Home » Ilmu Psikologi » 10 Kontribusi Psikolog dalam Kepemimpinan yang Efektif

10 Kontribusi Psikolog dalam Kepemimpinan yang Efektif

by Arby Suharyanto

Sobat tentu pernah mendengar kata pepatah, pemimpin yang baik akan membawa kebaikan, dan pemimpin yang buruk akan membawa kepada kehancuran. Tentu hal itu memang benar secara nalar dan telah terbukti secara nyata dimana suatu badan usaha atau apapun yang diarahkan oleh pemimpin yang berkualitas

akan memiliki kemajuan jauh lebih baik daripada bidang yang dipimpin pemimpin rendahan akan mengalami kehancuran dan kemunduran serta mengalami penumpukan masalah. Dalam hal ini, psikologi juga memiliki peran untuk mewujudkannya,

walaupun semua usaha tentunya dilakukan oleh seseorang atau pemimpin itu sendiri, namun psikologi mengarahkan dan membentuk untuk mencapai yang terbaik dengan tetap meninggikan pendidikan karakter. Baiklah sobat, yuk simak ulasan lengkapnya yakni 10 Kontribusi Psikolog dalam Kepemimpinan yang Efektif.

1. Mengetahui Tingkat Kecerdasan

Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa kepemimpinan mempunyai tingkat kemampuan karakter oleh psikolog yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah kepemimpinan tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kemampuan karakter oleh psikolog pengikutnya. (Baca juga mengenai terapi kognitif pada lansia).

2. Menjelaskan Kedewasaan dan Keluasaan Hubungan Sosial

Kepemimpinan cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil dengan arahan dari psikolog, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai. (Baca juga mengenai peran remaja dalam mengatasi ancaman).

3. Memberi Motivasi diri dan Dorongan Berprestasi

Para kepemimpinan secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik. Hal itulah yang dilihat psikolog ketika menilai seseorang umumnya akan diketahui mana yang memiliki jiwa pemimpin dan diarahkan untuk menuju kepemimpinan yang sukses. (Baca juga mengenai contoh peran remaja dalam masyarakat).

4. Membentuk Sikap Hubungan Kemanusiaan

Kepemimpinan kepemimpinan yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Walaupun sifat yang disampaikan psikolog merupakan sifat ideal yang diinginkan dalam diri seorang kepemimpinan, (Baca juga mengenai peran remaja dalam perkembangan desa).

kenyataannya tidak seorangpun kepemimpinan memiliki seluruh sifat ideal secara sempurna. Hal ini tampak terutama pada adanya perbedaan-perbedaan dalam sifat-sifat kepemimpinan yang dimiliki setiap yang diteliti namun psikolog mengarahkan sifat dasar tersebut menjadi hal yang positif dan berdampak baik pada kepemimpinan. (Baca juga mengenai peran dalam perkembangan emosi remaja).

5. Menggunakan Teori Psikologi dalam Kepemimpinan

Teori psikologi dalam kepemimpinan ini memiliki dasar perkembangan yang berakar pada psikologi sosial. Teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai suatu dasar yang penting bagi pendekatan teori psikologi. Teori psikologi ini beranggapan bahwa, supaya psikologi bisa mencapai tujuan-tujuan, harus terdapat suatu pertukaran yang positif

di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan mengembangkan peranan.

Penelitian psikologi sosial dapat digunakan untuk mendukung konsep-konsep peranan dan pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan. Suatu hasil penelitian ulang yang sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja.

6. Mengarahkan Perilaku Sesuai Kondisi

Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak (lenient) dihubungkan kepemimpinan yang diarahkan psikolog yang tidak melihat perbedaan yang besar di antara orang lain yang paling banyak dan paling sedikit disukai  atau memberikan suatu gambaran yang relatif menyenangkan kepada orang lain yang paling sedikit disenangi.

Gaya yang berorientasi tugas atau “hard nosed” dihubungkan dengan kepemimpinan yang diarahkan psikolog yang melihat suatu perbedaan besar di antara orang lain yang paling banyak dan paling sedikit disenangi dan memberikan suatu gambaran yang paling tidak menyenangkan pada orang lain yang paling sedikit diskusi .

7. Mengarahkan untuk Menjadi Teladan

Aspek psikologis dalam kepemimpinan (Leadership) lebih mengarah pada bagaimana seorang pemimpin mampu menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga apa yang dia inginkan (dalam konteks organisasi) diikuti, segala yang diperintahkan dilakukan sebaik mungkin, dan apa-apa yang dia larang dipatuhi untuk dijauhi. Keteladanan terwujud karena ia memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang jarang (bahkan tidak) dimiliki oleh bawahannya.

8. Memanfaatkan Kelebihan untuk Kebaikan

Kelebihan menduduki posisi dominan dalam kelompoknya. Diantara kelebihan yang dapat mengantarkan seorang pemimpin menjadi teladan bagi bawahannya adalah keunggulannya dalam hal integritas pribadi, penguasaan IPTEK, aspiratif, apresiasif, cepat mengambil keputusan dan melakukan tindakan, dan sejenisnya.

Gambaran aspek psikologis demikian berlaku umum pada organisasi yang solid. Individu yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi pemimpin untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Individu pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka yang dipimpinnya.

Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia sendiri bersikap tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan psikologis. kemampuan berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang amat cerdas, karena memiliki abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk melihat, menafsirkan, dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anggota organisasi.

9. Menyadarkan untuk Action

Seorang kepemimpinan yang diarahkan psikolog harus mempunyai modal dasar sehingga mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajerial. Kaitannya dengan leadership, fungsi manajerial yang terutama dan mendasar harus dimiliki oleh seorang kepemimpinan yang diarahkan psikolog adalah:

Pendidikan karakter dan pemahaman psikologi, yaitu kemampuan kepemimpinan yang diarahkan psikolog dalam mempengaruhi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok pada suatu organisasi dalam upaya memanfaatkan sumberdaya manusia, material, teknologi dan finansial untuk mencapai tujuan secara efektif.

Fungsi pendidikan karakter dan pemahaman psikologi ini menduduki posisi tertinggi diantara fungsi-fungsi manajerial yang ada. Bila fungsi ini terabaikan, maka seorang kepemimpinan yang diarahkan psikolog tidak lebih berfungsi daripada “Boneka”, yang sepenuhnya dikendalikan oleh bawahannya.

10. Mengarahkan pada Peran Pemimpin, yaitu :

  • Panutan (hati nurani): menjadi contoh yang baik.
  • Perintis (visi): Bersama-sama menentukan arah yang dituju.
  • Penyelaras (disiplin): Menyusun dan mengelola system agar tetap pada arah yang telah ditetapkan.
  • Pemberdaya (gairah): memfokuskan bakat pada hasil, bukan pada metode, lalu menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, memang menjadi pemimpin itu tidak mudah ya sobat, harus memiliki ilmu dan jiwa yang bertujuan untuk kemajuan bersama bukan hanya keuntungan pribadi. Oke sobat, sampai jumpa di artikel berikutnya. Terima Kasih.

You may also like