Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Keluarga » 12 Hubungan Pola Asuh Permitif Dengan Kenakalan Remaja

12 Hubungan Pola Asuh Permitif Dengan Kenakalan Remaja

by Arby Suharyanto

Pola asuh permisif ialah pola asuh yang memiliki sangat sedikit aturan dan harapan terhadap seorang anak. Sering kali orang tua mencintai dan mengekspresikan kepedulian terhadap seorang anak seorang anak mereka, tanpa melihat seorang anak seorang anak tersebut sudah cukup mampu unuk melakukan tugas tertentu.

Selain itu, seorang anak yang dididik dengan pola asuh permisif cenderung tidak disiplin karena orang tuanya menghindari konfrontasi. Daripada menetapkan aturan dan harapan, orang tua tersebut memilih untuk membiarkan seorang anak seorang anak mencari tahu sendiri.

Jika diperhatikan, banyak orang tua yang memiliki gaya pengasuhan ini. Orang tua takut menetapkan batas batas yang jelas dan khawatir seorang anak mereka tidak bahagia. Sayangnya, hal ini terkadang bisa berubah menjadi gaya pengasuhan yang tidak efektif bahkan menimbulkan masalah pada remaja yakni menjadi nakal dan susah diatur. Berikut 12 Hubungan Pola Asuh Permitif Dengan Kenakalan Remaja.

Apa maksud dari pola asuh permisif? Pola asuh permisif atau sering disebut pola asuh pemanja umumnya adalah pola asuh yang memberikan pengawasan yang sangat longgar kepada sang anak. Dimana orangtua memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orangtua. Orangtua dengan tipe pola asuh seperti ini, cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak mereka apabila sang anak sedang ada dalam bahaya dan sedikit sekali memberi bimbingan kepada sang anak. (Baca juga mengenai hubungan pernikahan dini dengan pola asuh anak )

Selain itu, pola permisif diartikan sebagai cara mendidik dengan membiarkan anak berbuat sesuka dan sekehendak mereka. Orangtua tidak memberi pimpinan, nasehat maupun teguran. Biasanya orangtua tidak terlalu mempedulikan perkembangan psikis anak dan mengabaikan perkembangan anak. Pola pendidikan ini ditandai dengan pemberian kebebasan tanpa batas pada anak, anak berbuat menurut kemauannya sendiri, tidak terarah dan tidak teratur sehingga keluarga sebagai lembaga pendidikan informal tidak memiliki fungsi edukatif. (Baca juga mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak )

Cara mendidik ini tidak tepat jika dilaksanakan secara murni di lingkungan keluarga karena dapat mengakibatkan anak berkepribadian buruk. Bentuk perilaku permisif, antara lain membiarkan anak bertindak sendiri tanpa monitor (mengawasi) dan membimbingnya, mendidik anak secara acuh tak acuh, bersifat pasif atau bersifat masa bodoh dan orang tua hanya mengutamakan pemberian materi semata bagi anak. (Baca juga mengenai pengaruh keluarga terhadap perilaku moral anak)

1. Agresif

Remaja yang dibiarkan bebas melakukan apa yang ia mau, maka akan kesulitan mengontrol dirinya. Kalau sejak kecil saja, remaja tidak pernah diberikan peraturan. Maka ia akan berkembang menjadi pelanggar norma dan peraturan. Akan selalu bertindak tergesa, tanpa memikirkan dampaknya. Perilaku merokok (khususnya remaja bawah umur), sampai mungkin terjerumus dalam pergaulan bebas, bisa jadi disebabkan remaja yang diberikan kebebasan bertindak, tanpa berpikir dampak perbuatannya. (Baca juga mengenai pengaruh gaya pengasuhan orang tua terhadap karakter anak )

2. Tidak Empati

Limpahan “kasih sayang” yang diberikan orang tua untuk remaja pada pola asuh ini, justru bisa membentuk remaja menjadi pribadii yang egois dan tidak belajar untuk peduli pada orang lain. Remaja akan berkembang tanpa bisa berempati pada orang lain. (Baca juga mengenai konsep dasar emosional anak )

3. Kesulitan dalam Pergaulan

Kalau selama ini, remaja sebagai pemegang kendali. Maka remaja akan selalu berharap semua berjalan sesuai kehendaknya. Begitu juga dalam hubungan sosialisasinya. Remaja tidak suka jika ada suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ini akan menjadi penghambat pergaulan remaja dengan orang lain.

