Home » Ilmu Psikologi » Teori Mimpi dalam Psikologi

Teori Mimpi dalam Psikologi

by Arby Suharyanto

1. Definisi Mimpi dalam Psikologi

Teori Sigmund Freud tentang mimpi dalam psikologi merupakan sebuah pemahaman yang baru dalam hal pendekatan terhadap analisis psikologi melalui mimpi dalam psikologi tersebut. Mimpi dalam psikologi yang dikatakan oleh Freud adalah hal yang tidak berhubungan dengan hal mistis seperti ilham atau untuk meramalkan masa depan.

Mimpi dalam psikologi adalah suatu manifestasi kenginan alam bawah sadar yang direpresi dalam alam sadar. Mimpi dalam psikologi, seperti yang menjadi kutipan terkenal Freud, adalah jalan bebas hambatan menuju alam bawah sadar.

2. Hakikat Mimpi dalam Psikologi

  • Bentuk Keinginan Terlarang

Pada dasarnya hakikat mimpi dalam psikologi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998) bahwa dengan mimpi dalam psikologi, individu secara tak sadar berusaha memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan dengan

menciptakan gambaran tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam nyata sulit bagi kita untuk mengungkapkan kekesalan, keresahan, kemarahan, dendam, dan yang sejenisnya kepada obyek-obyek yang menjadi sumber rasa marah, maka muncullah dalam keinginan itu dalam bentuk mimpi dalam psikologi. (Baca juga mengenai peran dalam perkembangan emosi remaja).

  • Pesan Alam Bawah Sadar

Analisis mimpi dalam psikologi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi dalam psikologi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan, dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga cara analisis mimpi dalam psikologi dapat digunakan untuk, (Baca juga mengenai peran remaja dalam perkembangan desa).

mengungkap pesan bawah sadar atau pemasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh individu. Ketika masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah diselesaikan. (Baca juga mengenai contoh peran remaja dalam masyarakat).

3. Hubungan Teori Mimpi dalam Psikologi dengan Psikologi

Freud menghubungkan psikologi dengan mimpi dalam psikologi. Sastra dan mimpi dalam psikologi dianggap memberikan kepuasan secara tak langsung. (Baca juga mengenai peran remaja dalam mengatasi ancaman).

  • Seperti Sebuah Tanda

Mimpi dalam psikologi seperti tulisan merupakan sistem tanda yang menunjuk pada sesuatu yang berbeda, yaitu melalui tanda-tanda itu sendiri. Kebesaran penulis dan hasil karyanya pada dasarnya terletak pada kualitas ketaksadaran tersebut. Karya seni, seperti mimpi dalam psikologi, bukan terjemahan langsung realitas. Oleh karenanya, pemahaman terhadap eksistensinya harus dilakukan melalui interpretasi. (Baca juga mengenai terapi kognitif pada lansia).

  • Dapat Diartikan dengan Bahasa

Perbedaan antara psikologi dan mimpi dalam psikologi adalah, psikologi terdiri atas bahasa yang bersifat linier, sedangkat mimpi dalam psikologi terdiri atas tanda-tanda figurative yang tumpang-tindih dan campur-aduk. Mimpi dalam psikologi dalam sastra adalah angan-angan halus (Endraswara, 2008:4) (dalam Minderop 2013:16-17).

  • Berhubungan dengan Fantasi

Gagasan Freud yang banyak dianut oleh beberapa permerhati psikologi sastra adalah teori mimpi dalam psikologi dan fantasi. Mimpi dalam psikologi yang kerap dipandang sebagai kembang tidur, dalam konsep Freud dianggap lain. Mimpi dalam psikologi memiliki peranan khusus dalam studi psikologi sastra. Inti pengamatan Freud terhadap sastra adalah bahwa sastra lahir dari mimpi dalam psikologi dan fantasi (Endraswara, 2008:200) (dalam Minderop 2013:17).

  • Berhubungan dengan Halusinasi

Freud telah memberikan posisi penting pada mimpi dalam psikologi dalam teori psikoanalisis dengan cara mendengarkan ceritapara pasien tentang mimpi dalam psikologi mereka. Dari metodi ini terdapat persamaan-persamaan tertentu antara mimpi dalam psikologi dan keadaan tidak sehat, misalnya keadaan psikosis halusinasi yang parah.

