Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » 10 Kontribusi Psikolog Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika

10 Kontribusi Psikolog Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika

by Arby Suharyanto

Fisika menurut psikologi merupakan salah satu mata pelajaran jurusan IPA yang terbilang sulit dipahami dan sangat membosankan. Namun pelajaran fisika menurut psikologi juga bisa menjadi keahlian kita ketika kita bisa belajar dengan sungguh-sungguh.

Pengertian fisika menurut psikologi yaitu berasal dari kata “physic” yang artinya yaitu alam. Jadi ilmu fisika menurut psikologi yaitu sebuah ilmu pengetahuan dimana didalamnya mempelajari tentang sifat dan fenomena alam atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi didalamnya.

Untuk mempelajari fenomena atau gejala alam, fisika menurut psikologi menggunakan proses dimulai dari pengamatan, pengukuran, analisis dan menarik kesimpulan. Sehingga prosesnya lama dan berbuntut panjang, namun hasilnya bisa dipastikan akurat karena fisika menurut psikologi termasuk ilmu eksak yang kebenarannya terbukti.

Dalam memahami fisika, tentu ada peran psikologi di dalamnya, baik di dri pendidik atau siswa itu sendiri, berikut selengkapnya. 10 Kontribusi Psikolog Pendidikan dalam Pembelajaran Fisika. (Baca juga mengenai terapi kognitif pada lansia).

1. Mendidik dengan Kecakapan Sosial

Pentingnya kecakapan sosial sangat dirasakan pada zaman globalisasi sekarang ini. Anggota masyarakat sebagai individu, kelompok bahkan negara saling menjalin kerjasama dalam mempertahankan eksistensinya. Untuk itu diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik,

saling bantu-membantu dan tolong-menolong antara kelompok-kelompok. Berbagai alat komunikasi diciptakan psikolog pendidikan untuk mempermudah interaksi komunikasi tersebut. (Baca juga mengenai peran remaja dalam mengatasi ancaman).

2. Model Pembelajaran Fisika Psikologis

Model pembelajar fisikaan psikologis menjadi alternatif model pembelajar fisikaan  yang dapat diterapkan. Model psikologis ini lebih menekankan pada interaksi dan komunikasi dalam pembelajar fisikaan serta menekankan pada proses pembentukan pengetahuan secara aktif oleh peserta fisika.

Schroeder dan koleganya (dalam Mel Silberman, 2002) memberikan indikator tipe Myers-Brigg (MBTI) yang berguna untuk memantau peran individu yang berbeda-beda dalam proses belajar fisika. (Baca juga mengenai contoh peran remaja dalam masyarakat).

3. Meningkatkan Orientasi Belajar

Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 60% peserta fisika mempunyai orientasi belajar fisika praktis bukan teoritis, dan persentasenya meningkat dari tahun ke tahun. Peserta ajar fisika lebih suka terlibat langsung, pengalaman kongkret daripada konsep dasar lebih dahulu dan menerapkannya kemudian.

Pada penelitian lainya, Schroeder (dalam Mel Silberman, 2002) menunjukan bahwa mayoritas para peserta ajar fisika sekolah lanjutan atas lebih menyukai belajar fisika melalui aktivitas dengan perbandingan 5:1. (Baca juga mengenai peran remaja dalam perkembangan desa).

4. Mengisi Pembelajaran Fisika Sesuai Kemampuan dan Tahapan

Dalam perkembangan belajar fisikanya, sejak tahap pendidikan dasar peserta fisika sudah mempunyai konsepsi awal tentang pembelajar fisikaan. Tidak layak peserta fisika dianggap mempunyai dasar pengetahuan yang kosong sehingga dapat diisi dengan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh psikolog pendidikan.

Selain itu, alur proses belajar fisika tidak mesti berasal dari psikolog pendidikan menuju peserta fisika. Peserta fisika bisa juga saling mengajar dengan sesama peserta fisika lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh psikolog pendidikan (Anita Lie, 2004). (Baca juga mengenai peran dalam perkembangan emosi remaja).

