Di era yang serba teknologi saat ini, konsep citra dalam psikologi politik menjadi hal yang menarik untuk dibahas karena kita tahu bahwa banyak politikus yang membangun citra dengan memanfaatkan teknologi. Ya, kemudahan akses informasi semacam itu bisa menjadikan mereka para politikus membangun citra tertentu bagi publik sehingga publik bisa tertarik dengan apa yang menjadi visi atau misi dari pihak yang berkepentingan tersebut. Lantas, sebenarnya apa atau bagaimana konsep dari citra itu sendiri jika ditinjau dari psikologi politik?
Baca juga:
- Aplikasi psikodiagnostik dalam bidang politik
- Penerapan psikologi sosial dalam bidang politik
- Dampak psikologis dari mobilitas sosial
Citra secara harafiah bisa diartikan sebagai gambaran. Penggunaan citra ini sendiri juga tergantung dari konteks apa yang sedang dibicarakan. Jika kita sedang membicarakan di ruang lingkup politik, maka citra jelas merupakan sebuah gambaran yang melekat dari seseorang (dalam hal ini adalah tokoh politik) yang akan memberikan semacam inspirasi atau hal lain yang akan membuat seseorang tertarik untuk memiliki satu visi dengannya. Citra ini sangat berperan penting kaitannya dengan dukungan publik. Ketika citra seseorang jatuh, maka bisa saja ia kehilangan pamor dan reputasi. Untuk mengetahui konsep citra lebih lanjut, berikut adalah beberapa poin pembahasannya:
- Mengandung Unsur Persuasif
Citra mengandung unsur persuasif. Artinya, ada unsur ajakan tertentu yang secara tidak langsung ditujukan pada orang lain. Melalui citra pula, seseorang akan berusaha menyelaraskan visi yang dimilikinya dengan visi orang yang dianggap memiliki citra lebih baik. Orang lain mungkin akan mengagumi dan mendapat inspirasi dari tokoh yang ia anggap memiliki citra baik. Ibaratnya, ia menjadikannya sebagai panutan karena perbuatan dan tingkah yang baik yang dimilikinya.
- Memiliki Keterkaitan dengan Media Massa
Dalam dunia politik, pengaruh media massa sangat penting bagi citra seorang tokoh. Tak jarang ada banyak tokoh sekarang ini yang memanfaatkan media massa untuk membangun citra yang dimilikinya. Bahkan, tidak hanya dengan media massa saja, media sosial pun digunakan sebagai wadah untuk “mengenal” lebih dekat pada seseorang. Ini memang tidak bisa dipungkiri bisa menjadikan seseorang memiliki suatu citra tertentu yang dianggap berpengaruh. (Baca juga: Peranan psikologi komunikasi dalam hubungan antar manusia)
- Bisa Mempengaruhi Publik
Melanjutkan penjelasan sebelumnya, citra yang sudah terbentuk dan melekat pada diri seseorang bisa memiliki pengaruh tertentu. Cakupan pengaruh ini tidak hanya terbatas pada satu atau dua orang saja melainkan bisa mempengaruhi publik dalam jumlah yang luas. Tentu saja ini berarti bahwa seseorang bisa mengarahkan publik untuk mengikuti visinya karena citra yang dimilikinya sudah dianggap selaras bagi orang lain.
- Membangun Kepercayaan
Dengan adanya citra yang sudah terbentuk tadi, maka kepercayaan dari orang lain bisa dengan mudah terbentuk. Tugas selanjutnya dari seseorang yang sudah memiliki citra tersebut adalah melakukan hal-hal yang sifatnya konsisten. Sekali saja ada suatu peristiwa atau kejadian yang kontradiktif dengan perbuatan yang sudah biasa dilakukan selama ini, maka citra seseorang bisa saja langsung jatuh. Ini akan berdampak pada reputasinya. (Baca juga: Cara membangun sikap kritis)
- Merupakan Cermin dari Realitas
Mulanya, konsep citra dalam psikologi politik diawali dengan cerminan diri yang memang sesuai dengan kenyataan. Biasanya seseorang akan melakukan kebiasaan dan perilaku yang membangun citra dari dirinya. Ini merupakan tahap paling awal dari seseorang dalam membangun citra yang dimilikinya. (Baca juga: Kesalahan persepsi dalam psikologi)
- Bisa Memberi Gambaran yang Salah dari Realitas
Konsep selanjutnya mengenai citra ini yaitu, citra justru bisa memberi gambaran yang salah dari kenyataan yang ada. Ini bisa dijelaskan ketika ada perbedaan persepsi atau cara pandang seseorang ketika melihat perilaku orang lain. Orang lain yang membuat kesimpulan tersebut kemudian justru menutupi realita yang ada. Pada akhirnya, citra yang terbangun justru mengikuti kesimpulan tersebut.
- Menyembunyikan Realitas
Meneruskan penjelasan dari poin di atas, ketika citra seseorang mengikuti kesimpulan atau persepsi orang lain, maka citra ini justru menyembunyikan realitas yang ada. Ia akan semakin terbangun dengan cara berperilaku seseorang yang mengikuti apa mau publik atau suara terbanyak mengenai dirinya. Lama kelamaan, jati diri seseorang justru menjadi tertutupi oleh citra yang sedang ia bangun.
- Tidak Berhubungan dengan Realitas
Pada akhirnya, citra seseorang bisa tidak berhubungan sama sekali dengan realitas. Seseorang mungkin akan hidup dengan citra yang ia bangun. Ia kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya dan menjadikannya individu yang mungkin saja “palsu”. Hal ini mungkin sering kita lihat dalam fenomena politik. Dan kembali lagi ke konsep membangun kepercayaan, ketika perilaku seseorang tersebut buruk atau bertentangan, maka citra yang ia bangun bisa langsung hilang begitu saja.
Itulah sekilas penjelasan mengenai citra. Kita bisa menelaah lebih lanjut lagi tentang konsep citra dalam psikologi politik ini dengan memperbanyak referensi lain.