Home » Gangguan Psikologi » Coping dalam Psikologi : Pengertian, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Coping dalam Psikologi : Pengertian, Jenis, dan Cara Mengatasinya

by Gendis Hanum Gumintang

Stres merupakan hal yang normal untuk dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan stres bukan merupakan gangguan psikologis dan setiap individu masih dapat menghadapinya sendiri, atau bisa juga membutuhkan bantuan orang lain, tetapi masalah tersebut cenderung tidak menyebabkan tekanan yang berkepanjangan.

Cara yang digunakan individu dalam menghadapi stresor atau sumber stres disebut dengan coping. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai strategi coping dalam psikologi, seperti pengertian, jenis, dan cara mengatasinya.

Pengertian Coping

Jika dilihat secara bahasa, coping berasal dari kata “to cope with” yang memiliki arti mengatasi atau menanggulangi. Selain itu, coping juga dapat diartikan sebagai mengontrol, mengurangi, atau belajar untuk mentolerir ancaman yang menyebabkan stres.

Menurut Lazarus, coping adalah segala macam usaha secara pikiran maupun perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan yang menyebabkan stres. Kemudian menurut Hobfoll, coping adalah perilaku yang digunakan dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan ketika menghadapi stres.

Jenis Coping

Jenis coping terbagi berdasarkan gaya, dan bentuk umum. Berikut penjelasannya :

Jenis coping berdasarkan gayanya

Berdasarkan gayanya, coping dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

Gaya Coping Positif

Gaya ini merupakan gaya coping yang tidak merugikan dengan mendukung integritas ego. Macam-macam coping positif, yakni sebagai berikut:

  • Problem solving (menyelesaikan masalah), yakni usaha untuk memecahkan permasalahan dengan cara menyelesaikan masalah menurut psikologi dan bukan menghindarinya.
  • Utilizing social support (memanfaatkan dukungan sosial), yakni upaya lanjutan jika individu merasa kurang dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara mencoba mencari bantuan atau dukungan dari orang lain.
  • Looking for silver lining (mencari lapisan perak), yakni cara menyelesaikan masalah yang dihadapi individu dengan menerima kenyataan bahwa ia memang sudah takdirnya untuk bertemu dengan ujian atau cobaan tersebut dan ia harus tetap semangat agar masalahnya dapat terselesaikan sebab mungkin ada makna di baliknya.

Gaya Coping Negatif

Gaya ini merupakan gaya coping yang dapat merugikan diri sendiri, bahkan orang lain dengan menurunkan integritas ego. Macam-macam coping negatif, yakni sebagai berikut:

  • Avoidance (menghindari), yakni bentuk penyelesaian masalah dengan cara lari dari masalah ke hal lain yang tidak mengarah pada upaya untuk menyelesaikan masalah, sehingga berujung pada masalah yang semakin menumpuk di kemudian hari.
  • Self-blame (menyalahkan diri sendiri), yakni cara menyelesaikan masalah dengan menyalahkan diri sendiri tanpa alasan yang benar-benar logis sebagai bentuk dari rasa tidak berdaya dalam menghadapi masalah.
  • Wishful thinking (berangan-angan), yakni rasa kesedihan yang mendalam karena merasa gagal dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai, sehingga individu tersebut hanya membayangkan jika dirinya berhasil, tetapi tidak lagi melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah.

Jenis coping berdasarkan bentuk umum

Berdasarkan bentuk umumnya, coping dibagi menjadi tiga jenis besar, yaitu:

Problem Focused Coping

Problem Focused Coping, merupakan coping dengan upaya penyelesaian masalah yang berfokus secara langsung pada permasalahan yang menimbulkan rasa stres. Pada coping ini terdapat 5 aspek di dalamnya, yaitu sebagai berikut:

  • Active Coping atau keaktifan diri, yaitu proses mengambil tindakan secara aktif untuk mengatasi masalah atau juga memperbaiki dampak yang ditimbulkan dari masalah itu sendiri.
  • Planning atau perencanaan, merupakan upaya menyelesaikan masalah dengan cara memikirkan tindakan yang tepat untuk menghadapi sumber stres.
  • Suppression of Competing Activities atau menahan kegiatan lain, di mana individu akan cenderung mengesampingkan urusan lain selain masalah utama yang sedang ia hadapi sehingga aktivitasnya lebih terkonsentrasi untuk menghadapi stressor.
  • Restraint Coping atau kontrol diri, yakni menunggu waktu yang tepat untuk melakukan tindakan dan tidak mengambil keputusan secara terburu-buru atau impulsif.
  • Seeking of Instrumental Social Support atau mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental, merupakan bentuk coping denngan cara mencari saran, bantuan, dan informasi yang dibutuhkan dari orang di sekitarnya yang dapat menjadi solusi konkrit terkait penyelesaian masalah.

