Buah hati menjadi pelengkap dalam sebuah keluarga. Pada beberapa orang tua, biasanya akan merencanakan untuk memiliki anak lebih dari satu. Di dalam perencanaan tersebut, terdapat pula waktu yang dipilih untuk mempunyai anak kedua setelah anak pertama lahir. Salah satu jarak tersebut adalah ketika anak menginjak usia 5 tahun.
Anak yang berumur 5 tahun masih termasuk ke dalam usia balita. Artinya, anak juga masih harus melakukan penyesuaian dan adaptasi dengan bimbingan dari orang tua. Pada anak usia 5 tahun, kondisi perkembangan kognitif anak kebanyakan sudah mampu berimajinasi dan membayangkan sesuatu, tetapi memang masih belum dapat berpikir secara logis.
Selanjutnya, karena anak usia 5 tahun juga sudah memahami konsep berteman secara sosial, anak akan lebih mudah memahami ketika ia akan punya adik. Ketika orang tua benar-benar mampu memberikan pemahaman pada anak, anak akan cenderung bertanggung jawab dan peduli dengan sang adik. Hal ini dikarenakan anak sudah sadar bahwa saat ini ia memiliki peran baru sebagai seorang kakak.
1. Belum Paham
Dampak psikologi anak punya adik secara kognitif adalah pemahamannya belum terlalu baik. Anak baru bisa berpikir dengan imajinasi yang ia buat sendiri, bukan pikiran yang logis dan rasional sehingga orang tua perlu memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak dan tidak menyinggung perasaannya.
Hal tersebut penting sebab anak yang belum memiliki pemahaman bisa salah menerjemahkan penjelasan orang tua mengenai adik. Misalnya, anak mengira berarti orang tua hanya memikirkan adik atau orang tua menganggap adik lebih penting dari kakak. Akibatnya, anak merasa sedih atau cemburu, padahal bukan itu yang dimaksud oleh orang tua.
2. Cemburu dan Marah
Rasa cemburu dan marah menjadi dampak psikologi ketika anak punya adik yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan kondisi emosional calon kakak, terlebih yang masih berusia 5 tahun belum terlalu stabil. Lahirnya seorang adik mungkin akan menjadi situasi baru yang mengejutkan bagi anak. Maka dari itu, bisa jadi anak merasa bingung harus bersikap seperti apa dan memilih untuk langsung cemburu atau marah.
Pada dasarnya rasa cemburu ini muncul karena anak melihat orang tua akan lebih memperhatikan dan dekat dengan adik. Akan tetapi sebenarnya memang orang tua sedang perlu memperhatikan adik yang baru lahir dan butuh perawatan. Di sisi lain hal tersebut juga tidak membuat rasa cinta dan kasih sayang orang tua pada anak berkurang.
3. Cenderung Menjadi Pendiam
Beberapa anak ketika mungkin akan berusaha mencari perhatian ketika merasa cemburu karena adanya adik baru. Namun, terdapat pula anak yang akan menjadi lebih pendiam karena memilih untuk memendam perasaannya dibanding mengekspresikannya. Dampak yang seperti ini justru cenderung berbahaya bagi anak sebab orang tua mungkin tidak terlalu peka sehingga lambat menyadari.
4. Merasa Rendah Diri
Saat ini tidak jarang ditemukan orang tua yang masih suka membanding-bandingkan anaknya. Terkadang orang tua tidak sengaja membandingkan, tetapi dampaknya sangat dirasakan oleh anak. Hal ini dapat membuat anak merasa rendah diri sebab menurut orang tuanya, ia tidak sebaik adiknya. Salah satu akibatnya adalah anak menjadi kurang terbuka, tidak banyak berekspresi, atau kurang berminat terhadap hal-hal di sekitarnya
6. Lebih Rewel
Anak-anak yang akan punya adik mungkin menyadari bahwa perhatian orang tua kepadanya menjadi terbagi. Untuk mendapatkan kembali perhatian tersebut, anak bisa saja menjadi lebih rewel agar mendapat perhatian kembali. Beberapa bentuk rewel tersebut, misal minta terus ditemani, minta dibelikan sesuatu, terus mengajak bicara, mudah menangis, dan sebagainya.
Pada beberapa anak, di usia 5 tahun ia sudah dapat menentukan mimpinya di masa depan, seperti cita-cita atau tujuan hidup tertentu. Di sisi lain, kekuatan memori anak juga sedang dalam kondisi yang optimal sehingga semakin mudah mengingat kejadian di usia tersebut. Tidak hanya itu, anak juga sudah dapat merangkai seluruh pengalamannya untuk memahami dunia yang lebih kompleks.
Selain perkembangan psikologis secara kognitif, anak usia 5 tahun juga mengalami perkembangan psikologis pada aspek emosinya. Kebanyakan orang tua tidak menyadari bahwa anak 5 tahun memiliki perubahan emosi yang cukup signifikan. Ketika dalam kondisi yang baik-baik saja, ia cenderung menanggapi atau melakukan sesuatu dengan riang gembira.
Namun, jika kestabilan emosinya sedang terganggu, anak akan marah dan sangat berapi-api. Tidak hanya itu, ketika rasa empati anak sudah mulai muncul, anak akan menjadi lebih sensitif. Misalnya, saat ia merasa iba dengan orang lain, ia akan benar-benar merasa sedih.
Kemudian anak usia 5 tahun pada perkembangan psikologis dari aspek sosial juga sudah mulai memahami tentang dunia luar sebab pada umumnya anak sudah mulai belajar di taman kanak-kanak. Dunia luar di sini maksudnya adalah teman, guru, maupun orang tua murid yang anak temui di tempatnya belajar.
Dengan demikian, ketika berusia 5 tahun anak juga sudah mulai memahami aturan-aturan, seperti aturan dalam bermain, cara memahami perasaan orang lain, konsep berbagi dan menunggu giliran, serta saling tolong-menolong. Aturan tersebut dapat membuat anak sadar akan pentingnya bersikap baik dalam menjalin hubungan pertemanan.
Berdasarkan kondisi perkembangan psikologis dari sisi kognitif, emosi, maupun sosial pada anak usia 5 tahun di atas, sebenarnya sudah menunjukkan bahwa anak relatif siap untuk punya adik. Hal tersebut dikarenakan anak sudah memiliki pemahaman bahwa akan ada masa depan ketika ia hidup dengan adik. Selain itu, anak juga sudah memiliki kesadaran untuk membantu orang lain serta berempati.
Akan tetapi, memang tingkat kemampuan logika anak belum sampai pada taraf yang sempurna sehingga masih perlu diberikan pemahaman secara perlahan bahwa ia akan memiliki adik, bagaimana konsep adik, mengapa ia memiliki adik, dan hal-hal lain yang perlu ia ketahui saat punya adik kelak.
Tidak hanya itu, secara emosional anak belum mampu memahami emosi diri sendiri dengan optimal sehingga di satu masa akan terlihat sangat periang dan kooperatif, tetapi akan ada pula waktu di mana ia akan banyak merajuk, marah, atau dalam kondisi emosi yang buruk. Ketika punya adik nanti juga anak kemungkinan besar akan berada dalam dua jenis emosi tersebut.
Di satu sisi anak pasti senang memiliki adik karena ia memiliki teman baru dan tidak sendirian, tetapi di sisi lain mungkin rasa cemburu dapat muncul karena anak melihat orang tuanya banyak memberi perhatian pada sang adik. Hal ini wajar terjadi dan perlu andil besar dari orang tua untuk bisa membuat anak lebih mampu belajar mengendalikan emosinya kembali.