5. Mengembangkan Potensi

Beragam potensi dan aspek pengetahuan peserta fisika dalam kelas dapat dikembangkan psikolog pendidikan dengan cara menawarkan model, pendekatan dan tipe pembelajar fisikaan yang berbeda-beda. Keragaman model dengan pendekatan yang bervariasi,

dapat menjangkau lebih banyak sisi kebutuhan peserta fisika (M. Dahlan, 1990). Dengan demikian dalam mencapai penguasaan konsep-konsep fisika dapat juga dikembangkan aspek sosial peserta fisika dengan cara memilih pendekatan dan tipe pembelajar fisikaan yang cocok.

6. Membentuk Generasi Berkualitas

Diantara banyak model pembelajar fisikaan psikologis, model yang diaplikasikan dengan kelompok kecil memberikan peluang yang besar pada anggota kelompoknya untuk berekspresi mendemonstrasikan pengetahuannya. Kelompok belajar fisika secara berpasangan adalah salah satu bentuk kelompok kecil,

yang dapat dipakai untuk meningkatkan peranan peserta fisika dalam pembelajar fisikaan. Kelompok belajar fisika yang besar sering didominasi oleh peserta fisika yang pintar sehingga peserta fisika yang berkemampuan sedang dan rendah kurang mendapat kesempatan dalam pembelajar fisikaan.

7. Membuat Materi Menjadi Menarik

Proses belajar fisika mengajar kadang kala membosankan apabila materi yang disampaikan kurang menarik, terutama pada beberapa mata pelajaran yang membutuhkan visualisasi untuk memahaminya. Melihat hal itu, maka diperlukan media pembelajar fisikaan yang dapat memecahkan permasalahan peserta fisika untuk tetap fokus terhadap materi yang disampaikan.

Kedudukan pembelajar fisikaan dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya mempertinggi interaksi psikolog pendidikan-peserta fisika dan interaksi peserta fisika dengan lingkungan belajar fisikanya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang salah satunya berupa komputer, dimana alat ini dapat menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan.

8. Memanfaatkan Teknologi

Pemanfaatan media komputer sebagai salah satu media pembelajar fisikaan diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, sehingga proses belajar fisika mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Pemanfaatan komputer dalam pembelajaran juga menungkinkan terjadinya proses belajar fisika yang berlangsung tanpa unsur paksaan sesuai dengan keinginan psikolog pendidikan, tetapi melibatkan minat dan bakat peserta fisika.

9. Menciptakan Inovasi dalam Memahami Perilaku Belajar Fisika

Pembelajar fisikaan yang inovatif yang relevan dengan keterlibatan dan peran aktif peserta fisika dalam pembelajar fisikaan adalah pendekatan pembelajar fisikaan yang berpusat pada peserta fisika (student centered) dan keterkaitannya dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dari pembelajar fisikaan tersebut adalah pembelajar fisikaan yang menekankan agar peserta fisika sendiri yang akan membangun pengetahuannya,

sedangkan psikolog pendidikan harus merancang kegiatan pembelajar fisikaan bagi peserta fisika untuk meningkatkan pengetahuan awal yang dimilikinya. Ausubel (Dahar, 1996), menyatakan bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar fisika adalah apa yang telah diketahui peserta fisika.

10. Memaksimalkan Peran untuk Memecahkan Masalah Sehubungan dengan Ilmu Fisika

Disini peserta fisika dituntut untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Menurut Nur dan Wikandari (2000: 2), psikolog pendidikan dapat membantu peserta fisika dalam mengkonstruksi pengetahuannya, dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi yang diberikan oleh, psikolog pendidikan menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi peserta fisika, dan dengan memberikan kesempatan kepada peserta fisika untuk menemukan dan menetapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar fisika.

Demikian yang dapat disampaikan penulis, semoga menjadi wawasan berkualitas untuk sobat pembaca. Terima Kasih.

You may also like