Home » Teori Psikologi » 15 Kesalahan Persepsi Dalam Psikologi yang Harus Diketahui

15 Kesalahan Persepsi Dalam Psikologi yang Harus Diketahui

by Bernadet Maress

Persepsi dalam psikologi merupakan penilaian atau tanggap pada sebuah stimulus atau juga bisa rangsangan oleh seseorang lewat indera sehingga orang tersebut bisa mengerti tentang stimulus yang diterima tersebut. Persepsi juga menjadi sebuah proses aktivitas seseorang pada saat memberikan kesan, merasakan, menilai dan untuk mengimpretasikan sesuatu hak atas dasar stimulus atau informasi yang sudah diberikan. Namun, dalam persepsi juga sering terjadi kesalahan yang dalam ulasan tentang kesalahan persepsi dalam psikologi akan kami ulas secara jelas dan lengkap.

  1. Kesalahan Atribusi

Atribusi merupakan proses internal yang terjadi dalam diri individu dalam memahami sesuatu atau perilaku orang lain. Dalam usaha tersebut, maka seseorang akan memakai beberapa sumber informasi yang bisa didapat. Kesalahan atribusi ini bisa terjadi saat seseorang melakukan kesalahan dalam menafsirkan sebuah pesan atau perilaku sehingga dianggap internal meskipun hal tersebut sebenarnya merupakan faktor eksternal atau bisa terjadi sebaliknya.

Inividu akan berpikir jika seseorang akan digerakkan oleh faktor eksternal, namun sebenarnya, faktor internal yang menyebabkan perilaku tersebut. kesalahan dalam atribusi lainnya adalah pesan yang kemudian dipersepsikan secara tidak utuh dan tidak lengkao sehingga membuat seseorang menafsirkan pesan dengan cara menafsirkan kekurangannya.

  1. Efek Halo

Kesalahan persepsi berikutnya adalah efek halo yakni fakta jika saat seseorang membentuk sebuah kesan secara menyeluruh mengenai sebuah benda atau seseorang. Kesan yang secara menyeluruh ini akan menimbulkan efek kuat dari penilaian individu atas sifat yang lebih spesifik.

Efek halo ini memang sudah umum terjadi dan akan berpengaruh secara kuat pada diri pribadi untuk menilai benda atau seseorang. Dalam kehidupan sehari hari, mungkin seseorang akan menemukan sifat positif yang lebih terlihat dari diri seseorang seperti contohnya orang tersebut penggembira, selalu berkatan jujur, baik dan lain sebagainya.

  1. Stereotip

Kesulitan dalam berkomunikasi bisa terjadi dari stereotip dengan cara menggeneralisasikan beberapa orang atas dasar informasi yang masih dikatakan minim dan kemudian langsung membentuk asumsi tentang sesuatu berdasarkan kelompok. Stereotip adalah proses memposisikan seseorang dan juga beberapa objek dalam sebuah kategori yang mapan atau menilai tentang beberapa orang atau beberapa objek atas dasar kategori yang dianggap sesuai dibandingkan dengan karakteristik individual.

Teori persepsi menurut Robert A. Baron dan juga Paul B. Paulus beranggapan jika stereotip merupakan kepercayaan yang hampir selalu salah . Jika dilihat secara umum, stereotip merupakan kategorisasi secara sembarangan dan mengabaikan beberapa perbedaan yang dimiliki masing masing individu.

  1. Ilusi Optis

Ada banyak pengertian persepsi menurut para ahli begitu juga dengan ilusi. Ilusi optis bisa terjadi karena mata manusia yang salah dalam melakukan penangkapan. Ada beberapa anggapan konvensional jika ilusi memiliki sifat fisiologis dan juga memiliki sifat kognitif. Ilusi optik digunakan oleh arsitek asal Yunani untuk memastikan jika tiang sudah terlihat lurus dan berbagai hal lainnya.

Dalam sebuah penelitian juga dibuktikan jika penggunaan beberapa ilusi semakin serius yang digunakan untuk memahami bagaimana cara otak untuk menilai sebuah ukuran yang relatif.

