Emosi merupakan suatu luapan atau termasuk ke dalam salah satu variabel yang dimiliki oleh setiap organisme. di sana juga terjadi yang namanya perubahan fisiologis serta stimulus dan juga rangsangan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu emosi. emosi setiap anak umumnya bisa berbeda-beda. karena setiap anak memiliki respon dan juga jawaban mengenai rangsangan emosi yang dirasakannya. khusunya bagi anak normal maupun anak tunaterta pasti memiliki emosi yang berbeda-beda.
Perkembangan emosi anak usia dini khusunya pada anak tunanetra umumnya akan jauh lebih lambat, dibandingkan dnegan anak yang awas. adanya perbedaan ini biasanya disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh anak tunanetra. mislanya saja mengenai pengaruh terhadap cara belajarnya yang sudah pasti akan sangta terbatas.
Di dalam hal tersebut, akan membuat perkembangan emosinya juga semakin mengalami ketelambatan, jika ank tersebut memiliki deprivasi emosi. dimana suatu keadaan yang membuat anak tersebut kurang memiliki kesempatan dan juga penghayatan berbagai pengalaman emosi yang dimilikinya,
Biasanya anak yang mengalamai hal deprivasi emosi tersebut tidak memiliki pengalaman emosi yang menyennagkan, mislanya saja, memiliki kaish sayang, kegembiraan, kesenangan dan juga berbagai perhatian. karena hal ini akan sangat berpengaruh pada masa awal perkembangan dari ekhidupannya. misalnya saja terjadi penolakan di lingkungannya, sehingga hal ini juga yang bisa membuat keterlambatan dari sisi emosionalnya.
Diantara penyebab keterlambatan emosional
- Perkembangan fisik yang terganggu
- Motorik
- Cara bicara
- Intelektual yang dimilikinya.
- Kehidupan sosial yang dimiliki.
Apabila kita melihat dari sisi perkembangan emosi anak tunanetra pasti akan sangat mempengaruhi dari proses belajar yang dimilikinya, hal tersebut bisa melalui condisioning yang dilakukan oleh lingkungannya sendiir. sehingga kematangan emosi yang diperlihatkannya terdapat keseimbangan untuk bisa melakukan kendali emosi dnegn baik. dari yang menyenangkan smapai hal yang tidak menyennagkan sedikitpun. sehingga akan bisa di asumsikan, bahwa perkembangan emosi dari anak tunaterta pasti akan mengalami ketrelambatan.
Perkembangan dalam diri anak tunaterta seperti bisa disebutkan dibawah ini
- Perkembangan koginitif anak berkebutuhan khusus atau anak tunanetra
Dalam hal ini bisa menyebbakan pengenalan ataupun perhatian yang di dapatkan dari dunia luar tidak bisa di dapatkan secara utuh, somantri juga megungkapkan bahwa terdapat perkembangan kognitif yang terjadi pada anak tunaterta yang akan mengalami ketelambatan jika dibanding-bandingkan dnegna anak lainnya., karen abisa dikaitkan saja dalam hal ini perkembangan kognitif saja tidak bisa dikaitkan dnegan kecerdasan IQ. namun bisa dikaitkan dnegan indra penghilhatan.
2. Perkembangan motorik anak tunanetra
Jika berbicara mengenai perkembangan motorik yang dimiliki anak tunanetra pasti akan mengalami ketrelambatan, karena dalam hal ini perkembangan perilaku motorik yang dimilikinya terdapat koordinasi fungsional diantara neuromuscular system, yaitu system saraf dan juga perkmbangan saraf otot dnegan fungsi psikis yang dimilikinya, juga adanya kesempatan yang diberikan oleh lingkungan akan sangat mempengaruhinya.
