yang tidak pernah selfie? Sepertinya di zaman kecanggihan smartphone seperti sekarang hampir semua orang melakukan selfie. Fenomena selfie atau memotret dri sendiri digandrungi oleh siapa saja baik tua, muda, pria, maupun wanita.
Apalagi teknologi semakin memperlihatkan kemajuannya, selfie menjadi lebih mudah dengan adanya berbagai aplikasi pendukung seperti filter, editing warna hingga bentuk wajah yang disertai ketajaman kamera yang sangat mendukung.
Namun suatu fenomena akan sangat aneh jika tidak dibarengi dengan dampak. Seperti halnya fenomena selfie yang membawa dampak pada beberapa faktor psikologis. Dilansir dari berbagai sumber, berikut 10 faktor psikologis akibat selfie yang berlebih.
- Narsistik
Faktor psikologis akibat selfie yang pertama adalah munculnya gejala kepribadian narsistik. Tidak bisa dipungkiri seseorang melakukan selfie didasari oleh keinginan mereka memamerkan diri mereka dan apa yang mereka lakukan.
Dalam tahap wajar narsistik bukanlah sesuatu yang buruk. Sebab dengan adanya narsistik seseorang sama saja dengan belajar menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Namun seperti kata pepatah bahwa tidak ada sesuatu yang baik jika berlebih, maka narsistik yang berlebih juga tidaklah baik. Hal ini dikarenakan narsistik berlebih akan membuat seseorang cenderung egois, merasa sempurna, dan mengganggap rendah orang lain.
Baca juga: Narcissictic Personality Disorder
- Body Dismorphic Disorder (BDD)
Faktor psikologis akibat selfie selanjutnya ialah Body Dismorphic Disorder (BDD) atau kecenderungan membenci bentuk tubuh sendiri karena terlalu sering membandingkan dengan orang lain.
Gangguan BDD seringkali terjadi pada wanita. Sebab wanita memiliki kecenderungan untuk merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya, terlebih jika sedang melakukan foto bersama dengan teman-temannya.
- Kecanduan
Yang ketiga adalah kecanduan. Bisa dikatakan sekali menemukan foto selfie yang bagus dengan angle yang pas seseorang akan merasa bahagia dan cenderung melakukan pengulangan untuk mendapatkan lebih banyak foto yang menarik.
Pengulangan ini jika diteruskan akan berubah menjadi sifat adiksi atau kecanduan. Telah banyak kasus seseorang yang kecanduan melakukan selfie hingga melakukan foto ratusan bahkan ribuan per hari.
- Eksibisionis
Tanpa disadari selfie secara berlebih dapat memicu seseorang mengalami eksibisionis. Eksibisionis atau kecenderungan memamerkan bagian tubuh tertentu ini bisa terejadi karena seseorang merasa bangga akan salah satu bagian tubuhnya yang banyak mendapat respon positif dari netizens saat ia melakukan selfie.
Kasus yang cukup menghebohkan pernah terjadi di Swiss di mana salah satu staf parlemennya melakukan foto bugil di gedung parlemen sebagai ungkapan kesenangan.
Baca juga: Perilaku Abnormal
- Krisis Percaya Diri
Sebuah penelitian menyebutikan bukan hanya narsistik, krisis kepercayaan diri juga tidak luput menjadi faktor psikologis akibat selfie berlebih. Sebab semakin sering seseorang melakukan selfie maka semakin sering pula mereka menemukan kekurangan diri mereka.
Akibatnya mereka akan merasa tidak percaya diri dan berupaya untuk melakukan segala cara agar bentuk tubuh mereka sesuai dengan apa yang mereka harapkan meskipun harus melakukan operasi plastik. Berikut ini kamu bisa mengetahui bagaimana Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri.
- Depresi
Melanjuti poin selanjutnya, perkebembangan dari krisis percaya diri dapat membuat seseorang mudah merasa depresi. Seiring berjalannya tren, rasa puas untuk menjadi sempurna pun akan semakin tinggi. Perubahan bentuk tubuh yang dilakukan pun dirasa tidak akan cukup dan keinginan untuk melakukan lebih banyak perubahan akan semakin mendesak.
Hal ini jika tidak didukung oleh faktor-faktor lain seperti keadaan lingkungan sosial bahkan finansial akan membuat tekanan tersendiri yang dapat berakibat pada depresi. Jika tidak segera ditangani, rasa depresi akan semakin berat dan memicu gangguan psikologis lainnya. Berikut ini ada informasi tentang Ciri-Ciri Depresi Terselubung, Ciri-Ciri Depresi Ringan, dan juga Terapi Psikologi Untuk Depresi Ringan.
Berbeda dengan kecanduan, gangguan obsesif kompulsif ditandai dengan adanya keinginan atau obsesi untuk mendapatkan hasil foto yang sempurna. Penderitanya akan terus melakukan foto berulang-ulang sampai mereka mendapatkan hasil yang sempurna.
Bagi seseorang yang menderita gangguan obsesif kompulsif, tidak masalah berapa banyak waktu yang mereka habiskan selama mereka belum mendapatkan foto yang mereka anggap bagus mereka akan terus melakukan selfie. Kasus yang paling menghebohkan menimpa seorang pria bernama Danny Bowman yang melakukan selfie sebanyak 200 kali dalam sehari dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri akibat tidak mendapatkan foto yang bagus.
Baca juga: Cara Menghilangkan Rasa Minder
Tidak banyak yang familiar dengan istilah ini. Mirip dengan narsistik, histrionik merupakan gangguan kejiwaan di mana penderitanya merasa ingin selalu diperhatikan. Pada kasus ini penderita akan melakukan segala cara agar foto selfie yang mereka buat mendapatkan perhatian dari orang-orang.
Mulai dari diet ketat, operasi plastik, hingga membeli barang-barang branded akan dilakukan agar foto selfie mereka mendapat respon yang besar dari netizens.
- Tingginya Sifat Egois
Mungkin tidak pernah terpikir bahwa selfie yang berlebih berdampak pada tingginya sifat egois. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah perkumpulan, seseorang yang kecanduan selfie cenderung tidak memperhatikan sekitarnya sehingga seringkali mereka akan memposting foto selfie mereka meskipun orang disekelilingnya merasa keberatan.
Misalnya saat berkumpul bersama teman-teman, seseorang yang kecanduan selfie akan tetap mengunggah foto terbaiknya meskipun temannya yang di dalam foto itu sedang dalam kondisi yang tidak baik dan merasa keberatan apabila foto tersebut disebarluaskan.
- Kurangnya Etika
Banyak yang menganggap kurangnya etika sebagai akibat dari pembentukan karakter yang tidak terarah. Padahal kurangnya etika bisa terjadi akibat selfie yang berlebih. Seperti disebutkan bahwa orang yang kecanduan selfie akan berusaha membuat foto terbaik untuk memenuhi hasrat mereka, meskipun itu melanggar norma, tata karma, ataupun etika yang berlaku di tempat tersebut.
Itulah 10 faktor psikologis akibat selfie secara berlebih. Tidak adanya melakukan selfie untuk menunjukkan siapa diri kita dan apa yang kita lakukan selama masih dalam tahap wajar, tapi kalau sudah berlebih sebaiknya mulai dihentikan ya.. 🙂