4. Lumpuh Imajiner

Karena semuanya serba dilayani, akan membentuk remaja yang manja dan tidak mandiri. Membuat remaja menjadi “lumpuh” secara imajiner, sehingga remaja tidak berdaya membantu dirinya sendiri. Terbiasa disuapi, meski punya tangan dan mampu. Terbiasa digendong, meski punya kaki dan mampu. Tidak diajak berpikir dan berdiskusi, padahal punya akal dan mampu berpikir. Tidak diajak untuk berempati, padahal punya hati.

5. Phobia

Kurangnya stimulasi alamiah yang kurang menyenangkan saat kecil, karena terbiasa dihindari oleh orang tua, bisa membentuk remaja jadi pribadi pencemas di masa datangnya. Saat kecil, remaja kehilangan kesempatan bagaimana cara ia mengendalikan emosinya. Saat usianya semakin besar, dengan stimulus yang semakin kuat dan tidak bisa di hindari, akan membuat remaja merasa tidak berdaya dan merasa gagal, yang berakibat menimbulkan kecemasan dan phobia pada remaja, pada stimulus tertentu.

6. Tidak Mengenal Resiko dan Bahaya

Pada pola asuh ini, orang tua selalu berusaha menghindarkan remaja dari kesulitan. Padahal, remaja perlu mengembangkan kemampuannya sendiri untuk mempertahankan diri, yang ia ambil dari pengalaman sulit. Jika remaja selalu dihindarkan dari kesulitan (dalam tahap wajar), maka kelak berpeluang membuat remaja mengambil resiko sendiri (yang mungkin lebih besar) karena tidak waspada, tidak adanya pengalaman, dan tidak tahu cara mengatasinya dengan tepat.

7. Tidak Terkontrol

Remaja akan tumbuh menjadi remaja yang tidak terkontrol. Remaja memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan bebas yang pada akhirnya merugikan pihak remaja dan orang tua. Dampak negatif pola asuh ini juga akan membuat remaja memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.

8. Remaja merasa kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.

9. Remaja sering mogok bicara dan tidak mau belajar, serta bertingkah laku menentang.

10. Remaja mudah berontak dan keras kepala.

11. Remaja kurang memperhatikan disiplin, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun dalam pergaulan di masyarakat.

12. Remaja menjadi musuh bagi orang tua karena melakukan apa saja yang dimau yang kadang hingga melawan orang tuanya sendiri.

Pada saat di terapkan pola asuh permisif,  remaja akan merasa bahwa orang tua tidak peduli dengan segala perilaku yang dilakukan, bahkan orang tua tidak pernah memberikan bimbingan dan peranan yang berarti dalam perkembangan remaja. Remaja beranggapan bahwa apapun yang di lakukan, tidak ada permasalahan oleh orang tua karena tidak peduli apakah hal tersebut benar atau salah.

Walaupun pola asuh permisif memiliki banyak dampak negatif, khususnya bagi anak, akan tetapi pola asuh permisif juga memiliki dampak positif khususnya jika diterapkan dengan anak yang sudah dewasa dan sudah matang pemikirannya.

Namun, pola asuh permisif tidak sesuai jika diterapkan pada remaja, apalagi kepada anak kecil. Hal ini karena apabila pola asuh permisif diterapkan pada remaja atau anak kecil maka dikhawatirkan dapat mengakibatkan anak berkepribadian buruk.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like