Apakah Anda pernah mendengar mengenai kecerdasan qalbiyah dalam psikologi islam selama ini? Jika belum, pada pembahasan kita kali ini kita akan membahas mengenai psikologi islam dengan berbagai macam kajian tentang kecerdasan. Macam-macam kecerdasan manusia jika diartikan secara umum mengandung makna sebagai pemahaman, kesempurnaan dan kecepatan akan sesuatu. Lebih luas lagi, kecerdasan berarti bagaimana cepatnya seseorang dalam memahami sesuatu. Ini adalah definisi kecerdasan yang menunjukkan bagaimana seseorang bisa cepat menangkap pemahaman dengan baik.
Di dalam psikologi islam sendiri, kecerdasan juga dipandang sebagai kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu dengan menggunakan nilai-nilai ibadah di dalamnya. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan qalbiyah atau kalbu. Bila kecerdasan secara umum lebih membahas mengenai kecerdasan intelektual, spiritual dan moral, maka pada kecerdasan kalbu ini juga meliputi kecerdasan beragama atau bertuhan. Ada beberapa macam bentuk di kecerdasan qalbiyah ini, berikut adalah uraian ringkasnya:
- Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang memiliki sifat intuitif ilahiyah. Ini bisa dipahamai sebagaimana wahyu yang diterima kepada rasul dan nabi. Kecerdasan intelektual dalam psikologi islam dipandang sebagai sesuatu yang sudah ada dalam diri manusia, dan dikembangkan dalam kerohaniannya. Kepekaan terhadap unsur firasat dan prasangka mungkin menjadi daya ukur bagaimana kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh seseorang.
- Kecerdasan Emosional
Pengendalian nafsu ataupun keinginan yang menggebu-gebu dalam diri seseorang disebut sebagai kecerdasan emosional. Seseorang yang cerdas emosionalnya dianggap mampu memahami situasi dan mengendalikan hawa nafsunya. Psikologi islam memandang hal ini sebagai sesuatu yang bisa dipelajari. Kecerdasan emosional ini menjadi bagian dari qalbiyah yang juga seharusnya sudah ada dalam diri setiap individu. (Baca juga: Fungsi jiwa dalam psikologi)
- Kecerdasan Moral
Hampir sama dengan kecerdasan emosional, pengendali hawa nafsu dari seseorang adalah bagaimana ia mampu memahami nilai dan moral yang dibawa dalam dirinya setelah belajar agama. Kebaikan yang diajarkan oleh agama kemudian menjadi sebuah peraturan tidak tertulis yang akan diingat dan menjadi penahan seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap amoral. Kecerdasan ini juga akan semakin berkembang seiring seseorang itu tumbuh dewasa dan mampu memahami bagaimana keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya.
- Kecerdasan Kalbu
Kecerdasan qalbiyah dalam psikologi islam selanjutnya yaitu kecerdasan kalbu itu sendiri. Kalbu di sini dianggap sebagai sesuatu yang mungkin tidak bisa dilihat secara langsung, akan tetapi ada dalam pikiran dan jiwa manusia. Kualitas batin seseorang akan ditunjukkan dengan kecerdasan kalbu yang dimilikinya. Seseorang mungkin akan menjadi lebih memahami apa saja hal-hal yang semestinya ia lakukan untuk meningkatkan kualitas batinnya melalui pendekatan-pendekatan keagamaan. Ketenangan batin merupakan hasil yang diharapkan ketika seseorang semakin tahu tentang kecerdasan kalbu.
- Kecerdasan Beragama atau Spiritual
Jenis kecerdasan selanjutnya yaitu kecerdasan spiritual atau beragama. Seseorang mampu memahami konsep ketuhanan dengan baik. Ia meyakini bahwa apa yang ada di dunia ini, termasuk dirinya adalah berkat kuasa dari Tuhan. Oleh karenanya, pendekatan dengan unsur keagamaan akan semakin kuat terasa di sini. Ia akan belajar mengenai konsep ketaqwaan, yaitu tentang bagaimana berperilaku benar dengan cara menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya.
Kecerdasan qalbiyah ini dianggap memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan kecerdasan yang sifatnya masih dalam batas kesadaran manusia. Sifatnya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan berada dalam alam supra kesadaran manusia. Mencapai kecerdasan qalbiyah memang memerlukan beberapa usaha yang tidak mudah. Ada beberapa cara yang dapat meningkatkan kecerdasan qalbiyah dalam diri individu yaitu:
- Mengenali diri sendiri
- Bermuhasabah atau intropeksi diri sendiri
- Merasakan kehadiran Allah swt. dalam setiap melaksanakan tindakan
Pencapaian seseorang tentunya akan berbeda-beda mengenai konsep dalam kecerdasan qalbiyah ini. Namun pada dasarnya, ketika seseorang sudah memutuskan untuk mulai meningkatkan kecerdasan qalbiyah maka ia bisa memulainya dengan cara mengenali diri sendiri lebih mendalam. Ia harus bisa mengukur bagaimana kondisi keimanannya saat ini. Apakah ia sudah cukup konsisten dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan aturan agama atau belum. (Baca juga: Psikologi agama)
Tahap selanjutnya yaitu tentang intropeksi diri. Diperlukan kesadaran yang baik dalam diri seseorang untuk mengetahui kekurangan-kekurangannya sehingga ia bisa mulai memperbaiki diri sendiri. Bila itu semua sudah dilakukan, maka dalam bertindak pun ia akan mulai merasakan kehadiran Allah swt. sehingga kualitas kepribadiannya pun meningkat. (Baca juga: Contoh pendekatan psikologis dalam studi islam)
Setidaknya itulah tadi beberapa macam uraian singkat mengenai konsep dari kecerdasan qalbiyah. Bentuk kecerdasan ini menarik, sebab rupanya kita dituntut untuk tetap bisa berlaku dengan mengesampingkan rasional akan tetapi tetap pada tujuan-tujuan yang mengarah pada kebaikan. Cukup sulit memang, tetapi banyak yang menyebutkan bahwa semua akan diawali dari niat kita untuk meningkatkan kecerdasan yang ada dalam diri kita. Semoga tulisan mengenai kecerdasan qalbiyah dalam psikologi islam ini bermanfaat dan jangan lupa baca tulisan menarik lainnya seputar ilmu psikologi.