Home » Ilmu Psikologi » Kecerdasan Manusia » 10 Gejala Psikologi Siswa dalam Belajar

10 Gejala Psikologi Siswa dalam Belajar

by Arby Suharyanto

Setiap orang pasti mengalami proses belajar. Dalam proses belajar tersebut akan menimbulkan gejala-gejala psikologis dari siswa. Maksud dari gejala psikologis itu sendiri adalah gejala yang timbul akibat adanya aktivitas tingkah laku manusia terhadap lingkungan baik individu atau kelompok. Dalam proses belajar gejala psikologis timbul dari adanya aktivitas pembelajaran yang dilakukannya.

Dalam psikologi terdapat berbagai gejala-gejala yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa, diantaranya telah dikelompokkan menjadi 10, yaitu:

1. Pengindraan

Pengindraan, Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seorang anak satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh siswa, persepsi pun akan berlainan. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan belajar. (Baca juga mengenai aspek psikologi dalam proses pembelajaran PAI).

Penglihatan, Alat penglihatan utama adalah mata. Rangsang berupa gelombang cahaya masuk ke dalam bola mata melalui bagian-bagian mata. Prosesnya cahaya masuk ke retina diteruskan berupa impuls menuju ke syaraf (otak) sehingga  objek dapat terlihat. (Baca juga mengenai tujuan dan fungsi evaluasi dalam psikologi belajar).

2. Pendengaran dan Pengecap

Alat pendengaran utama adalah telinga. Rangsang berupa gelombang suara masuk ke dalam telinga melalui bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang suara merambat melalui 3 media, yaitu udara, benda padat/tulang, cairan/endolymphe. (Baca juga mengenai prinsip belajar menurut psikologi).

Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada 4 jenis penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam. (Baca juga mengenai teori psikologi pendidikan).

3. Pembau dan Perabaan

Alat pembau utama adalah hidung.  Rangsang berupa hawa/udara/bau melalui udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung (cavum nasalis). Prosesnya adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan oleh nervus ke-1 (saraf pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). (Baca juga mengenai hambatan psikologis dalam belajar).

Perabaan, Alat perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia dapat berupa rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya. Perabaan adalah ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh, khususnya yang tidak berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah corpuscula meissner dan corpuscula pacini.

4. Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat ataupun kimiawi yang mengenai alat indra. individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilakuindividu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.

5. Memori

Setiap hari kita memilki banyak aktivitas, berbagai informasi kita peroleh setiap harinya. Untuk memunculkan kembali informasi-informasi tersebut terkait dengan kerja memori atau otak. Dalam kenyataan, kemampuan otak manusia berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan otak untuk memasukkan, menyimpan,  memunculkan kembali informasi yang didapatkan (pelajaran misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak tersebut.

Memori merupakan simpanan informasi – informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya.

6. Ingatan dan Lupa

Secara sederhana, Irwanto (1999) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan  pengumpulan informasi (information gathering).

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

7. Berfikir

Pemecahan masalah merupakan  bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar.

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.

8. Intelegensi

Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk berpikir. Ada beberapa pendapat tentang pengertian inteligensi. Dari berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan berfiki seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

9. Emosi

Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Atau dapat kita pahami bahwa emosi itu merupakan suatu gejolak atau rasa yang terjadi dalam hati/perasaan yang terjadi karena ada suatu rangsangan yang diberikan pada saat kita dalam keadaan mental yang hebat.

10. Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motivasi boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motivasi semacam ini sering disebut motivasi ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motivasi tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motivasi intrinsik. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.

Motivasi ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan yang bermanfaat untuk anda, terima kasih Salam hangat dari penulis.

 

 

You may also like