Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 10 Cara Menghadapi Anak tidak Mau Sekolah

10 Cara Menghadapi Anak tidak Mau Sekolah

by Arby Suharyanto

Dear sobat semua.. jumpa lagi dengan penulis ya sobat, seperti biasa penuis akan membagikan wawasan dan informasi terbaru mengenai dunia psikologi. Tentunya dunia psikologi sangat luas dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari hari dimana tiap hal yang terjadi tentunya dapat diamati dan dipelajari dari sisi psikologinya. Setuju ya sobat?

Nah sobat, kali ini penulis akan membahas mengenai kehidupan sehari hari yang berhubungan dengan si anak, sobat tentu dulunya pernah menjadi anak anak ya sobat? anak anak memiliki karakter yang lucu dan unik, terlebih ketika memasuki masa sekolah. Namun bagaimana jika anak tidak mau sekolah ketika sudah waktunya? Yuk atasi dengan cara berikut, 10 Cara Menghadapi Anak tidak Mau Sekolah.

1. Beri Bayangan Menyenangkan

Beri gambaran yang menyenangkan pada si anak tentang sekolah yang akan dia masuki. Ceritakan bahwa dengan sekolah dia akan mendapatkan pengalaman seru dan juga rekan-rekan baru. Buat si anak senang untuk segera sekolah. Tanpa gambaran yang menyenangkan tersebut bisa jadi si anak sobat berpikiran bahwa sekolah hanya berisi kegiatan duduk sepanjang hari sambil mendengarkan ceramah guru yang menjemukan. (Baca juga mengenai peran psikologi dalam mengatasi kesulitan belajar).

Jangan segan untuk berbicara dari hati ke hati dengan si anak. Ceritakan betapa serunya kegiatan belajar di sekolah. Katakan padanya bahwa kegiatan sekolah bukan hanya dibatasi ruang kelas. Ada banyak kegiatan belajar seru yang bisa dilakukan di luar kelas yang bisa dirasakan oleh si anak. (Baca juga mengenai contoh indepedensi dalam sikap mental).

2. Beri Motivasi

Mengenalkan sekolah sedini mungkin akan membantu si anak untuk mempersiapkan dirinya mengecap pendidikan formal. Beri kesempatan pada si anak untuk ikut menentukan sekolahnya. Hal ini sangat wajar, mengingat si anaklah yang akan menghabiskan banyak waktu selama bertahun-tahun di sekolah. Kenyamanan menjadi poin penting yang harus diperhatikan. (Baca juga mengenai pengaruh agama dalam kesehatan mental).

3. Ajarkan Sekolah di Rumah

Kemampuan memahami merupakan kemampuan yang sangat penting. Bukan hanya saat duduk di bangku sekolah, keterampilan ini juga dsobattuhkan di dunia kerja. Untuk melatih kemampuan memahami si anak sobat dapat melakukan ilustrasi sekolah di rumah bersama si anak. Rasanya bermain peran bisa menjadi kegiatan seru bersama si anak. (Baca juga mengenai gangguan mental pada pegawai baru).

Sobat dapat berperan menjadi guru, serta si anak sobat menjadi siswa. Beri perintah yang sederhana dan bimbing si anak untuk melakukannya. Sobat dapat meminta si anak sobat untuk menggambar atau melipat. Simulasi kecil ini akan membuat sobat lebih mudah menghadapi harinya di sekolah. (Baca juga mengenai cara mengatasi depresi hutang).

4. Konsekuensi Sekolah

Saat si anak sobat telah memiliki keinginan untuk sekolah, jangan ragu untuk mulai mengenalkan konskuensi sekolah. Begitu dia mulai sekolah, akan ada beberapa perubahan sebagai konskuensinya. Dari mulai dia harus bangun pagi, mandi tepat waktu, hingga kapan dia harus berangkat sekolah agar tidak terlambat. Waktu mainnya juga akan menjadi berkurang. Ini adalah waktu yang tepat bagi si anak untuk mulai mengenalkan arti tanggung jawab pada si anak.

