Home » Ilmu Psikologi » Metode Fenomenologi dalam Psikologi

Metode Fenomenologi dalam Psikologi

by Arby Suharyanto

Metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial terdiri dari pengujian terhadap apa saja yang ditemukan dalam kesadaran atau dengan kata lain, terhadap fakta atau kejadian kesadaran. Sasaran utama metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial bukanlah tindakan kesadaran, melainkan bagian dari kesadaran, umpamanya,

segenap hal yang dipersepsi, dibayangkan, diragukan, atau disukai. Tujuan utamanya ialah menjangkau esensi esensi hal hal tertentu yang hadir dalam kesadaran. Metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial dipraktekkan dengan cara yang sistematis, melalui berbagai cara atau langkah.

Pengertian Dasar Metode Fenomenologi dalam Psikologi

  • Memahami, yakni mengonsentrasikan diri secara intens atau merenungkan kejadian yang ada.
  • Menganalisis, yaitu menemukan berbagai unsur atau bagian bagian pokok dari kejadian yang ada dan bagaimana hubungannya dengan berbagai hal yang ada.
  • Menjabarkan, ialah menguraikan kejadian yang telah diintuisi dan dianalisis, sehingga kejadian itu bisa dipahami oleh orang lain.

Syarat utama bagi keberhasilan penggunaan metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial ialah membebaskan diri dari praduga praduga atau pengandaian pengandaian yang tidak didasarkan pada kejadian nyata, sehingga segala bentuk kebenaran selalu didasarkan pada keberadaan kejadian yang nyata. (Baca juga mengenai metode cross sectional dalam psikologi)

Ialah merupakan suatu keharusan dalam mengeksplorasi kesadaran itu seluruh penyimpangan, teori teori, keyakinan keyakinan, dan corak corak berpikir yang telah menjadi kebiasaan harus disingkirkan. Karena dengan cara seperti itu, eksplorasi atas kejadian bisa diharapkan membawa hasil, sebab dengan cara demikian kejadian tidak dikaburkan atau tidak didistorsi oleh sifat sifat individual. (Baca juga mengenai metode intuitif dalam psikologi)

Sehingga pencapaian esensi esensi kejadian itu bisa didapatkan, dimana pencapaian esensi esensi kejadian itu merupakan prasyarat dan landasan yang diperlukan oleh segenap ilmu pengetahuan empiris, termasuk didalamnya ialah ilmu pengetahuan psikologi. (Baca juga mengenai contoh metode diferensial dalam psikologi pendidikan)

Istilah fenomenologi psikologis menunjuk pada fenomenologi sebagai metode yang diterapkan pada masalah masalah psikologis atau digunakan pada penyelidikan taraf psikologis. Dalam konteks ini, fenomenologi psikologis merupakan suatu prosedur filsafat yang diarahkan pada pencapaian esensi berbagai hal dan pada pengetahuan tentang realitas pokok. (Baca juga mengenai macam macam metode testing dalam psikologi)

Fenomenologi psikologis ialah suatu prosedur yang lebih terbatas dan spesifik, yang dirancang untuk mengeksplorasi kesadaran dan pengalaman manusia yang segera atau langsung. Fenomenologi psikologis bisa juga didefinisikan sebagai observasi dan deskripsi yang sistematis atas pengalaman individu yang sadar dalam situasi tertentu. (Baca juga mengenai metode klinis dalam psikologi perkembangan)

Penerapan

Metode fenomenologi bisa dijumpai pada segenap periode sejarah psikologi, misalnya :

  • Otobiografi abad ke 4, Confession

dimana penulisnya St. Augustine (354 430) menyajikan penyelidikan yang mendalam dan murni tentang pengalaman pengalaman, emosi emosi, ingatan ingatan, hasrat hasarat, perasaan perasaan, dan pemikiran pemikiran

yang dialaminya sendiri. Kemudian banyak tulisa fenomenolog kontemporer yang mengacu kepadanya, dan mengutip tulisan tulisannya. Husserl sendiri dalam kuliahnya di Paris mengutip pernyataan St. Augustine, ” Berpalinglah kepada dirimu sendiri, kebenaran ada dalam diri manusia”

  • Pada abad ke 17

Descartes memulai pertanyaan filosofisnya dengan kesangsian, menetapkan Cogito Ergo sum nya sebagai dasar bagi filsafatnya. Dualismenya yang radikal, dan psikologinya yang dibangun diatas anggapan dikotomi pemikiran dan badan mekanis, menjadikan metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial sebagai metode bagi studi tentang wujud spiritual, pemikiran.

