Tidak hanya mendapat pertanyaan dari orang tua, saudara, atau teman, pertanyaan “kapan nambah momongan?” juga secara tidak langsung disampaikan oleh anak yang mau memiliki adik. Akan tetapi, menjawab pertanyaan ini dari anak bisa jadi lebih sulit karena belum tentu anak langsung paham dengan apa yang orang tua maksud.
Akibatnya, terdapat berbagai emosi maupun perilaku yang ditunjukkan anak sebagai bentuk dampak secara psikis dari keinginan memiliki adik. Berikut adalah empat dampak psikologis anak yang mau punya adik dan empat cara mengatasinya yang dapat dicoba oleh orang tua.
Berdasarkan teori psikologi, adanya dorongan atau motivasi mempengaruhi bagaimana individu berpikir maupun bertindak. Hal ini juga tentunya terjadi pada anak yang mau untuk punya adik. Beberapa dampak psikologis tersebut di antaranya, yaitu:
1. Merasa Sedih
Terdapat banyak penyebab mengapa anak tiba-tiba mengatakan kalau mau memiliki adik. Akan tetapi, ketika sudah menyampaikannya, tentu tidak secepat itu anak mendapatkan adik. Berbeda dengan ketika anak sekadar meminta makanan atau mainan yang setidaknya tidak harus menunggu selama sembilan bulan.
Hal ini dapat membuat anak merasa sedih karena mungkin terus melihat teman atau orang di sekitarnya memiliki adik yang terlihat menggemaskan. Terlebih jika anak sudah cukup lama menjadi anak tunggal dan mulai merasa kesepian sedangkan teman-teman yang lain sudah menceritakan berbagai hal mengenai adiknya.
2. Terkadang Muncul Rewel
Tidak hanya sedih, anak juga mungkin akan rewel ketika menginginkan adik. Rewel ini adalah dampak dari keinginannya tidak segera dituruti sehingga ia terus bertanya dan meminta. Jika sudah terlalu tantrum, akan lebih sulit untuk memberikan pemahaman pada anak karena anak kurang dapat menangkap apa yang sedang orang tua berusaha jelaskan dan orang tua perlu mengatasi tantrum tersebut.
Selain itu, rewel juga tentunya dapat membuat anak sulit untuk dikendalikan, seperti tidak mau makan, tidak mau belajar, atau semacamnya. Hal tersebut terjadi karena anak berada dalam emosi dan suasana hati yang buruk sehingga sulit untuk berpikiran jernih.
3. Diam atau Menghindar
Apabila anak mulai lelah untuk menyampaikan kemauannya memiliki adik, anak mungkin akan ‘mengambek’ dengan diam dan menghindar. Misalnya, ketika dipanggil oleh orang tua tidak mau datang, memilih untuk terus diam di kamar, tidak mau bermain, dan sebagainya. Bisa jadi anak juga tidak mau bermain dengan teman-temannya karena ada ejekan yang diberikan kepadanya karena belum mempunyai adik
Cara Mengatasi Anak yang Mau Punya Adik
Meskipun dampak psikologis anak yang memiliki adik ada yang cenderung positif dan cenderung negatif, tetapi secara umum cara mengatasi anak yang mau memiliki adik tidak jauh berbeda. Berikut adalah beberapa cara mengatasi anak yang mau punya adik, yakni:
1. Memvalidasi Rasa Mau Anak
Hal pertama yang harus orang tua lakukan ketika menghadapi anak yang mau memiliki adik adalah memberikan validasi terhadap perasaannya. Validasi di sini maksudnya adalah membuat anak tahu bahwa orang tua mendengarkan dan menerima apa yang ia sampaikan. Selain itu, beri juga tanggapan terhadap keinginan anak.
Beberapa contoh tanggapan yang dapat dicoba seperti, “Kakak mau punya adik ya? Wah sejak kapan kakak mau punya adik?”, “Ayah dan ibu paham kok kalau kakak juga mau ada adik di rumah”, atau “Terima kasih ya kak sudah bilang jujur ke ayah dan ibu kalau kakak ingin punya adik”.
2. Tanya Alasan Mau Punya Adik
Pikiran anak-anak tentu masih sederhana, begitu pula dengan alasannya untuk memiliki adik. Meskipun demikian, orang tua tetap harus menanyakan alasan anak ingin punya adik. Misalnya, karena melihat teman yang sudah punya adik, merasa kesepian di rumah, atau sesederhana melihat di iklan televisi.
Apa pun alasannya, yang terpenting adalah anak tahu dan sadar bahwa adanya adik lebih dari sekadar teman bermain saja. Dengan demikian, anak juga dapat lebih realistis lagi dengan keinginannya memiliki adik. Namun, orang tua juga jangan sampai menakut-nakuti anak, tetapi sampaikan saja yang sebenarnya dengan bahasa yang dapat diterima oleh anak.
3. Ajak Diskusi Mengenai Hidup bersama Adik Nantinya
Adanya anggota keluarga baru seperti adik tentu menyenangkan. Namun, terkadang anak belum sepenuhnya memahami konsep adik dan ketika sudah punya adik, mungkin ada hal-hal yang ia tidak sangka, seperti perhatian orang tua yang lebih terbagi dari yang awalnya hanya fokus kepada dirinya.
Lebih dari itu, ajak anak untuk terlibat dalam seluruh proses perencanaan dan persiapan. Kemudian, orang tua juga perlu bicara mengenai hal lainnya dengan cara komunikasi tertentu yang masih dapat diterima oleh anak sesuai dengan usianya sehingga anak juga lebih sadar mengenai tanggung jawabnya ketika menjadi kakak. Diskusi ini penting agar anak dan orang tua saling memahami kondisi satu sama lain.
4. Berikan Pemahaman
Salah satu dampak dari keinginan anak memiliki adik adalah anak menjadi sedih atau bahkan rewel karena keinginannya tentu tidak dapat langsung dituruti. Sama seperti keinginan anak lainnya, ketika tidak dapat langsung dituruti, tentunya orang tua perlu memberikan pemahaman mengenai hal-hal seputar adik.
Dengan memberikan pemahaman bahwa butuh perencanaan dan proses yang tidak sebentar, anak dapat lebih mengerti karena sudah mengetahui jawaban yang jelas sehingga tidak terus menerus meminta adik hingga anak terus bersikap rewel. Selain itu, anak juga lebih dapat mengendalikan emosinya lagi.