Home » Gangguan Psikologi » 7 Cara Melawan Depresi Menurut Psikologi

7 Cara Melawan Depresi Menurut Psikologi

by Gendis Hanum Gumintang

Depresi merupakan salah satu kondisi gangguan psikologis umum yang menyebabkan perasaan sedih secara terus menerus, sehingga mengubah bagaimana individu berpikir, berperilaku, tidur, atau makan. Secara spesifik, depresi diartikan sebagai gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan hilang minat yang terus terjadi pada hal dan aktivitas yang pernah dinikmati sebelumnya.

Sebenarnya, merasa sedih, kehilangan, atau terpuruk karena situasi yang sulit adalah hal yang wajar dalam hidup, misalnya kehilangan pekerjaan atau melewati perceraian. Akan tetapi, depresi berbeda dari kondisi tersebut, karena perasaan sedih akan terus berlanjut hampir setiap hari selama setidaknya dua minggu dan mengakibatkan gejala lain selain rasa sedih.

Terdapat beberapa tingkatan depresi, yakni depresi ringan, sedang, dan berat. Pada setiap tingkatan tersebut, penting untuk dilakukan perawatan, sehingga depresi akan semakin berkurang dan kondisi depresi tidak menjadi semakin buruk. Berikut adalah cara melawan depresi menurut psikologi.

1. Mengonsumsi Obat Antidepresan Sesuai Resep Dokter

Saat ini, terdapat berbagai tipe dari obat antidepresan yang tersedia. Meskipun demikian, perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa obat yang dikonsumsi merupakan hasil dari resep dokter dan penting pula untuk mendiskusikan kemungkinan efek samping utama yang dapat terjadi dengan dokter atau apoteker.

  • Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) adalah obat yang dianggap lebih aman dan secara umum lebih sedikit menimbulkan efek samping yang mengganggu dibanding jenis antidepresan lain. SSRI ini terpasuk citalopram (Celexa), escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil, Pexeva), sertraline (Zoloft) dan vilazodone (Viibryd).
  • Tricyclic antidepresan adalah obat yang sangat efektif, tetapi cenderung menyebabkan efek samping yang lebih parah dibanding obat antidepresan terbaru. Contohnya, seperti imipramine (Tofranil), nortriptyline (Pamelor), amitriptyline, doxepin, trimipramine (Surmontil), desipramine (Norpramin) dan protriptyline (Vivactil).
  • Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) biasanya diberikan jika obat lain tidak bekerja karena memiliki efek samping yang serius. Penggunaan obat ini perlu disertai dengan diet ketat karena dapat menyebabkan interaksi yang berbahaya dengan makanan tertentu. Contoh obat ini, yaitu tranylcypromine (Parnate), phenelzine (Nardil), dan isocarboxazid (Marplan).

Obat-obatan di atas dan obat antidepresan lainnya tentu dapat membantu penyembuhan gangguan depresi. Namun, tidak selalu klien dengan depresi perlu mengonsumsi obat. Terdapat delapan cara melawan depresi tanpa obat yang dapat diterapkan juga dan sudah terbutkti efektivitasnya.

2. Melakukan Terapi Perilaku Kognitif

Pada gangguan depresi, pola-pola pikiran negatif, seperti meragukan diri sendiri dan selalu merasa bersalah sering kali membuat permasalahan yang dialami klien menjadi semakin parah. Terapi perilaku kognitif ini bertujuan untuk mematahkan pola-pola tersebut sedikit demi sedikit, sehingga klien merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Dalam sebuah penelitian, disampaikan bahwa terapi perilaku kognitif merupakan gabungan dari dua pendekatan perawatan, yaitu:

  • Terapi Kognitif

Terapi kognitif ini berdasarkan pada gagasan bahwa permasalahan yang ada sering kali bukan disebabkan oleh hal-hal dan situasi itu sendiri, melainkan oleh kepentingan yang melekat pada individu tersebut. Oleh karena itu, mengubah cara klien dalam memandang sesuatu merupakan langkah yang penting.

