Self injury atau kebiasaan menyakiti diri sendiri ini merupakan salah satu masalah dalam dunia psikologi. Self injury berbeda dengan psikopat, biasaya penderita cenderung melakukan penganiayaan hingga pelecehan terhadap diri mereka sendiri secara impulsif sebagai bentuk dari pelampiasan perasaan atau emosi tanpa bermaksud untuk bunuh diri.
Dilansir dari Mental Health America, sebuah studi mengungkapkan bahwa metode atau cara yang paling umum dilakukan oleh penderita self injury antara lain:
- Menyayat kulit sebanyak 70-90%,
- Membenturkan kepala atau memukul diri sendiri sebanyak 21-44%
- Melakukan pembakaran ringan pada anggota tubuh sebanyak 15-35%
- Luka lainnya seperti menggores anggota tubuh sampai mengeluarkan darah, memasukan sesuatu ke dalam tubuh, sampai mengonsumsi detergen atau pemutih.
Siapa yang Bisa Terkena Self Injury?
Siapapun berpotensi menderita self injury karena hal ini merupakan gangguan psikologi. Namun sebuah peneltian di Amerika menunjukkan bahwa gangguan psikologi ini paling banyak terjadi pada mahasiswa dengan kisaran 17-35%, disusul remaja dengan angka 15% dan orang dewasa sebanyak 4%.
Lalu Mengapa Seseorang Melakukan Self Injury?
Disebutkan seseorang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri sebagai bentuk ungkapan perasaan mereka. Umumnya mereka yang senang menyakiti diri sendiri merupakan orang-orang yang merasa kosong dan merasa sulit dipahami oleh orang lain. Penderita juga mudah merasa kesepian dan tidak siap akan tanggung jawab orang dewasa.
Untuk menyalurkan emosi dan perasaan mereka, akhirnya penderita gangguan psikologi ini melakukan tindakan-tindakan menyakiti diri sendiri seperti yang menyayat kulit hingga membenturkan kepala. Selain itu self injury juga biasa dilakukan sebagai bentuk mencari perhatian, menyelesaikan konflik batin maupun bentuk ketidaksetujuan terhadap orang lain.
Ciri-ciri Penderita Self Injury
Seseorang yang menderita self injury sebenarnya mudah untuk dikenali. Orang-orang ini biasanya memiliki banyak luka di tubuh mereka dan agar tidak menarik perhatian mereka akan berkilah luka-luka itu didapat dari peristiwa kecelakaan atau insiden. Namun selain dari luka di tubuh, penderita gangguan psikologi ini juga memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki harga diri yang rendah
Penderita self injury seringkali memiliki harga diri yang rendah. Mereka merasa tidak pantas untuk dicintai dan bahagia. Oleh karena itu mereka melampiasan kekesalan mereka dengan menyakiti diri sendiri.
2. Kesulitan bersosialisasi
Kesulitan dalam bersosialisasi juga merupakan ciri-ciri dari penderita self injury. Mereka biasanya adalah pribadi yang menutup diri dan berusaha menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa ingin ada campur tangan orang lain yang mungkin bisa meringankan beban mereka.
3. Tidak menonjol di lingkungan sosial
Kesulitan bersosialisasi tidak selalu sama dengan tidak menonjol di lingkungan sosial. Karena seseorang bisa saja menonjol di lingkungan sosial namun membatasi diri dari pergaulan. Yang diderita oleh self injury, mereka cenderung tidak menonjol di lingkungan sosial seperti kantor atau sekolah. Sebab dengan menonjolkan diri sama saja membuka akses bagi orang-orang untuk bertanya kehidupan mereka termasuk luka-luka yang mereka dapatkan.
Diagnosa
Untuk diagnosa pasti seseorang menderita self injury atau tidak hanya bisa dilakukan oleh profesional. Kita sebagai orang awam hanya bisa menduga dari beberapa ciri-ciri yang disebutkan. Namun jika sekelilingmu ada yang memiliki beberapa ciri-ciri self injury sangat disarankan untuk memeriksakannya lebih lanjut. Sebab self injury merupakan pintu menuju gangguan psikologi lainnya seperti Borderline Personality Disorder, bipolar, gangguan kecemasan, depresi hingga memicu schizophrenia.