  1. Tidak Ada Ketersediaan Informasi

Tidak adanya informasi saat seseorang menerima sebuah stimulus yang masih terbilang baru nantinya bisa menyebabkan kekacauan dan kesalahan dalam persepsi. Untuk itulah sebagai contoh dalam bidang pendidikan, sebuah materi pelajaran harus terlebih daulu disampaikan sebelum selanjutnya akan diteruskan dengan materi berikutnya.

Sebagai contoh lainnya, seseorang yang datang pada pertengahan diskusi kemungkinan bisa menangkap hal yang kurang tepat sebab orang tersebut tidak memiliki informasi cukup yang sama dengan beberapa orang lain dalam diskusi tersebut sebab informasi juga bisa dijadikan cues atau petunjuk untuk mempersepsikan sesuatu.

  1. Emosi

Emosi juga nantinya bisa mempengaruhi cara seseorang dalam menerima atau mengolah sebuah informasi pada sebuah keadaan sebab sebagian perhatian dan juga energi adalah hanya sebatas emosi tersebut. Seseorang kemungkinan akan tertekan jika baru saja mengalami pertengkaran yang akhirnya mengalami kemacetan sehingga macam macam persepsi dalam psikologi dari gurauan sahabatnya dianggap sebagai sebuah penghinaan.

  1. Impresi

Impresi adalah stimulus yang menonjol atau salient dimana akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Warna kontras, ukuran gambar yang besar atau suara kuat dengan pitch tertentu akan lebih menarik individu agar lebih memperhatikan dan juga fokus dalam persepsi yang dimiliki orang tersebut. Seseorang nantinya akan memperkenalkan diri dengan sopan serta berpenampilan menarik dimana akan lebih mudah dipersepsikan sebagai hal yang positif dan persepsi tersebut juga akan berpengaruh terhadap pandangan pandangan lain berikutnya.

  1. Konteks

Konteks yang bisa dalam bentuk sosial, lingkungan fisik atau budaya juga berpengaruh terhadap kesalahan persepsi. Konteks akan memberikan dasar yang sangat menentukan bagaimana figure nantinya akan dipandang. Jika fokus berada pada figure yang sama namun pada dasar atau ground yang berbeda nantinya juga bisa memberikan makna yang juga berbeda sehingga cara meningkatkan akurasi persepsi harus dilakukan.

  1. Prasangka

Prasangka adalah kekeliruan persepsi pada seseorang yang berbeda yang juga merupakan sebuah konsep saling berdekatan dengan stereotip. Dari beberapa pakar beranggapan jika stereotip identik dengan prasangka sehingga prasangka dijadikan konsekuensi dari stereotip dan lebih diamati dibandingkan dengan stereotip.  Prasangka selalu memakai citra yang kaku untuk meringkas segala sesuatu yang dipercaya.

Sedangkan menurut Richard W. Brislin beranggapan jika prasangka adalah sebuah sikap tidak adil, menyimpang dan juga tidak toleran pada beberapa orang tertentu. Seperti halnya pada stereotip yang bisa berbentuk negatif atau positif, prasangka lebih sering bersifat negatif.

  1. Gegar Budaya

Lundstedt berkata jika gegar budaya merupakan bentuk tidak mampunya seseorang untuk menyesuaikan diri yang menjadi sebuah reaksi dalam upaya sementara yang gagal dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan beberapa orang baru sebagai contoh persepsi dalam psikologi komunikasi yang salah.

Sedangkan menurut P. Harris dan juga R. Moran, gegar budaya merupakan sebuah trauma umum yang terjadi pada seseorang dalam sebuah budaya baru dan berbeda sebab harus belajar kembali dan mengatasi terlalu banyak nilai budaya dan juga pengharapan baru sedangkan nilai budaya dan juga mengharapan buaya yang lama tidak sesuai lagi.