  • Terapi Behavioral

Terapi behavioral didasarkan pada asumsi bahwa perilaku dapat dipelajari dan tidak dipelajari. Tujuan dari terapi behavioral adalah untuk mengidentifikasi pola perilaku yang destruktif atau cenderung merusak. Kemudian terapi dilakukan untuk berfokus pada perilaku tersebut agar berubah menjadi perilaku yang positif.

Tujuan dari terapi kognitif perilaku adalah membuat klien menjadi lebih sadar terhadap pikiran, sikap, dan ekspektasinya sendiri. Dengan cara ini, klien lebih mampu dalam mengidentifikasi keyakinan yang keliru atau membuat stres, lalu mengubahnya menjadi pikiran atau keyakinan yang lebih tepat.

3. Pendekatan Terapi Psikoanalisis

Pada pendekatan psikoanalisis, di dalamnya terdapat psikoterapi analisis dan metode-metode yang berbasis pada psikologi dalam. Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa konflik pada alam bawah sadar yang tidak terselesaikan dapat mengakibatkan depresi. Pelaksanaan terapi psikoanalisis biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding pendekatan psikologi dalam.

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang sebelumnya tidak disadari dengan cara berbicara dengan terapis. Orang yang menjalani terapi psikoanalisis juga harus siap menghadapi pengalaman masa lalu yang berpotensi menyakitkan karena diungkit kembali ke alam kesadaran.

4. Pendekatan Terapi Sistemik

Pendekatan terapi sistemik memiliki peran penting pada hubungan antarmanusia, seperti pada penderita depresi dengan orang lain, seperti keluarganya, teman, atau rekan kerja. Hubungan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan dari depresi, baik itu menyebabkan munculnya gejala depresi maupun membantu proses pemulihan dari depresi.

Terapi sistemik yang dilakukan dapat melibatkan upaya untuk meningkatkan komunikasi yang sehat dengan orang lain. Tujuannya adalah untuk mengurangi gejala depresi sebab dalam proses komunikasi tersebut terdapat proses menguatkan, meningkatkan semangat hidup, membuat klien tidak merasa sendiri, dan sebagainya.

5. Terapi Interpersonal

Hampir mirip dengan terapi sistemik, terapi interpersonal akan berfokus pada hubungan klien dengan orang lain dan permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi dalam hubungan yang dimiliki klien. Misal, kesulitan dalam berkomunikasi atau kesulitan dalam menghadapi situasi duka cita. 

Terdapat beberapa bukti ilmiah bahwa terapi ini dapat sama efektifnya dengan obat antidepresan atau terapi kognitif perilaku. Namun, tetap diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai hal ini untuk lebih membuktikan kebenarannya.

6. Konseling

Konseling termasuk dalam jenis-jenis terapi konseling. Konseling merupakan bentuk terapi yang dapat membantu klien untuk memikirkan permasalahan yang sedang dialami dalam hidup, sehingga klien dapat mencoba menemukan cara baru agar dapat mengatasinya secara adaptif. Dengan begitu, klien secara perlahan-lahan akan pulih dari gangguan depresi yang dialaminya.

Dalam proses konseling, akan ada konselor yang akan memberi dukungan kepada klien untuk menemukan solusi dari masalahnya, tetapi tidak secara konkrit memberi tahu hal apa yang perlu dilakukan. Biasanya, konselor akan memberikan pertanyaan dan tanggapan yang kemudian dapat mengarahkan klien untuk dapat menyadari solusinya sendiri.

7. Konseling Kelompok dan Adanya Dukungan Sosial

Tidak hanya dilakukan secara individu, konseling juga dapat dilakukan secara berkelompok atau dapat disebut juga dengan terapi kelompok. Caranya adalah melaksanakan konseling dengan konselor dan beberapa klien lain dalam kelompok kecil pada waktu yang sama. Konseling ini berfokus pada pemikiran sadar, tingkah laku, serta meningkatkan interaksi terbuka dengan orang lain.

Di sisi lain, dukungan sosial dari keluarga, pasangan, teman, atau saudara juga penting untuk membantu mempercepat kesembuhan gangguan depresi. Orang-orang di sekitar klien dapat membantu membuat suasana yang menyenangkan, sehingga semakin lama semakin sedikit waktu klien untuk berada dalam suasana hati sedih.

You may also like