Home » Psikologi Remaja » 3 Faktor Psikologi Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja

3 Faktor Psikologi Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja

by Khanza Savitra

Ada banyak pengertian terkait definisi kesehatan reproduksi, ada yang menyatakan jika kesehatan reproduksi merupakan kondisi kesehatan yang sempurna, baik itu secara fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau cacat yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan proses. Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah kondisi fisik, mental, serta sosial yang utuh dan tidak hanya terbebas dari penyakit maupun cacat pada segala aspek yang berkaitan dengan sistem reporduksi, fungsi dan proses. Sedangkan menurut ICPD 1994 yang ada di Kairo menjelaskan jika kesehatan reproduksi adalah kondisi sempurna baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial yang bukan semata-mata karena tidak adanya penyakit atau kelemahan namun juga berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, dan proses.

Sehingga dapat disimpulkan jika kesehatan reproduksi mencakup beberapa hal, antara lain adalah:

  • Hak seseorang untuk bisa mendapatkan kehidupan seksual yang aman serta memuaskan dan memiliki kapasitas yang baik untuk bereproduksi
  • Kebebasan untuk memutuskan seberapa sering melakukannya
  • Hak laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan informasi dan memperoleh aksebilitas yang efektif, aman, dan terjangkau baik itu secara kultural maupun ekonomi.
  • Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai sehingga nantinya wanita memiliki kesempatan untuk dapat menjalani proses kehamilan yang aman.

Kesehatan reproduksi remaja sangat ditentukan bagaimana cara merawat serta menjaga kebersihan dari alat-alat genitalnya. Misalnya saja bila kondisi alat reproduksi basah dan lembab maka tentu saja membuat kadar keasaman meningkat yang memicu pertumbuhan jamur. Remaja perempuan akan lebih terkena infeksi pada area genitalnya jika tidak dapat menjaga kebersihan dari organ-organ vitalnya.

Sebenarnya ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi, mulai dari faktor sosial-ekonomi mulai dari kemiskinan, ketidak tahuan mengenai perkembangan seksual dan reproduksi, pendidikan yang rendah, dan lokasi tinggal yang terpencil. Faktor budaya dan lingkungan meliputi kepercayaan mengenai banyak anak banyak rejeki, praktek tradisional yang memberikan dampak buruk untuk kesehatan reproduksi, kebingungan remaja dan anak mengenai informasi fungsi produksi.

Faktor biologis meliputi cacat yang diderita semenjak lahir dan cacat pada bagian reproduksi dikarenakan penyakit menular. Dan yang terakhir adalah faktor psikologis yang meliputi dampak keretakan orang tua terhadap remaja, depresi akibat ketidakseimbangan hormon, wanita merasa tidak berharga pada pria yang membeli kebebasannya dalam bentuk materi dan masih banyak lainnya. Kali ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai faktor psikologi yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja.

1. Hubungan Harmonis Dengan Keluarga

Salah satu faktor psikologi yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja adalah bagaimana hubungan dna kedekatan antara remaja dan orang tua. Kedekatan dengan orang tua tentunya akan mempengaruhi perilaku remaja. Misalnya jika remaja tidak terlalu dekat bahkan memiliki hubungan buruk dengan orang tua akan menyebabkan munculnya gangguan psikologis remaja.

Remaja yang dekat dengan kedua orang tuanya akan mudah berbagi apapun mengenai masalah keremajaan yang mungkin sedang dialaminya. Peran keluarga dalam pendidikan anak adalah menjadi tempat awal bagi anak untuk mendapatkan pendidikan sebelum nantinya menjalani pendidikan di tempat lainnya. Sehingga remaja juga bisa mendapatkan beragam informasi yang tepat dari orang tua, termasuk mengenai kesehatan reproduksi remaja. Mana hal yang harus dilakukan dan mana hal yang harus dihindari.

Sehingga jika hubungan antara orang tua tidak terlalu baik, maka tentu saja sangat sulit bagi remaja mendapatkan informasi-informasi yang penting dan intim mengenai kesehatan reproduksi remaja apalagi jika kepribadiannya yang tidak dapat terbuka dengan orang lain.

2. Adanya Ketidakseimbangan Hormon

Beberapa remaja mungkin mengalami kondisi dimana hormon-hormon di dalam tubuhnya tidak seimbang dan menyebabkan gangguan-gangguan, misalnya saja seperti gangguan identitas gender. Masih berkaitan dengan faktor sebelumnya, jika remaja tidak memiliki hubungan yang dekat dengan kedua orang tua tentunya sangat sulit bagi remaja tersebut untuk mendiskusikan mengenai kondisi yang dialaminya.

Terlebih lagi jika kurangnya ilmu pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sehingga membuat remaja semakin dilanda kebingungan terkait kondisi yang dialaminya. Sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana cara untuk menjaga kesehatan reproduksinya sendiri.

3. Hubungan Seksual Pra-Nikah

Seks pranikah merupakan hubungan seksual yang terjadi sebelum adanya jalinan perkawinan yang sah, baik itu hubungan seks peneratif maupun hubungan seks non peneratif.

Hubungan seks pranikah dapat memicu gangguan kesehatan reproduksi yang diakibatkan adanya infeksi penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) seperti herpes, sifilis, dan lainnya, bahkan adanya resiko kehamilan yang tidak diinginkan bagi remaja perempuan sehingga memicu terjadinya pengguguran kandungan dengan cara yang tidak aman, infeksi pada organ reproduksi, kemandulan, hingga adanya resiko kematian. Selain itu terdapat beberapa dampak psikologis akibat seks bebas yang dapat dirasakan bagi pelakunya.

Dari penjelasan-penjelasan yang sudah disampaikan, tentunya sangat penting bagi seorang remaja mendapatkan informasi yang tepat dan benar terkait kesehatan reproduksi sehingga nantinya mereka mengetahui hal mana yang bisa dilakukan dan hal mana yang seharusnya dihindari. Remaja memiliki hak untuk bisa mendapatkan informasi yang terpercaya tentang kesehatan reproduksi dan tentu saja informasi tersebut harus memiliki sumber yang jelas dan terpercaya.

Untuk itu lah pentingnya peranan keluarga, khususnya orang tua dalam memberikan pengarahan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Tak hanya itu saja, perlunya diajarikan tentang kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah yang mana mencakup hal-hal penting mulai dari pertumbuhan dan perkembangan remaja, organ reproduksi, penyakit menular seksual, perilaku beresiko, serta abstinesia yang mana sebagai upaya dalam mencegah kehamilan.

Dengan mengetahui dan paham tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar, maka tentu saja juga dapat menjadi cara mengatasi kenakalan remaja. Sehingga nantinya remaja sadar dan menghindari hal-hal negatif di lingkungan pergaulan. Pendidikan mengenai kesehatan reproduksi remaja akan sangat bermanfaat untuk kesehatan remaja, terutama mencegah terjadinya seks pranikah, penularan PMS (penyakit menular seksual), aborsi, kehamilan di luar nikah, gradasi moral bangsa, serta masa depan yang suram untuk remaja-remaja yang bersangkutan. Semoga penjelasan diatas dapat bermanfaat.

You may also like