Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh yang digunakan orang tua dalam mengasuh, mendidik, dan membesarkan seorang anak, tidak hanya satu, melainkan berbagai jenis pola asuh, bahkan semua jenis pola asuh digunakan,
Akan mempengaruhi bagaimana anak berkembang di masa depannya sehubungan dengan tingkat kemandirian, hal itu terjadi karena bagaimana karakter anak terbentuk dari kebiasaan yang ditanamkan orang tuanya sejak kecil. Berikut 12 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak.
1. Pola asuh positif
Berada pada urutan pertama yang mampu meningkatkan kemandirian seorang anak. Orang tua berkomunikasi, bertransaksi, berinteraksi dengan seorang anak, ucapan dan tindakannya selalu mempertimbangkan layak/ pantas, (Baca juga mengenai : pengaruh keluarga terhadap perilaku moral anak )
Mendorong, konsisten, menyejukkan, merawat/ memelihara, rileks, dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat James (2002) bahwa pola asuh orang tua positif, dapat meningkatkan kemandirian seorang anak. (Baca juga mengenai : pengaruh gaya pengasuhan orang tua terhadap karakter anak )
2. Pola asuhotoritative (demokratis)
Berada pada urutan kedua. Orang tua berkomunikasi, bertransaksi, berinteraksi, ucapan dan tindakannya selalu bersikap rasional, bertanggung jawab, terbuka, obyektif, tegas, hangat, realistis, fleksibel, sehingga mampu menumbuhkan keyakinan, (Baca juga mengenai : konsep dasar emosional anak )
Kepercayaan diri pada seorang anak untuk mengambil keputusan terhadap kegiatan dan kebutuhannya. Hal ini dikukung oleh pendapat Santrock (2009), yang menyatakan bahwa pola asuh demokratis sangat baik dalam upaya meningkatkan kemandirian. (Baca juga mengenai : gejala epilepsi pada anak )
3. Pola asuh permisif
Berada pada urutan ketiga. Orang tua ketika berkomunikasi, bertransaksi atau berinteraksi dengan seorang anak, selalu memberikan kebebasan pada seorang anak, kurang menuntut tanggung jawab, melakukan pembiaran, sangat lemah dalam melaksanakan disiplin, (Baca juga mengenai : cara mengatasi emosi negatif pada anak )
Dan kurang tegas dalam menerapkan peraturan peraturan. Perilaku orang tua yang seperti ini menurut, Santrock (2009), Gordon (2000), menjadikan kepribadian seorang anak tidak berkembang baik, termasuk menghambat kemandirian seorang anak.
4. Pola asuh otoriter
Berada pada urutan keempat. Orang tua berkomunikasi, bertransaksi, berinteraksi dengan seorang anak, cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, menuntut kepatuhan, mendikte, kurang hangat, kaku dan keras,
Kurang memberi kepercayaan, menghukum. Hal ini didukung Papalia (2008), Santrock (2009), bahwa pola asuh otoriter, menjadikan seorang anak tidak berkembang baik, karena merasa tertekan dan takut, sehingga tidak mampu mandiri.
5. Pola asuh negative
Berada pada urutan kelima. Ucapan dan tindakan ketika berkomunikasi, bertransaksi atau berinteraksi dengan seorang anak, selalu mengkritik, melindungi berlebihan, tidak konsisten, selalu mendebat, serba mengatur,
Dan orang tua selalu mau dilayani. Hasil ini sesuai dengan pendapat, Gordon (2000) dan James (2002) yang menyatakan bahwa pola asuh negatif berdampak buruk bagi perkembangan kepribadian seorang anak, termasuk menghambat kemandirian seorang anak.
6. Pola asuh penelantar
Berada pada urutan keenam. Orang tua berkomunikasi, bertransaksi/ berinteraksi selalu mengabaikan, menolak mendengar ungkapan perasaan dan ide seorang anak, mementingkan diri sendiri, tidak mem berikan kesempatan kepada seorang anak untuk berbicara.
Hasil ini didukung oleh Papalia (2008) dan Thalib (2010) yang menyatakan bahwa pola asuh penelantar memperlihatkan pola perilaku orang tua yang yang suka mengabaikan baik secara fisik maupun psikis, yang sangat menghambat perkembangan kemandirian seorang anak.