4. Sisi dalam Mimpi

Mimpi dalam psikologi mempunyai dua isi: isi manifest dan isi laten.

  • Isi manifest adalah gambar-gambar yang kita ingat ketika kita terjaga, dan muncul ke dalam pikiran kita ketika kita mencoba mengingatnya.
  • Isi laten yang oleh Freud disebut “pikiran-pikiran mimpi dalam psikologi” ialah sesuatu yang tersembunyi (pikiran tersembunyi) bagaikan sebuah teks asli yang keadaannya primitifdan harus disusun kembali melalui gambar yang sudah diputarbalikkan sebagaimana disajikan oleh mimpi dalam psikologi manifest (Milner, 1992:27) (dalam Minderop, 2013:18)

5. Proses Mimpi Menurut Psikologi

Uraian tentang mimpi dalam psikologi tercakup dalam suatu proses atau pekerjaan mimpi dalam psikologi yang disebut: figurasi, kondensasi, pemindahan, dan simbolisasi.

  • Pertama, bermimpi dalam psikologi merupakan suatu cara terntentu agar hasrat kita terwujud dalam bentuk myata dan aktual. Proses mimpi dalam psikologi semacam ini disebut figurasi, pikiran mimpi dalam psikologi yang kerap kli difigurasikan dalam bentuk gambar atau kata-kata.
  • Kedua, dengan cara kondensasi, menggabungkan beberapa pikiran tersembunyi atau menumpukkan beberapa pikiran dalam satu imaji tunggal. Proses ini menghasilkan suatu lukisan yang berbeda atau menciptakan suatu kontur umum.
  • Ketiga, mimpi dalam psikologi tidak selalu selalu berhubungan dengan pikiran laten, bahkan kadang-kadang mimpi dalam psikologi sekedar rincian yang tak berarti dan merupakan kebalikan pikiran tersembunyi. Dalam hal ini mimpi dalam psikologi merupakan pengalihan/pemindahan.

6. Jenis Mimpi dalam Psikologi

Freud mengenalkan satu jenis mimpi dalam psikologi yaitu

  • Mimpi dalam psikologi kanak-kanak

dimana pada tahun-tahun berikutnya akan ditemukan mimpi dalam psikologi yang bertipe sama, bahkan pada orang dewasa, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang valid serta dapat digeneralisasi pada tahapan berikutnya. Tekhnik tersebut lazim dilakukan oleh Freud, sebagaimana acuan tahapan-tahapan psikoseksual dalam teori kepribadiannya.

  • Mimpi dalam psikologi atau kesan-kesan yang berhubungan dengan kejadian sehari-hari

Dari orang itu dan mengirimkannya ke ”mata batin” dari hati yang merefleksikan dan membesarkan mereka seperti layaknya sebuah cermin. Dengan cara inilah, mimpi dalam psikologi biasa muncul sebagai asosiasi-asosiasi dari pikiran-pikiran (ideas) dan kesan-kesan (images) yang menghubungkan diri mereka sendiri dengan beberapa obyek syahwat.

  • Sebagai pemenuhan atau refleksi keinginan individu

Baik berupa kesenangan, maupun sesuatu yang mengerikan (mimpi dalam psikologi buruk) sekalipun. Baginya, hal itu terjadi karena adanya mimpi dalam psikologi yang terdistorsi yang tidak memperlihatkan adanya pemenuhan keinginan yang jelas sehingga harus dicari terlebih dahulu dan diinterpretasikan.

  • Tidak ada batasan

Sobat juga mengetahui bahwa keinginan yang mendasari mimpi dalam psikologi yang terdistorsi adalah keinginan-keinginan yang dilarang dan ditolak oleh penyensoran, sehingga eksistensi mereka menjadi penyebab distorsi dan merupakan motif campur tangan penyensoran.

Demikian yang dapat disampaikan penulis, semoga menjadi wawasan berkualitas dan bermanfaat. Terima kasih.

You may also like