Dari berbagai macam bentuk “media” komunikasi manusia, bahasa tubuh merujuk pada bentuk komunikasi nonverbal yang disampaikan melalui gerakan, ekspresi, postur, dan wujud fisik lainnya yang mengandung informasi tertentu. Secara umum, pengendalian bahasa tubuh berkaitan erat dengan situasi mental, suasana perasaan, atau pikiran kita ketika sedang melakukan suatu kegiatan.
Kerapkali kita menemui permasalahan yang berkenaan dengan hal ini. Misalnya, kita tidak terbiasa atau bahkan tidak familiar dengan aktivitas presentasi di depan audience atau publik. Berbicara tentang publik, kegiatan presentasi sebuah pemaparan informasi sangat memerlukan keterampilan public speaking, atau keterampilan berbicara di depan publik.
Sebenarnya, baik yang sudah terbiasa maupun yang belum terbiasa melakukan presentasi memiliki kemungkinan yang sama dalam melakukan kesalahan. Kadang-kadang, sikap tertentu tidak disadari oleh diri karena berfokus pada menyampaikan pendapat penting kepada audience.
Jadi, untuk memahami cara-cara presentasi yang tepat dan berdampak positif, kita perlu mengidentifikasi beberapa bahasa tubuh yang perlu dihindari sehingga kita bisa mengatur opsi-opsi bahasa tubuh mana yang sebaiknya dibiasakan pada kesempatan selanjutnya.
Berikut beberapa bahasa tubuh yang harus dihindari ketika melakukan presentasi di depan audience.
1. Menundukkan Kepala dan Membungkuk
Postur tubuh yang tidak tegak, cenderung membungkuk, dan dominan dengan menundukkan kepala harus dihindari ketika kita melakukan presentasi di depan kelas atau pada sebuah meeting. Bahasa tubuh ini akan memberikan persepsi kurang baik bagi audience karena postur tubuh ini seperti memberitahukan orang lain bahwa kita tidak bersemangat, lesu, dan tidak menghormati kesediaan orang lain untuk menyimak penyampaian kita.
Membungkuk juga kurang menunjukkan kesiapan dan suka cita dalam menyebarkan informasi sehingga rasa yang tidak bersemangat tersebut bisa menyebar kepada audience pula. Impresi kurang baik yang ditampakkan bahasa tubuh seperti ini tidak memberikan alasan bagi audience untuk menghormati kita dengan cara memperhatikan kita.
Jadi, selain melalui kata-kata yang diucapkan, kita perlu memahami bahasa tubuh khusus sebagai gerak tubuh yang mampu berbicara dan menyampaikan suatu maksud tertentu yang berkaitan dengan pandangan orang terhadap apa yang ia amati. Dalam hal ini, bersikap bungkuk dan tidak menghadap audience menunjukkan keabsenan sikap otoritas sehingga kita sebagai presentator tidak dapat memegang kendali ruangan.
2. Membelakangi Audience
Bahasa tubuh yang tidak memperhatikan pola sisi blokir panggung, atau istilah yang merujuk pada pengambilan sisi tubuh yang tidak membelakangi audience, akan mengganggu jalannya kegiatan presentasi. Gerakan isyarat dan verbal arahan pada poin-poin penting yang berusaha menunjuk pada layar biasanya membuat tubuh kita membelakangi audience, tetapi berlebihan apabila posisi itu terus dilakukan.
Kadang-kadang, ucapan yang tidak terlihat karena tubuhnya terlalu menghadap layar proyektor sehingga gerak mulutnya tidak tampak bisa jadi membuat audience yang berada di belakang tidak dapat menyimak diskusi secara jelas. Bahasa tubuh seperti demikian cenderung membelakangi audience menimbulkan pertanyaan: “Presentator sedang mengajak berbicara kepada layar atau kepada audience?”
Keresahan seperti ini harus kita hindari sehingga posisi audience benar-benar kita hargai sebagai massa yang akan memproses informasi dan memberi respon terhadap ide atau gagasan yang sudah kita rancang. Jadi, penting untuk kita sadari bahwa kehadiran audience menjadi peranan penting di dalam menjalankan suatu presentasi yang tujuannya untuk ditelaah secara bersama.
3. Menghindari Kontak Mata dengan Audience
Biasanya, cara untuk menyelamatkan kita dari rasa takut menghadapi banyak orang adalah dengan tidak melihat secara langsung atau menghindari kontak mata dengan audience. Sebagai salah satu cara awal dalam mengusir demam panggung, hal ini dapat dimengerti. Akan tetapi, perlu diingat bahwa bahasa tubuh seperti ini justru menyebabkan menurunnya rasa antusias dan minat audience dalam mencermati penyampaian yang diucapkan oleh presentator.