7. Pola asuh orang tua yang layak/ pantas
Bertujuan memperbaiki kesalahan seorang anak disertai penjelasan logis, yang diterima seorang anak tanpa tekanan
8. Pola asuh orang tua mendorong
Tampak dalam ucapan dan tindakan mendorong seorang anak mengerjakan sendiri tugas tugasnya, baik di rumah maupun di luar rumah
9. Pola asuh orang tua konsisten
Tampak dalam ucapan dan tindakan orang tua yang sama pada situasi dan kondisi yang sama, melatih seorang anak menjadi tegas, tangguh, dan percaya diri, (4) pola asuh orang tua yang menyejukkan, tampak dalam ucapan dan tindakan orang tua yang lemah lembut dan menyenangkan
10. Pola asuh orang tua merawat
Tampak dalam ucapan dan tindakan orang tua melalui bertujuan membantu seorang anak merasakan belaian baik fisik maupun psikis, memperhatikan dan mendengar ucapan dan ungkapan perasaan seorang anak, bergaul secara hangat dan saling menghormati
11. Pola asuh orang tua rileks
Tampak dalam ucapan dan tindakan orang tua dalam suasana rileks, memberikan kebebasan kepada seorang anak dalam berbicara, bertindak, dan berkegiatan secara santai tanpa merasa tertekan
12. Pola asuh orang tua bertanggung jawab
Tampak dalam ucapan dan tindakan orang tua membelajarkan seorang anak berani mengambil risiko dari kegiatannya, memberikan kepercayaan dan kebebasan melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhan, dan mengambil risiko dari kegiatan dan kebutuhannya itu.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan pola asuh positif tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian seorang anak dapat meningkat, karena ucapan dan tindakan orang tua yang mempertimbangkan kelayakan, selalu mendorong, konsisten, menyejukkan, merawat, rileks, dan bertanggung jawab.
Temuan kemandirian seorang anak dapat meningkat ini Temuan ini sejalan hasil penelitian Sunarty (2014) bahwa pola asuh orang tua dapat meningkatkan kemandirian seorang anak adalah pola asuh positif.
Temuan ini mendukung temuan Pratt (2004) yang menyatakan bahwa orang tua yang selalu memberi dorongan dan peluang serta bersikap rasional akan meningkatkan kemandirian seorang anak, terutama ketika ia berusia di atas 20 tahun.
Pola asuh demokratis dapat meningkatkan kemandirian seorang anak, karena ucapan dan tindakan orang tua:
- Memandang dirinya dan seorang anak punya peran masing masing
- Memberikan tanggung jawab dan mendorong seorang anak melakukan kegiatannya sendiri
- Berdialog, saling memberi dan menerima, mendengarkan keluhan, menghormati dan menghargai suatu keputusan
- Bertindak secara obyektif, tegas, hangat dan penuh pengertian, tegas dalam pengambilan keputusan
- Menumbuhkan keyakinan, kepercayaan diri pada seorang anak, selalu menyemangati seorang anak berbuat sesuai dengan kemampuan sendiri sesuai tahapan perkembangan
- Mendorong seorang anak mampu membuat keputusan sendiri, selalu mendorong melakukan pekerjaan dan kegiatannya sendiri, berani mengambil keputusan dan menanggung risiko dari keputusannya tersebut.
Berdasar pada paparan pola asuh demokratis (otoritative) tersebut dapat disimpulkan bahwa ucapan dan tindakan orang tua yang memandang seorang anak mempunyai hak dan kewajiban, tanggung jawab, saling menghargai dan menghormati, obyektif dan tegas, berani mengambil keputusan dengan segala risikonya, dapat meningkatkan kemandirian seorang anak.
Hasil ini sejalan dengan temuan penelitian Indrawati (2002) dan Komaruddin (2005) yang menyatakan bahwa seorang anak yang tingkat kemandirian tinggi lebih banyak diasuh dengan pola asuh authoritative atau demokratis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dan kemandirian seorang anak.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan berkualitas, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.