikut berpengaruh terhadap perkembangan emosi dan perilaku anak yang masih remaja. Misalnya saja ketika orang tua menerapkan pola asuh otoriter yang selalu menekan dan menuntut anaknya untuk melakukan apa yang diinginkan orang tua nya, juga ketika orang tua terlalu keras dalam menghukum anaknya ketika berbuat salah. Perlakuan orang tua dalam menghukum anaknya lah masalah utama yang membuat anak bertindak berani dalam melakukan bullying. Sebab mereka merasa tindakannya benar seperti apa yang orang tuanya lakukan kepadanya.

Lalu, kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak juga merupakan faktor lain yang menimbulkan anak melakukan bullying di sekolah. Orang tua yang abai dalam memerhatikan bagaimana tingkah laku anaknya terhadap teman sebayanya dapat membuat anak merasa bebas untuk melakukan hal apapun. Terkadang, orang tua melepaskan tanggung jawab mereka sepenuhnya kepada guru dan staf lingkungan sekolah. Mereka merasa bahwa ketika anaknya berada di lingkungan sekolah, maka segala perlakuan yang terjadi adalah tanggung jawab sekolah.

7. Ingin Melakukan Balas Dendam

Anak yang pernah menjadi korban bullying pasti ada kalanya mereka merasa marah dan dendam kepada para pelaku yang menindas mereka. Maka suatu hari, jika rasa sakit dan rasa ingin balas dendam itu semakin besar, hal itu akan menjadikan mereka anak yang kasar dan bertindak buruk terhadap orang lain. Bahkan, rasa dendam itu tidak hanya di tuntaskan kepada para pelaku yang bertanggung jawab membullynya dulu, melainkan juga pada orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan rasa sakit mereka.

Anak yang pernah menjadi korban bullying akan berpikir bahwa lebih baik menjadi penindas dari pada ditindas. Rasa takut dan sakit yang diterima membuat mereka gelap mata terhadap orang lain yang tidak bersalah.

Maka dengan kejadian tersebut, akan lebih baik jika anak yang pernah menjadi korban bullying mendapatkan konseling psikologi agar bisa menghilangkan trauma, ketakutan, dan rasa ingin balas dendam yang mereka rasa.

Artikel diatas merupakan beberapa faktor yang mungkin menjadi alasan adanya bullying di lingkungan sekolah. Sebenarnya, alasan tindakan bullying di lingkungan sekolah ataupun di luar lingkungan sekolah mungkin tidak jauh berbeda, atau bahkan sebenarnya sama. Karena bagaimanapun, ketika seseorang sudah berani melakukan kekerasan dan penindasan, entah itu di lingkungan sekolah atau di luar, tindakan seperti itu akan terus dilakukan oleh seorang penindas kepada seseorang yang dirasa mengganggunya. Oleh sebab itu, bullying tetaplah bullying yang tidak dibenarkan dimanapun tempatnya. Hanya saja kebetulannya, lingkungan sekolah adalah sasaran empuk yang mudah dijangkau oleh kekerasan karena kurangnya pengawasan dan lingkungan yang abai terhadap emosi remaja yang belum stabil.

You may also like