Kadang-kadang, presentator yang menghindari kotak mata dengan audience dan memilih untuk melakukan kontak mata dengan lingkungan di sisi lain ruangan (biasanya melihat jendela, papan di dinding belakang ruangan) akan terlihat seperti sedang kebingungan dengan apa yang ingin disampaikannya kepada audience.
4. Fokus Hanya pada Catatan yang Dibawa
Sebagai presentator yang belum begitu menguasai konten yang akan disajikan, hal yang lumrah apabila kita mempersiapkan sebuah corekan kertas atau catatan di gadget untuk membantu kita dalam kelancaran presentasi. Kadang-kadang, dalam beberapa kondisi strategi ini cukup mengganggu apabila kita “mengcopy” catatan untuk dilisankan.
Maksudnya, kita perlu menghindari bahasa tubuh yang terlalu fokus menjiplak catatan yang kita bawa untuk diverbalkan kepada audience. Hal ini sangat menunjukkan bahwa kita tidak percaya diri dan tidak siap dalam memaparkan sebuah gagasan yang kita miliki.
Bahasa tubuh ini terkesan pula bahwa kita tidak memiliki pandangan pribadi yang dapat memperkaya dan mendukung informasi menjadi lebih mudah dipahami oleh audience. Kekurangan improvisasi menyebabkan kurangnya kualitas presentasi yang dilakukan sehingga perlu kita biasakan untuk dihilangkan.
5. Menyilang Tangan atau Kaki
Seperti pada pemaparan poin pertama, bahasa tubuh yang kita tampakkan cenderung akan menunjukkan sikap atau ideologi diri. Misalnya, bahasa tubuh yang ditunjukkan dengan cara menyilangkan tangan atau kaki akan menunjukkan sikap atau ideologi diri yang tertutup atau tidak terbuka terhadap keragaman opini yang kemungkinan akan muncul dari diskusi yang terjadi.
Kadang-kadang, kita tidak bisa mencegah orang lain untuk menangkap dan memproses bahasa nonverbal yang kita tunjukkan (mungkin secara tidak sadar) karena kekayaan pengetahuan dan wawasan biasanya diikuti pula dengan kemampuan memaknai atau menafsirkan suatu objek atau keadaan yang kita amati.
Jadi, bahasa tubuh yang seperti ini patut untuk kita hindari karena berkaitan pula dengan sikap hormat dan kesopanan kepada orang lain di depan publik. Selain itu, kita perlu mempelajari bentuk bahasa tubuh agar terlihat berwibawa karena menyilangkan tangan dan kaki juga dapat ditafsirkan sebagai sikap yang kurang elegan dan nilai diri yang kurang “tinggi”.
6. Kaku atau Tidak Ekspresif
Bahasa tubuh yang paling sering mempengaruhi berjalannya suatu kegiatan presentasi adalah dari segi ekspresi atau warna muka. Ekspresi wajah yang kaku dan cenderung tidak ekspresif, dingin, dan terkesan datar akan menimbulkan suasana yang tegang dan tidak santai. Suasana yang seperti ini biasanya akan menimbulkan ketidaknyamanan dan kurangnya keceriaan di dalam proses diskusi melalui presentasi yang seharusnya dibangun dengan baik.
Pasalnya, kenyamanan audience dalam menerima stimulus dari presentator juga berperan penting dalam kesuksesan sebuah kegiatan presentasi. Maka, ekspresi wajah yang kurang bersahabat nampaknya harus dihindari oleh kita agar pemaparan gagasan dapat mencapai tujuan diskusinya secara optimal.
7. Ucapan yang Terlalu Cepat
Kombinasi kegembiraan dan kegugupan menyebabkan ucapan kita berlangsung secara cepat. Lisan yang terlalu cepat biasanya tidak disadari oleh presentator, baik karena isi pemikirannya yang terlalu luas sehingga tidak dapat dibendung, atau rasa gugup yang diakibatkan karena ketidaksiapan kita dalam mempresentasikan sebuah konten gagasan.
Bahasa tubuh ini biasanya menyebabkan audience sulit untuk memahami inti substansi yang ingin kita sampaikan. Maka, pola ritme ucapan yang tidak berdasarkan keteraturan harus kita hindari guna pemahaman audience terhadap isi materi kita dapat ditransfer dengan baik kepada target sasaran audience kita.
Bahasa tubuh dalam public speaking menjadi bagian penting dalam menunjang keberhasilan presentasi, seperti pada pengenalan branding perusahaan, meeting dengan jajaran penting, atau presentasi dalam lingkup kecil (di depan kelas). Biasanya, apabila seorang individu terbiasa berbicara di depan banyak orang, maka bahasa tubuhnya sudah terpola dengan alami.
Ini menjadi masalah apabila seorang individu jarang atau memiliki ketakutan berdiri dan mendapatkan perhatian penuh dari banyak orang, apalagi jika mengalami fobia sosial. Individu tersebut akan salah tingkah dan bingung harus menampilakn sikap yang seperti apa.