5. Latihan

Buat acara menyenangkan untuk lebih mengasah kemampuan motorik si anak. Melakukan kegiatan menggambar, mewarnai, menggunting atau melipat akan sangat membantu si anak untuk belajar lebih baik di sekolah. Selain meningkatkan kedekatan orang tua dan si anak, kegiatan ini juga mampu mengasah kreativitas si anak.

6. Sosialisasi

Jangan malas untuk membangun komunikasi yang baik dengan si anak. Dengan begini si anak  pun jadi memiliki kemampuan komunikasi yang baik pula. Si anak pun jadi memiliki kemampuan mengeluarkan pendapat dan keberanian bertanya pada guru maupun rekan-rekan sebayanya. Penting juga mengajari si anak bahasa indonesia yang baik dan benar, agar ketika disekolah mereka bisa lancar berkomunikasi.

7. Diskusi

Mengajak si anak berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah yang tengah dihadapi bisa dicoba. Dengan berdiskusi ini diharapkan si anak bisa jujur dengan masalah yang tengah dihadapinya dan menjadi penyebab ia tak mau sekolah. Setelah mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, sobat bersama si anak bisa mencari solusinya.

Diskusi dengan si anak bisa dilakukan dengan cara yang santai, saat ia sedang melihat TV atau saat bermain di rumah. Sobat pun juga harus sabar dan tak perlu berdebat saat berdiskusi, dengarkan dulu penjelasan si anak baru kemudian dicari solusinya bersama-sama.

8. Impian dan Cita Cita

Untuk memompa kembali motivasinya yang sedang menurun karena tak mau sekolah, sobat bisa menanyakan mengenai cita-cita si anak. “Nak, katanya cita-cita nak ingin jadi guru, kalau tidak mau sekolah gimana bisa, kan jadi guru harus punya ijazah tinggi.” Dengan mengingatkan si anak akan cita-citanya, si anak akan berpikir dan tersadar bahwa tanpa sekolah ia tidak akan bisa mengejar cita-citanya. Sobat bisa pula memberikan ilustrasi atau contoh seorang guru, mungkin tetangga atau saudara yang kini menjadi guru karena pintar dan sekolah tinggi di universitas.

9. Kerjasama

Jika dengan nasihat si anak tetap tak mau sekolah, bahkan sampai berhari-hari, sebaiknya segera menghubungi guru wali kelasnya. Kalau sampai kelamaan si anak tak masuk sekolah, ia tentu akan ketinggalan pelajaran. Sobat bisa menemui guru di sekolah dan membicarakan masalah yang tengah dihadapi si anak.

Jika memang penyebab si anak tak mau sekolah berasal dari lingkungannya, yakni rekan-rekannya atau karena ia kesulitan menerima penjelasan salah satu guru, tentu wali kelasnya akan lebih paham mencari solusi dan menyelesaikan masalahnya.

10. Beri Hadiah

Memberikan motivasi kepada si anak untuk mau sekolah akan membuat tekad si anak semakin kuat dan ia pun lebih percaya diri. Perhatian sobat kepada si anak pun sebaiknya ditingkatkan. Seringkali sobat tak paham ketika si anak tiba-tiba tak mau sekolah lalu langsung memarahi si anak. Padahal, memarahinya bukanlah solusi yang tepat yang menjamin si anak mau sekolah lagi. Sebab itu untuk mengatasinya tentu harus paham sebabnya kemudian menyelesaikan dan menentukan jalan keluar berdasarkan sebabnya tersebut. Jadi harus dengan pendekatan ya sobat.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan bermanfaat untuk sobat pembaca semua dan menjadi motivasi untuk terus belajar mengenai dunia psikologi yang luas ini ya sobat. Terima kasih. Salam.

You may also like