Home » Gangguan Psikologi » Pembagian Klasifikasi Gangguan Mental

Pembagian Klasifikasi Gangguan Mental

by Khanza Savitra

Gangguan mental memang bukan salah satu penyakit yang mematikan, namun cukup membahayakan penderitanya jika dibiarkan terus menerus. Sederhananya, gangguan mental merupakan penyakit yang mana berkaitan dengan kesehatan mental seseorang.

Pengertian lainnya dari gangguan mental dapat dikatakan sebagai penyimpangan normal-norma perilaku yang mana mencakup pikiran tindakan, serta perasaan. Orang yang menderita gangguan mental dikarenakan adanya penyimpangan perilaku, orang dengan tingkat depresi yang tertekan, alkoholik yang tidak dapat menahan segala tindakannya, dan lainnya.

Gangguan mental pada beberapa kasus disebut dengan perilaku abnormal atau abrnormal behavior yang mana sama halnya dengan sakit mental (mental illness), sakit jiwa, dan beberapa istilah-istilah lainnya seperti distress, disadvantage, disability, discontrol, inflexsibility, irrationally, disturbance, dromal pattern, dan lainnya.

Berbagai istilah lainnya mungkin dianggap sama, namun beberapa pihak menggunakannya secara berbeda. Pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders  dan Internasional Classification of Mental Disorders menggunakan istilah mental disorder yang memiliki arti gangguan jiwa. Di dalam gangguan mental sendiri terdapat klasifikasi atau pembagian yang mempermudah untuk mempelajarinya.

Sejarah Klasifikasi Gangguan Mental

Pada abad 16, ahli Kedokteran Jerman Paracelsus dalam membuat sistem klasifikasi berdasarkan pada faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Ada jenis 5 gangguan jiwa dalam sistem klasifikasi ini yaitu:

  • Vesani, gangguan yang mana disebabkan karena makanan atau minuman yang kotor.
  • Insani, gangguan yang mana disebabkan karena faktir genetik
  • Lunatic, gangguan yang mana disebabkan karena bulan
  • Obsessi, gangguan yang mana disebabkan karena setan
  • Melancholi, gangguan yang mana disebabkan karena problem-problem konstitusional

Pada abad ke-19 kemudian terdapat penyempurnaan klasifikasi gangguan mental yang berdasarkan simptom-simptompnya. Emil Kraepelin menyusun sistem klasifikasi lebih kompreensif. Sistem ini mengacu pada sistem klasifikasi gangguan mental yang didasarkan pada gangguan fisiologis. Sistem klasifikasi gangguan ini memang lebih memudahkan dalam pemilihan diagnosa serta pengobatan yang lebih tepat. Emil Kraepelin berkeyakinan jika klasifikasinya tersebut akan lebih mencangkup gangguan mental secara universal.

Untuk saat ini terdapat 2 sistem klasifikasi gangguan mental yang ada, yaitu  Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) dan International Classification of Diseases (ICD). DSM dibuat langsung oleh ahli-ahli kedokteran jiwa Amerika, sedangkan untuk ICD dibuat oleh ahli kedokteran jiwa WHO. Kedua sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga sampai saat ini terus dilakukan perbaikan-perbaikan.

Pembagian Klasifikasi

Saat ini untuk menentukan gejala gangguan mental, ahli-ahli menyepakati jika menggunakan sistem klasifikasi DSM-III atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders revisi ke 3 yang dikeluarkan pada tahun 1980. Menurut sistem DSM-III, terdapat jenis-jenis gangguan mental dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  • Disorder first evident in infancy, adolescene, or childhood, merupakan penyimpangan fungsi perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja. Yang mana di dalamnya termasuk hiperaktif, retardasi mental, penyimpangan perilaku makan (baca juga: Tanda-tanda Anoreksia), kecemasan pada anak, penyimpangan yang terjadi dari perkembangan normal.
  • Organic metal disorders, yang mana di dalamnya mencakup semua penyimpangan dan gangguan mental yang dikarenakan kerusakan pada otak akibat pengaruh berbagai penyakit yang berkaitan dengan kecemasan dan traumatik.
  • Schizophrenic disorders, merupakan kelompok penyimpangan kepribadian yang menyebabkan penderitanya tidak dapat berhubungan lagi antara realita maupun kenyataan yang ada.
  • Paranoid disorders, kelompok gangguan yang mana penderitanya merasa curiga terhadap sesuatu secara berlebih dan selalu merasa jika dirinya diintai secara terus menerus, merasa jika semua orang membencinya, dan lainnya.
  • Substance use disorders, dalam hal ini mencakup segala pentimpangan ataupun kekacauan mental yang mana dipengaruhi oleh zat kimia, semisal narkotika, psikotropika, alkohol, nikotin, dan zat-zar adiktif lainnya.
  • Affective disorders, atau yang lebih dikenal dengan depresi berat yang membuat seseorang menjadi murung dan apatis.
  • Anxiety disorders, merupakan kecemasan yang berlebihan semisal kecemasan mengenai masa depan, harga diri, dan lainnya.( baca juga: Cara Mengatasi Anxiety Disorder) 
  • Somatoform disorders, kerusakan yang terjadi pada organ tubuh ataupun munculnya penyakit parah yang dikarenakan faktor psikologis semisal kecemasan yang terus menerus, namun jika diteliti secara dari sisi medis tidak akan ditemukan penyakit medis lainnya.
  • Dissociative disorders, gangguan temporal yang mana menyebababkan gagal fungsinya memori ataupun kehilangan kontrol pada emosi semisal amnesia ataupun kasus kepribadian ganda.
  •  Psychosexual disorders, yang mana di dalamnya mencakup penyimpang gangguan identitas gender,  kelainan seksual, kemampuan seksualitas (ejakulasi dini, frigiditas, impoten). Homoseksualitas dapat masuk di dalamnya jika orang tersebut sendiri tidak menikmati kondisinya sebagai homoseks.
  • Conditions not attributable to a mental disorder, kondisi yang tidak masuk ke dalam kekacauan mental. Semisal masalah-masalah yang rumit yang membuat orang tersebut harus mencari solusikeluarnya.
  • Personality disorders, ketidakmampuan dalam berperilaku serta mengatasi stress, semisal gangguan kepribadian anti sosial.

Nah itu tadi penjelasan mengenai klasifikasi gangguan mental yang digunakan saat ini. Gangguan mental memang bukan penyakit mematikan, namun butuh upaya keras baik dari penderita maupun keluarga penderita untuk menyembuhkan pasien. Semoga penjelasan diatas dapat bermanfaat untuk anda.

You may also like