Dalam wujud psikologi pemikiran, psikologi Descartes memelihara dan memperkuat metode fenomenologi. Konsekeuensinya, para fenomenolog abad ke 20 banyak membahas filsafat Descartes. Descartes telah menjadi titik acuan dimana para fenomenolog mempertentangkan pandangan pandangan mereka.

  • Studi studi dari Goethe dan Purkinje pada awal abad ke 19

Sering dikutip karena penggunaan metode fenomenologi dalam psikologi eksistensialnya dalam penyelididkan kejadian visual. Goethe secara sistematis dan terinci mempelajari kejadian warna subjectif, diantaranya bayangan dan pengaruh pengaruh warna warana yang kontras terhadap persepsi warna.

Setelah Goethe, banyak penyelidik terkemuka lainnya seperti Hering, Stumpf, G.E. Muller, David Katz, Wertheimer, Ach, dan Michotte, yang tertarik untuk mempelajari berbagai kejadian penginderaan dan persepsi. Sementara Goethe tidak mempercayai eksperimentasi dan menolak dengan gigih evidensi eksperimental dalam upayanya mempertahankan pemeriksaan fenomenologi, para penerusnya dalam menyelidiki kejadian penginderaan dan

persepsi itu menggunakan eksperimen laboratorium dan fakta eksperimental. Fakta eksperimental ini melengkapi observasi observasi fenomenologi dan berkaitan dengan fakta fisika dan fisiologi. Konstruk konstruk, seperti kekuatan warna, prisma penciuman, ialah produk penelitian fenomenologi.

  • Tokoh tokoh fisiologis dan psikofisika seperti Johannes Muller dan Gustav T. Fechner

Juga melaksanakan studi studi fenomenologi. Ewald Hering terutama secara ekstensif menggunakan metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial dalam studi stuidinya tentang penglihatan, dan melandaskan teori teorinya yang bertentangan dengan teori teori Helmholzt, pada fakta fenomenologi. Kontroversi Hering Helmholzt menggambarkan dua metode yang berbeda,

yaitu eksperimental dan fenomenologi dengan kelebihan kelebihan dan kekurangan kekurangannya masing masing. Stumpf yang mempraktekkan kedua metode itu dalam studi studinya tentang bunyi, memandang fenomenologi sebagai tahap persiapan bagi psikologi, dan karenanya ia menyebut fenomenologi dengan istilah propaedeutik dari psikologi.

  • Pada awal abad ke 20

Lingkup penelitian fenomenologi telah meluas ke masalah masalah lain. Laboratorium laboratorium di Wurzburg dan Gottingen meneliti tentang belajar, pemikiran, dan keinginan. Para peneliti di Prancis juga menggunkan metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial dalam studi studi mereka tentang kondisi kondisi afektif dan kondisi kondisi psikopatologis.

Studi Ribot tentang pengalaman pengalaman yang melibatkan penemuan mekanika juga pada prinsipnya merupakan studi fenomenologi. Akhirnya, Katz dan Wertheimer mempersembahkan era baru dalam ppsikologi fenomenologi ketika mereka menampilkan eksperimentasi sistematik, khususnya tentang persepsi warna dan gerakan semu.

Penelitian penelitian mereka menggabungkan metode fenomenologi dalam psikologi eksistensial dengan langkah langkah laboratorium, suatu gabungan yang kemudian disebut fenomenologi eksperimental. Penemuan penemuan yang diperoleh melalui metodologi baru ini menjadi basis bagi aliran Gestalt. Keberhasilan aliran Gestalt dalam psikologi tentang persepsi sebagian besar dimungkinkan oleh penggunaan fenomenologi eksperimental.

Kritik

Fenomenologi eksperimental mungkin menghasilkan pengikut pengikut baru bagi fenomenologi dan mengilhami penelitian lanjutan yang berorientasi fenomenologi, khususnya di Eropa daratan dimana tradisi fenomenologinya lebih kuat dibandingkan dengan di Amerika dan Inggris. Namun terdapat kritik karena hampir sama dengan metode

Filsafat Husserl yang memberikan identitas, nama, pembenaran filosofis, dan kerangka kerja pada metode fenomenologi dalam psikologi yang reseptif ini. Filsafat Husserl juga memperkuat fenomenologi dan mengilhami area area penyelidikan baru sehingga dianggap metode ini hanya penyempurna dari metode sebelumnya dan tidak dapat digunakan dengan utuh.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like