Self Injury dan Potensi Bunuh Diri
Bagi penderita self injury, mereka menyakiti diri mereka hanya sebagai pelampiasan perasaan dan bukan upaya bunuh diri. Namun jika diteruskan penderita self injury akan semakin tidak puas dengan usaha-usaha menyakiti diri sendiri yang mereka lakukan hingga berakibat pada upaya bunuh diri sendiri sesungguhnya.
Misalnya seseorang pelaku self injury sebelumnya hanya menggoreskan luka di tangan mereka sebagai bentuk kemarahan, namun karena hal itu dirasa tidak cukup mereka mulai menggores lebih dalam atau lebih banyak yang mengakibatkan diri mereka kehilangan banyak darah lalu tewas.
Pengobatan
Seperti yang sudah dijelaskan penderita self injury harus memiliki perawatan khusus yang ditangani oleh profesional sebelum keinginan menyakiti diri mereka bertambah parah. Beberapa jenis pengobatan untuk penderita self injury sebagai berikut:
1. Terapi Evaluasi
Tahap pertama yang bisa dilakukan untuk penderita self injury adalah dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk membuka diri. Dengan terapi evaluasi mereka akan diberikan kesempatan untuk menceritakan keluhan mereka dan mendapat bantuan psikologi seperti support dan bantuan lainnya yang akan membuat mereka tidak lagi melukai diri sendiri.
2. Perawatan di Rumah Sakit
Ada tiga macam tahapan perawatan di rumah sakit yang disediakan untuk penderita self injury. Yang pertama adalah rawat jalan, ini adalah perawatan bagi mereka yang senang menyakiti diri sendiri dalam tahap pemula yang tidak terlalu membahayakan. Biasanya penderita tipe ini hanya memberikan luka-luka kecil pada tubuh mereka.
Kedua adalah perawatan 6-12 jam. Perawatan ini ditujukan bagi mereka yang menderita depresi hingga selalu berkeinginan menyakiti diri mereka sendiri. Perawatan ini jauh lebih intensif dan membutuhkan perhatian khusus.
Perawatan yang terakhir adalah dengan rawat inap. Pelayanan ini biasanya ditujukan bagi penderita yang cukup parah atau dengan kata lain keinginan mereka untuk menyakiti diri sendiri tidak hanya berkisar pada luka ringan tapi juga keinginan mengakhiri hidup. Bagi penderita tipe ini pengawasan orang-orang profesional sangat dibutuhkan agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan.
Namun diantara pilihan-pilihan pengobatan untuk gangguan psikologi ini yang terbaik adalah dengan melakukan perawatan kombinasi yang teridiri dari pengobatan medis atau obat-obatan yang dapat memberikan ketenangan dan menekan rasa cemas. Lalu dilanjut dengan terapi kognitif atau perilaku yang membantu penderita untuk memahami diri mereka dan mengurangi tindakan destruktif yang dapat membahayakan diri mereka. Dan yang terakhir adalah terapi interpersonal di mana penderita diberikan kesempatan untuk berbaur dengan lingkungan sosial dan mendapatkan kepercayaan untuk menjalin hubungan sosial di masyarakat.
Terlepas dari itu semua, keinginan untuk sembuh dan konsistensi dari penderita adalah yang utama. Karena yang bisa mengubah diri mereka hanyalah mereka sendiri. Dukungan dari lingkungan dan pengobatan medis adalah faktor eksternal sifatnya hanya membantu mereka untuk terlepas dari kebiasaan menyakiti diri sendiri.
Baca juga:
- Manfaat Relaksasi Bagi Jiwa
- Macam-Macam Sifat Manusia
- Karakteristik Gangguan Mood
- Gejala Gangguan Mental pada Remaja
- Cara Mengatasi Stres dan Depresi