3. Perkembangan emosi anak tunatera
Untus emosi pun akan sama hal nya mengalami ketelamabatan dnegan anak yang lainnya, apalagi anak tunatrea pasti sangat memiliki keterbatasan dalam hal belajar. biasanya pada masa awal kanak-anak, anak yang tunatera akan mulai menyatakan emosinya, dan terus untuk mencoba-coba.
Namun biasanya hal tersebut meski sudah dilakukan akan tetap dirasa tidak efiseien, hal ini disebabkan ia tidak bisa melakukan pengamatan pada keadaan reaksi di lingkungannya. dan hal ini bisa saja menyebbakan reaksi emosi yang ditimbulkannya akan berbeda-beda.
4. Perkembangan sosial anak tunatera
Untuk masalah perkembangan sosial yang satu ini bisa juga diartikan dalam memprakikan megenai tingkah laku dari tuntutan masyarakat. anak tunanetra biasanya tidak mudah untuk menguasai tingkah laku, merekahanya memliki banyak masalah dari berbagai perkembangan sosial yang dimilikinya. sehingga hal tersebut bisa juga menyebbakan kurangnya motivasi dan juga ketakutan untuk menghadapi lingkungannya sosialnya yang baru, sehingga ada rasa rendah diri, malu, ketbatasan di dalam emlakukan proses identifikasi dna juga imitasi mislanya seperti penolakan, tindakan yang acuh dan juga penghinaan.
Untuk itu dalam hal ini sangat dibutuhkan peran penting dari psikologi keluarga untuk bisa membantu anak tunanetra agar bisa lebih menguasai keadaan lingkungan sosialnya. karena meskipun anak tunanetra ini tidak bisa melihat, namun perasaan yang mereka miliki sangatlah peka, sehingga seringkali mereka akan merasa malu pada diri mereka sendiri, apalagi jika anak tersebut baru masuk ke dalam sebuah lingkungan yang masih bisa dikatakan asing bagi diri mereka.
Misalnya saja saat awal mereka bersekolah, pasti akan membutuhkan waktu yang cuky lama agar bisa beradaptasi dengan lingkungan. sehingga peran psikologi pendidikan akan sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Dan biasanya untuk masalah perkembangan emosi yang dimiliki oleh anak-anak tunaetra akan sering merasa khawatir dan juga cemas, hal ini biasanya disebbakan oleh rasa ketidakmampuan mereka dalam memprediksi dan juga mengantisipasi adanya kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di lingkungannya yang dapat menimpa pada dirinya.
Ataupun rasa iri hati yang biasanya timbul akibat rasa kasih sayang yang kurang diberikan pada diri mereka drai lingkungannya, ataupun yang biasanya anak tersebut diperlakukan berbeda dari anak lainnya, sehingga akan merasa tidak nyaman diperlakukan seperti hal tersebut.
Penilaian negative dari anak tunatera
- Umumnya pada anak tunaterta ini selalu merasa tidak berdaya
- Memiliki sifat ketergantungan
- Memiliki tingkat kemmapuan yang cukup rendah di dalam orientasi waktu yang dimilikinya
- Biasanya tidak memiliki kebahagiaan
- Banyak diantaranya yang memiliki sifat yang frustasi
- Merasa kaku
- Biasanya cenderung sangat kaku dan selalu cepat untuk menarik diri dari lawannya saat melakukan bersalaman
Penilaian positif
- Pada anak penyandang tunanetra ini biasanya akan lebih oeka pada suara-suara, ingatan dna juga keteampilan dalam memainkan alat musik
- Memiliki ketertarikan yang cukup tinggi terhadap nilai moral dan juga agama.
Dalam hal ini kondisi lingkungan dan juga psikologi sosial perlu membantu anak tunanetra dalam mennagani perkembangan emosinya, khusunya bagi para orang tua, guru dan juga pengajar yang harus senantiasa meberikan perlindungan dan juga pembelajaran mengenai kemandirian dan juga dalam mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan emosi anak tersebut. sehingga akan jauh lebih memudahkannya dalam menghadapi lingkungan luar.