  1. Ilusi Rangsang Kompleks

Jika sebuah rangsangan diamati terlalu kompleks, maka rangsangan tersebut bisa menutupi atau menyamarkan beberapa fakta objektif dari sebuah gejala atau objek tertentu. Sebagai contoh, ketakutan terhadap suasana suram, tiang listrik yang terlihat menakutkan di malam hari dan lain sebagainya.

Seseorang nantinya bisa melakukan pengamatan yang jauh lebih teliti dan akhirnya menemukan interpretasi tepat dari pengamatan tersebut sehingga nantinya ilusi akan hilang dengan sendirinya. Ini disebabkan karena ketakutan, kecemasan, keinginan dan juga pengharapan tertentu. untuk beberapa penderita gangguan psikis, dunia ini terlihat akan sangat menakutkan dan penuh dengan bahaya serta ancaman yang mengerikan.

  1. Ilusi Fisiologis

Ilusi fisiologis juga menjadi kesalahan persepsi dalam psikologi seperti yang terjadi pada kesan gambar atau afterimages tertentu dalam waktu lama. Ini merupakan efek yang bisa terjadi pada mata dan juga otak sesudah mendapatkan rangsangan tertentu yang terlalu berlebihan sehingga cara meningkatkan persepsi antar pribadi sangat dibutuhkan.

  1. Ilusi Kognitif

Ilusi kognitif bisa terjadi karena anggapan tentang pikiran tertentu pada sesuatu diluar. Pada umumnya, ilusi kognitif ini terbagi menjadi ilusi ambigu, ilusi paradoks, ilusi distorsi dan juga ilusi fiksional.

Jika dalam ilusi ambigu, objek atau gambar dapat diartikan berbeda seperti contohnya vas rubin atau kubus necker. Sedangkan dalam ilusi distorsi terdapat distorsi ukuran, panjang atau juga bisa difat kurva seperti lurus lengkung seperti contohnya ilusi dinding kafe dan juga ilusi mueller lyer.

Ilusi paradoks terjadi karena objek paradoksikal atau sesuatu yang tidak mungkin seperti segitiga penrose atau tangga yang mustahil seperti yang terlihat pada karya seni grafis M C Escher berjudul Air Terjun. Sedangkan ilusi fiksional diartikan sebagai persepsi terhadap objek yang berbeda sama sekali untuk seseorang namun tidak untuk orang lain seperti yang terjadi pada halusinogen dan juga schizoprenia atau lebih tepat dikatakan sebagai halusinasi.

  1. Ilusi Visual atau Penglihatan

Saat seseorang mengalami ilusi visual seperti melihat sesuatu yang berbeda dengan realitas fisik yang disebabkan karena adanya gambaran menyesatkan dan mengelabui penglihatan. Akibatnya, otak akan menerima informasi yang salah dan membuat persepsi secara keliru sehingga gambaran yang terbentuk tidak sesuai dengan obyek yang sebenarnya yang membutuhkan cara mengurangi distorsi persepsi.

  1. Ilusi Akustik dan Ilusi Olfaktorik

Ilusi akustik atau pendengaran juga bisa menyebabkan kesalahan dalam persepsi. Sebagai contoh, saat seseorang mendengar beberapa kata dalam percakapan yang seperti nama mereka sendiri, mereka kemudian percaya jika beberapa orang tersebut sedang membicarakan dirinya.

Sedangkan ilusi olfaktorik atau pembauan adalah pembauan yang berbeda dengan bau sesungguhnya atau kenyataan. Sebagai contoh, saat mencium bau minyak wangi namun yang dirasakan orang tersebut bukanlah bau yang harum namun bau busuk yang menyengat.

Kesalahan persepsi dalam psikologi pada dasarnya dibagi menjadi lima bagian yakni atribusi, efek halo, stereotip, prasangka dan gegar budaya yang semuanya ini akan membuat seseorang salah dalam memberikan kesan, merasakan dan mengimpretasikan sesuatu berdasarkan dari stimulus atau informasi yang sudah diberikan.

You may also like