Emotion Focused Coping

Emotion Focused Coping, merupakan coping dengan upaya penyelesaian yang berfokus pada mengatur tekanan emosional atau mengurangi emosi negatif akibat sumber stres dan bukan dengan mengatasi masalahnya langsung. Dalam coping ini terdapat 5 aspek, yaitu sebagai berikut:

  • Seeking of Emotional Support atau mencari dukungan emosional, seperti kata-kata positif, simpati, atau pemahaman dari orang-orang di sekitarnya, misalnya dukungan keluarga.
  • Positive Reinterpretation atau interpretasi ulang menjadi lebih positif, yakni proses dalam mengambil hikmah atau nilai positif dari masalah yang dialaminya.
  • Acceptance atau penerimaan, yaitu ketika individu menerima bahwa ia ditakdirkan untuk bertemu dengan sumber stresnya. Bisa juga dengan menerima kritik tentang diri sendiri dengan tenang jika masalah tersebut karena kesalahan diri sendiri.
  • Denial atau penyangkalan, di mana individu akan menolak bahwa masalah itu benar-benar ada dan tetap menjalani aktivitas seolah-olah tidak memiliki masalah.
  • Turning to Religion atau kembali pada ajaran agama, yakni upaya menghadapi stres dengan cara melakukan ritual keagamaan yang dapat membantunya merasa lebih baik dan lebih kuat karena menyadari adanya kekuatan Yang Maha Kuasa.

Maladaptive Coping

Maladaptive coping sesuai namanya, yaitu bentuk coping yang tidak efektif karena justru dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. Berikut adalah 3 macam coping maladaptive:

  • Focusing on and Venting of Emotion atau fokus pada pelampiasan emosi, merupakan kecenderungan individu untuk memusatkan diri pada cara mengatasi stres yang bersifat negatif.
  • Behavioral Disengagement atau pelepasan perilaku, yakni keadaan di mana individu mengurangi usahanya dalam menghadapi situasi stres hingga lama kelamaan sampai pada situasi di mana ia memilih untuk menyerah karena merasa sumber stresnya terlalu besar.
  • Mental Disengagement atau pelepasan mental, merupakan cara yang dipilih individu dalam menghadapi masalah melalui hal-hal yang dapat membuatnya mampu melupakan sementara masalah tersebut, tetapi tanpa mengetahui batasan sampai di mana ia harus kembali menghadapi masalahnya.

Cara Mengatasi

Secara umum, bentuk coping dalam psikologi terbagi menjadi dua, yakni problem focused coping dan emotion focused coping. Kedua coping ini dipilih karena bersifat positif, berbeda dengan maladaptive coping yang bersifat negatif. Berikut adalah contoh konkrit cara mengatasi stres berdasarkan kedua bentuk coping tersebut:

  • Problem Focused Coping

Ketika menghadapi suatu masalah yang berat, individu cenderung berusaha untuk langsung menemukan upaya penyelesaiannya agar masalah segera terselesaikan dan stres segera berakhir. Misalnya ketika mendapat tugas kelompok, tetapi anggota kelompok yang lain tidak aktif sementara tenggat waktu pengumpulan tugas semakin dekat.

Melalui problem focused coping, individu akan mencari cara agar tugasnya dapat segera selesai, seperti dengan langsung membagi tugas, menghubungi teman kelompok secara personal, mendatangi teman kelompok, mencari teman lain yang memahami tugas tersebut, atau jika sudah sangat sulit pilihan terakhirnya adalah mengerjakan tugas sendiri.

Dengan cara-cara tersebut, tugas kelompoknya bisa segera selesai walau perlu usaha lebih untuk menggerakkan anggota kelompok yang lain atau untuk menyelesaikan tugasnya sendirian. Namun, itu lebih baik dibanding tugasnya tidak selesai dan tidak mendapat nilai.

  • Emotion Focused Coping

Ketika menghadapi suatu masalah yang berat, individu cenderung mengesampingkan sesaat permasalahan yang membuat suasana hati atau perasaannya menjadi tidak enak dan mungkin jika tetap berusaha menyelesaikan masalah, hasilnya tidak maksimal.

Misal dengan contoh yang sama, yaitu mendapat tugas kelompok, tetapi anggota kelompok yang lain tidak aktif sementara tenggat waktu pengumpulan tugas semakin dekat.

Dengan menggunakan emotion focused coping, individu akan memilih melakukan kegiatan lain yang menyenangkan, seperti makan makanan enak, pergi ke tempat yang indah, melakukan hobi, menonton tayangan favorit, dan sebagainya sampai di titik di mana emosinya sudah lebih baik untuk menyelesaikan masalah.

Cara tersebut memang tidak secara langsung mengatasi masalahnya, tetapi masalah dapat tetap terselesaikan dengan baik karena secara emosi individu sudah siap untuk menghadapunya. Atau Anda dapat mencoba cara mengatasi stres belajar dengan baik dan benar.

You may also like