Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 13 Dampak Pola Asuh Demokratis

13 Dampak Pola Asuh Demokratis

by Titi Rahmah

Pola asuh demokratis adalah pola asuh terbaik. Di mana orang tua dan anak bebas mengemukakan pendapat, orang tua lebih mau mendengarkan keluh kesah anaknya dan berkontribusi. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memperlakukan anak dalam perkembangan kepribadian anak, mengutamakan kepentingan rasional anak.

Pola asuh demokratis merupakan perpaduan antara pola asuh permisif dan otoriter yang bertujuan untuk menyeimbangkan pikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang mempertimbangkan dan menghargai kebebasan anak, tetapi kebebasan tidak mutlak, tetapi orang tua membimbing anak dengan pengertian.

Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeluarkan pendapatnya, melakukan apa yang diinginkannya tanpa melewati batas atau aturan yang telah ditetapkan oleh orang tuanya.

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang mengutamakan kepentingan anak tetapi tidak segan-segan mengontrolnya. Orang tua dengan perilaku ini bersifat rasional dan selalu mendasarkan tindakannya pada akal atau pikiran. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih dan bertindak serta memperlakukan anaknya dengan hangat.

Misalnya, jika orang tua memutuskan untuk mengetuk pintu saat memasuki kamar orang tua, menjelaskan dan mengajak anak berdiskusi tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak, seperti tidak keluar kamar mandi dalam keadaan telanjang, anak juga dianjurkan untuk berkompromi atau belajar berkomunikasi.

Berikut ini 13 dampak pola asuh demokratis yang perlu kita ketahui yaitu:

1. Kurangnya diskriminasi

Keluarga harmonis adalah keluarga yang demokratis. Ketika hal ini diterapkan, keluarga yang demokratis tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan anak yang lain, bahkan semua anggota keluarga diperlakukan sama di dalam rumah.

2. Semua anggota keluarga bebas menentukan keinginannya

Keluarga yang demokratis memberikan kebebasan kepada anggota keluarga untuk menentukan sikapnya. Tidak semua ayah yang demokratis memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya ketika membuat pilihan. Tanda yang terlihat dari pola asuh demokratis adalah komunikasi yang sehat antara anak dan orang tua untuk menentukan pilihan.

3. Anti-kekerasan

Keluarga yang demokratis dicirikan dengan tidak adanya kekerasan yang digunakan dalam pengasuhan dan pendidikan anggota keluarga, berdasarkan bahwa kewibawaan orang tua tidak berasal dari sikap keras. Ayah yang demokratis selalu menawarkan pilihan terbaik kepada anak-anaknya, tidak bertindak semena-mena.

4. Anak menjadi lebih terbuka

Dalam pola asuh demokratis, anak dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan aturan dimana anak diberi ruang untuk setuju atau tidak setuju.

Keputusan akhir tetap dibuat oleh orang tua, tetapi mereka memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan perasaannya dan pikirannya melatih kemampuan berpikir dan mengekspresikan diri. Sehingga ini akan menimbulkan hubungan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri anak semakin erat.

5. Menghargai keunikan anak

Anak dapat tumbuh menjadi orang yang sama sekali berbeda dari orang tuanya. Seorang ayah yang mencintai politik memiliki seorang putra yang mencintai seni. Ketika perbedaan tersebut muncul, sangat penting bagi orang tua untuk dapat menghargai dan menerima perbedaan tersebut.

6. Menjadi teladan yang baik

Orang tua adalah teladan yang baik bagi anak dan orang lain. Pada dasarnya, setiap anak mencari model perilaku dan perilaku orang tuanya. Jika mereka dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kehangatan dan kasih sayang, nilai-nilai tersebut akan mereka terapkan di kemudian hari. Oleh karena itu, pentingnya ilmu parenting yang perlu diketahui dan diajarkan pada anak sedini mungkin agar anak bisa tumbuh dari keluarga yang banyak mengajarkan kebaikan.

7. Komunikasi menjadi lancar

Pola asuh demokratis sekaligus pola asuh perkembangan anak yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan diajarkan kepada anak secara tidak langsung mendorong percakapan sehari-hari dengan anak, mempelajari apa yang terjadi dalam kehidupan anak dan menciptakan kepercayaan antara orang tua dan anak.

