Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » 10 Implikasi Psikologi Perkembangan terhadap Pendidikan Prasekolah

10 Implikasi Psikologi Perkembangan terhadap Pendidikan Prasekolah

by Barzam

Dalam posting kali ini, kita akan membahas mengenai implikasi psikologi perkembangan terhadap pendidikan prasekolah yang mungkin menjadi topik cukup menarik belakangan ini. Ya, banyak orang tua yang menganggap bahwa mengenalkan dunia pendidikan formal kepada anak sedini mungkin menjadi sebuah hal yang baik. Mereka berpikir bahwa anak bisa semakin cerdas mengingat usia-usia perkembangan pra sekolah merupakan usia yang bisa disebut sebagai usia perkembangan emas. Namun demikian, apakah hal tersebut benar adanya?

Baca juga:

Piaget sebagai salah satu tokoh yang mencetuskan mengenai teori perkembangan kognitif pada anak telah menjelaskan bahwa anak usia prasekolah berada pada tahapan praoperasional. Tahapan praoperasional ini memungkinkan anak untuk melakukan representasi melalui kata-kata, gambar dan bayangan. Mereka didominasi oleh pola egosentris dan juga keyakinan magis. Piaget menjelaskan secara lebih rinci mengenai tahap perkembangan ini sehingga kemudian ada beberapa hal yang patut diperhatikan ketika pendidikan prasekolah akan diadakan. Berikut adalah beberapa macam penjelasannya:

  1. Pembuatan Kurikulum yang Sederhana

Kurikulum yang perlu disusun dalam pendidikan prasekolah harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga tetap sederhana dan tidak terlalu kompleks. Pada dasarnya pendidikan prasekolah sifatnya hanya untuk menyiapkan anak-anak usia prasekolah untuk mulai mengenal dunia pendidikan. Mereka akan dikenalkan dengan lingkungan sosialnya sehingga mampu menjadi lebih paham mengenai hal-hal menarik yang ada di sekitarnya.

  1. Menghindari Kompetensi yang Bersifat Operasional Konkret

Kompetensi anak-anak pada masa usia prasekolah terbatas pada tahapan praoperasional. Ini harus disadari sebagai bahan kajian, dimana pendidikan usia prasekolah hendaknya tidak memaksa anak-anak untuk cepat menyelesaikan masalah hitung-hitungan yang kompleks, cara membaca yang kompleks dan lain sebagainya. Pada periode ini, anak hanya butuh mengenal bagaimana cara-cara dasar untuk membaca atau berhitung.

  1. Pendekatan Egosentris dalam Pendidikan

Mengingat dalam tahapan usia prasekolah dominasi sikap egosentris anak masih tinggi, maka seorang pendidik dalam pendidikan prasekolah harus menyadari bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak mungkin akan cenderung lebih banyak mengatakan tidak dan susah diatur. Namun justru ini menjadi tantangan tersendiri untuk bisa “memanipulasi” apa yang menjadi tujuan utama kepada anak. (Baca juga: Karakteristik anak usia dini)

  1. Penggunaan Bahasa-bahasa Sederhana

Bahasa-bahasa yang sederhana bisa digunakan sebagai bagian dari proses pendidikan prasekolah. Melalui penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh anak, anak bisa belajar banyak mengenai apa yang semestinya mereka lakukan dan tidak lakukan. Penggunaan bahasa yang terlalu kompleks mungkin akan membuat anak justru tidak tercapai kompetensinya. (Baca juga: Perkembangan bahasa anak usia dini)

  1. Pembelajaran yang Mengutamakan Audio Visual

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tahapan praoperasional juga cenderung membuat anak melakukan representasi melalui gambar dan kata-kata. Mereka juga bisa membayangkan suatu benda tetapi tidak terlalu kompleks dan lebih dipengaruhi oleh unsur magis. Benda-benda di sekitar mereka dianggap bisa hidup dan berinteraksi. Oleh karenanya, pembelajaran dengan audio visual menjadi lebih tepat untuk diterapkan.

  1. Penentuan Penilaian yang Tepat

Implikasi psikologi perkembangan terhadap pendidikan prasekolah selanjutnya yaitu mengenai penentuan sistem penilaian yang tepat. Seorang pengajar tidak akan melakukan penilaian hanya berdasarkan keaktifan siswa, akan tetapi lebih pada pengamatan bagaimana anak bisa memahami konsep baru yang ia dapat.

  1. Sistem Pembelajaran yang Menyenangkan

Anak usia prasekolah suka dengan hal-hal yang menyenangkan. Mereka akan lebih termotivasi ketika mendapatkan suasana yang menyenangkan selama proses pembalajaran. Oleh karenanya, kita mungkin akan sering mengamati dalam pendidikan prasekolah akan lebih banyak aktivitas seperti bernyanyi, menari atau bercerita.

  1. Tidak Menghilangkan Kesempatan Bermain Anak

Usia prasekolah ada periode transisi dari masa bermain anak-anak kepada masa untuk sekolah. Oleh karenanya pendidikan prasekolah juga perlu dipersiapkan dengan tidak menghilangkan kesempatan bermain anak. Tak heran jika kemudian kita bisa melihat pendidikan di tingkat taman kanak-kanak selalu dilengkapi dengan fasilitas bermain yang lengkap. (Baca juga: Cara membentuk karakter anak usia dini)

  1. Menyiapkan Anak pada Masa Transisi

Pendidikan prasekolah juga berfungsi untuk menyiapkan anak pada masa transisi. Masa ini merupakan kunci keberhasilan seorang anak dalam memasuki dunia pendidikan yang sebenarnya. Oleh karenanya, dasar membaca dan berhitung diberikan tetapi tidak diikuti dengan cara penyelesaian atau pemecahan masalah yang kompleks.

  1. Berfokus pada Dunia Anak

Pendidikan prasekolah juga hendaknya berfokus pada dunia anak. Ingat, anak usia prasekolah masih sering membayangkan mereka berada dalam dunianya yang penuh dengan keajaiban. Oleh karenanya situasi yang mendukung juga diperlukan tetapi juga diarahkan untuk menyiapkan anak pada tahap perkembangan selanjutnya.

Jadi, bagaimana? Setidaknya kita sudah mengetahui ada implikasi yang cukup bagus dengan adanya psikologi perkembangan di dalam pendidikan prasekolah. Penyesuaian-penyesuian tersebut yang bisa menjadikan proses pendidikan kemudian berkembang dengan baik. Jangan segan bagikan ide mengenai implikasi psikologi perkembangan terhadap pendidikan prasekolah lainnya dan semoga posting ini bermanfaat.

You may also like