Pendidikan demokratis diartikan sebagai pendidikan berdasarkan nilai-nilai demokrasi dan pedagogi harapan. Pendidikan demokratis adalah pembelajaran yang terstruktur untuk menciptakan lingkungan yang kritis dan aman, mendorong dialog dan partisipasi semua pihak.
Pendidikan demokratis dengan nilai-nilai demokrasi, yaitu pendidikan dengan proses pembelajaran yang tidak membeda-bedakan peserta didik berdasarkan perilaku prososial, status sosial, suku, agama atau ras, dan tidak memisahkan peserta didik atas dasar apapun.
Pendidikan demokratis diwujudkan dalam sekolah yang demokrasi, yaitu adanya komitmen semua pihak, seperti guru, siswa dan pihak lain yang terlibat dalam pendidikan. Pembelajaran demokratis ditandai dengan adanya kelas demokratis, di mana setiap orang dapat berkembang dengan nyaman dan aman serta merasa diterima oleh teman-teman lainnya.
Pembelajaran demokratis dapat dilaksanakan dengan kurikulum yang demokrasi, dimana setiap siswa memberikan kesempatan terbuka terhadap perbedaan teman yang lain, dan juga terjadi diskusi antara guru dengan siswa. Dalam pendidikan demokrasi, peserta didik diharapkan bebas menyampaikan pendapat tanpa diremehkan dan diperlakukan secara adil dalam pembelajaran.
Salah satu konsep pendidikan demokrasi adalah kemampuan memperlakukan siswa secara adil dan tetap memahami kekhususan setiap siswa. Pendidikan demokrasi menekankan bahwa setiap siswa berhak atas pendidikan yang baik tanpa diskriminasi.
Dalam pendidikan demokrasi, kegiatan pembelajaran tidak hanya menekankan pada guru sebagai satu-satunya pusat pengetahuan, tetapi harus saling berbagi dan terbuka satu sama lain, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan protes.
Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Demokrasi
Faktor pendukung
1. Faktor pendukung pendidikan demokratis
- Sarana dan prasarana
- Budaya sekolah
Budaya sekolah merupakan suatu sistem yang harus dipatuhi, misalnya budaya disiplin merupakan salah satu budaya yang harus diikuti oleh seluruh siswa sekolah.
- Kepemimpinan
Sebagai seorang pemimpin, baik itu pemimpin di sekolah (kepala sekolah dan guru) atau keluarga (ayah dan ibu), seseorang harus dapat memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak-anak akan menjadi contoh pola perilaku kepemimpinan yang baik ini di masa depannya.
Faktor penghambat
- Kurangnya dukungan orang tua
Anak membutuhkan perhatian orang tua, karena pada hakikatnya anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua sebagai bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya.
- Lingkungan masyarakat
Masyarakat dapat mendukung pendidikan anak jika masyarakat menciptakan suasana yang kondusif.Suasana yang kondusif ini tercipta dari pola pendidikan demokratis itu sendiri, dimana masyarakat yang saling menghargai, mengayomi, dan toleransi. Namun sebaliknya, jika pola pendidikan demokratis tidak diterapkan dalam masyarakat itu sendiri maka tidak akan terciptanya suasana yang kondusif.
- Perbedaan individu
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun psikis. Dengan perbedaan tersebut, secara implisit menuntut adanya perbedaan antara anak yang satu dengan yang lainnya dalam hal pendidikan.
Penerapan Pendidikan Demokratis
Beberapa cara menanamkan pendidikan demokratis kepada anak-anak :
1. Dorong anak untuk menghargai perbedaan
Beri tahu anak-anak bahwa perbedaan tidak berarti mereka memilih untuk salah. Misalnya Perbedaan pendapat harus ditangani dengan tenang dan bebas, misalnya ketika seorang anak bertemu dengan teman yang suka berbicara, orang tua dapat memberi tahu anak-anak bahwa tidak apa-apa mendengarkan teman yang sedang berbicara.
Pujilah anak kita ketika dia suka mendengarkan teman-temannya dan katakanlah padanya bahwa seorang pendengar yang baik memiliki banyak teman. Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak yang penting inilah yang wajib dipertahankan oleh orang tua sebagai dasar pijakan dalam mendidik anak.
2. Belajar bertanggung jawab
Orang tua dapat memberikan tugas-tugas yang mudah kepada anak-anak mereka. Misalnya membersihkan mainan bekas. Anak mulai memahami bahwa setiap tindakan membutuhkan tanggung jawab.
3. Tidak menghakimi
Orang tua yang baik harus mulai memperhatikan cara berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Tidak menghakimi dan memihak orang lain adalah karakter yang bisa diajarkan kepada anak sejak dini. Orang tua, misalnya, mengajarkan setiap anak untuk berbagi, tidak memberikan kasih sayang tanpa pandang bulu.
4. Memberi contoh yang baik
Dalam pelajaran, anak mudah melakukan apa yang ditunjukkan oleh lingkungan sekitar. Keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam memberikan pendidikan demokratis kepada anak.
Manfaat menerapkan nilai-nilai pendidikan demokratis
Pendidikan demokratis adalah pendidikan di mana setiap orang atau siswa berhak atas pendidikan dan pelatihan yang sama dan adil tanpa syarat yang diskriminatif, dan anak-anak dari keluarga kaya dan miskin berhak atas pendidikan yang sama dalam pendidikan.
Setiap individu yang menuntut ilmu memiliki derajat yang sama karena pelatihan berlangsung di dalam ruangan untuk pelatihan dan pengetahuan. Pendidik harus mengajar anak-anak berbadan sehat bersama-sama untuk memastikan kesempatan yang sama bagi setiap anak.
Asas yang berlaku dalam pendidikan demokratis, termasuk penanaman harkat dan martabat manusia karena nilai-nilai luhurnya, kewajiban untuk menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi pekerti luhur, serta upaya mewujudkan hak setiap orang atas pendidikan dan pelatihan umum, dengan menggunakan miliknya. nilai-nilai sendiri setiap individu tanpa merugikan orang lain.