8. Bersikap luwes saat dibutuhkan

Sebaik apapun aturan dan disiplinnya, orang tua harus paham bahwa terkadang tidak kaku untuk anak itu diperlukan. Anak ingin selalu didengarkan, diperhatikan dan diberikan kasih sayang lebih.

9. Terciptanya kedisiplinan

Keluarga yang mengikuti pola asuh demokratis membentuk anak menjadi disiplin dalam kehidupan sehari-hari, karena disiplin sebagai bentuk pendidikan mengajarkan pengendalian diri dengan bantuan aturan, contoh dan teladan yang baik.

Dalam menanamkan kedisiplinan, orang tua harus menggalakkan hubungan yang baik dengan anaknya agar kedisiplinan yang diajarkan benar-benar diterima dan diterapkan. Ingatlah bahwa anak-anak perlu dihormati dan diakui keberadaannya. Disiplin anak bisa tentang membangun kepercayaan diri anak untuk mengendalikan diri.

10. Tumbuhnya rasa kebersamaan

Pola asuh orang tua yang demokratis selalu mengajarkan anak untuk bekerja sama. Kerja sama adalah syarat penting untuk kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama dan rasa memiliki, keseimbangan hidup terganggu, ketika anak-anak bersama, mereka dapat dengan mudah mengungkapkan apa yang mereka inginkan tanpa tersinggung. Orang tua juga memberi pemahaman kepada anak bahwa, misalnya, hidup ada karena kebersamaan. Orang tua tidak bisa hidup sendiri, karena itu membutuhkan anak untuk tumbuh bersama.

11. Gotong royong

Hidup selalu mengajarkan gotong royong, seperti halnya anak belajar bekerjasama dalam pola asuh demokratis. Jika sikap ini ditanamkan pada anak sejak dini, maka kelak ia akan terdidik dan hidup gotong royong. Beban yang berat terasa ringan bila dilakukan secara gotong royong, dan pada akhirnya anak tidak merasakan berat dalam menjalani hidup ini.

12. Menyatunya pendapat dalam keluarga

Baik anak maupun orang tua sering kali memiliki perbedaan pendapat atau argumen dalam hubungan keluarga, namun ketika pola asuh demokratis diterapkan, perbedaan tersebut mudah diselesaikan melalui pertimbangan. Komunikasi menjadi lebih terbuka, saling bersandar dan menghargai pendapat masing-masing.

Perlu adanya kesepakatan tentang suatu posisi pada beberapa persoalan mendasar, bahkan pada beberapa persoalan praktis diperlukan kesepakatan diambil karena saling terkait. Misalnya saat mengatur jadwal liburan keluarga, ini menjadi teknis dan praktis. Namun, jika tidak tercapai kesepakatan, maka akan menggagalkan rencana liburan keluarga tersebut.

13. Hadiah (Rewards)

Hadiah biasanya diberikan kepada anak dalam bentuk mainan, uang, makanan, dan lain-lain. Namun, hadiah (Rewards) berupa keistimewaan merupakan pemberian yang memberikan banyak kebebasan dan kesempatan kepada anak. Bentuknya bisa lebih banyak waktu bermain, membolehkan anak meminjam mainan yang disukainya, dan lain-lain.

Saat memberikan rewards, orang tua harus memperhatikan juga bahwa penghargaan berupa sesuatu yang spontan sebagai penghargaan atas tindakan anak yang baik dan bukan untuk menyuap anak. Menghargai bukan berarti mengubah perilaku anak, melainkan menghargai karya anak.

Dengan pola pendidikan demokratis memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengontrol perilakunya melalui hal-hal yang diterima oleh masyarakat. Ini mendorong anak-anak untuk berdiri sendiri, bertanggung jawab dan mandiri.

Cara meningkatkan kreativitas pada anak mereka agar berkembang dengan baik, karena orang tua selalu mendorong anaknya untuk berinisiatif, sehingga dalam pendidikan yang demokratis, anak berkembang menjadi pribadi yang siap menerima kritik dari orang lain, dapat menghargai orang lain, memiliki rasa percaya diri dan kemampuan yang tinggi. untuk bertanggung jawab atas kehidupan sosialnya.

You may also like