Masalah tidak hanya bisa dialami oleh orang dewasa namun juga bisa terjadi pada remaja. Untuk itu, tidak heran jika usia remaja pernah atau sedang mengalami trauma dalam kehidupannya sehingga harus mengetahui cara mengatasi trauma pada remaja secara baik. Trauma yang terjadi pada remaja bisa dari segi pikiran, psikologi remaja dan juga jiwa mereka seperti contohnya trauma kehilangan orang tua, kejahatan seksual, korban kejahatan dan masih banyak lagi. Perubahan biologis yang terjadi karena trauma juga bisa berpengaruh pada cara remaja menanggapi bahaya serta tekanan di masa depan mereka dan tentunya berpengaruh pada kesehatan. Tidak hanya berdampak pada biologis, akan tetapi trauma juga berdampak pada emosional mengingat emosi remaja masih dalam tahap perkembangan. Jika ini merupakan masalah yang sedang anda alami, maka beberapa cara berikut bisa dicoba.
Ajak anak untuk melakukan kegiatan rutin bersama seperti makan, menonton tv dan bahkan pergi tidur serta berbagai kegiatan sehari hari lain yang dilakukan bersama sama untuk menghilangkan gangguan psikologis remaja. Nantinya, ini akan membuat anak lebih merasa aman dan terkontrol. Biarkan juga mereka untuk tinggal dengan orang terdekatnya seperti orang tua dan keluarga.
Sesudah mengalami trauma, maka anak remaja biasanya akan lebih tergantung dengan orang tua khususnya ibu. Untuk itu, sudah menjadi tugas ibu agar bisa memberikan banyak waktu untuk anaknya dan memberikan ciri ciri perhatian dalam psikologi. Berikan juga pelukan agar ia bisa merasa lebih aman dan nyaman. Jika anak memang takut tidur, maka lampu kamar bisa dinyalakan atau izinkan anak untuk tidur bersama.
Perawatan ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1998 atas dasar gagasan jika trauma pada usia muda bisa mengganggu perkembangan fisik dan emosional normal sehingga cara ini sangat sesuai dengan usia anak atau remaja untuk mengatasi trauma. Umumnya, ini dilakukan di sekolah yang memiliki format 14 sesi meliputi psikoedukasi, penulisan naratif yakni menuliskan tentang pengalaman traumatis, teknik pemaparan dan relaksasi serta restrukturisasi psikologi kognitif.
Dalam studi menunjukan pengurangan gejala trauma dengan hasil serupa seperti gejala depresi pada anak, marah dan juga kecemasan. Keuntungan memakai perawatan trauma ini adalah bisa secara khusus dikembangkan pada remaja yang mengalami trauma meski sifat dari program ini fokus pada remaja yang hanya mengalami satu peristiwa traumatis saja.
Cara ini pertama kali dikembangkan pada tahun 2006 oleh Judith Cohen dan rekannya. Cara ini secara khusus memang dikembangkan untuk anak anak usia tiga hingga delapan belas tahun. Program pengobatan ini biasanya dilakukan dalam delapan sampai dua puluh sesi yang melibatkan anak anak saja atau anak bersama orang tua atau pengasuh.
Tujuan dari terapi perilaku kognitif ini adalah untuk membantu anak anak dan remaja belajar keterampilan untuk mengatasi dan membantu mereka menghadapi peristiwa traumatis tersebut. Model berbasis komponen, terapi ini diatur dengan akronim praktek. Anak anak nantinya akan menerima pendidikan pediatrik, keterampilan elusasi dan juga ekspresi serta modulasi yang efektif serta keterampilan untuk mengatasi kognitif. Anak anak akan didorong untuk menggunakan narasi trauma dan secara kognitif akan memproses trauma memakai paparan n vivo untuk pengingat trauma. Terapi ini pertama kali digunakan pada korban pelecehan seksual dan sudah dibuktikan efektif dengan beberapa bentuk trauma lain dan sudah digunakan secara luas dalam pengaturan pengobatan seluruh dunia.
SCCT pertama kalinya dikembangkan oleh para peneliti di program Penelitian Stres Kehidupan Awal Stanford School of Medicine yang merupakan pengobatan jangka pendek dengan fokus pada terapi individu untuk anak dan remaja yang berkaitan dengan trauma. Terapi ini dirancang untuk mengatasi masalah dengan fungsi kognitif, afektif, perilaku dan fisik anak serta macam macam trauma psikologis. SCCT dipakai dengan memakai teknik kognitif perilaku, pelatihan relaksasi, pemakaian narasi dan juga pelatihan orang tua.
Tujuan dari SCCT ini adalah untuk mengurangi pikiran negatif, kognisi anak dan juga kepekaan terhadap memori traumatis yang biasanya dilakukan dalam 15 hingga 18 sesi. SCCT ini akan mendorong anak remaja untuk bisa membangun keterampilan mengatasi termasuk relaksasi dan juga pemberdayaan diri. Dengan membantu anak untuk belajar bagaimana trauma bisa mempengaruhi mereka, maka mereka nantinya bisa mengendalikan cara untuk menanggapi traumatis.
Target merupakan panduan untuk pendidikan dan terapi yang pertama kali dikembangkan serta diuji pada pelanggar muda. TARGET ini bisa digunakan secara individual atau pada sesi kelompok dengan tujuan untuk mengajar klien agar bisa memahami trauma mengubah respon tanda tanda stress normal otak serta bagaimana mengelola dan mengendalikan respon emosional terhadap trauma. Kelebihan dari metode ini adalah orang tua tidak dilibatkan dalam perawatan.
Pada saat peristiwa traumatis terjadi, maka akan ada banyak pembicaraan tentang hal tersebut seperti di sekolah, keluarga, TV dan juga media sosial. Meski memang penting untuk membicarakan hal traumatis yang terjadi pada anak, akan tetapi terkadang juga penting untuk dihentikan. Apabila peristiwa trauma psikologis yang terjadi pada anak banyak mendapatkan perhatian dari media, maka sebaiknya matikan TV dan batasi penggunaan komputer atau gadget lainnya. Hal ini harus dilakukan karena trauma tidak perlu dihidupkan kembali dan mengulangi trauma dengan menonton kembali juga sama sekali tidak membantu.
Selama mengikuti psikoterapi, terapis akan meminta anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan karena pengalaman traumatis yang dialami. Psikoterapi yang paling banyak dilakukan adalah terapi perilaku secara kognitif yang bisa mengubah pikiran negatif akibat pengalaman traumatis dan memberikan manfaat berpikir positif atau rasional.
Terapi ini memakai teknik bicara yang berlangsung selama 12 minggu. Psikoterapi ini bisa dilakukan untuk perorangan atau dalam sebuah grup yang biasanya juga butuh dukungan dari seluruh anggota keluarga agar lebih efektif.
Terapi dengan mengekspos diri termasuk dalam kategori CBT yang fokus pada cara menghadapi rasa takut dan ingatan yang muncul dan termasuk dalam terapi gangguan emosi pada anak. Terapi ini dilakukan dengan memfasilitasi anak untuk menghadapi rasa takut ketika terekspos dengan pengalaman traumatis namun dilakukan dengan cara berbeda dan dilakukan dengan aman.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu anak menghadapi rasa takut dan mengatasi tekanan emosional yang dirasakan anak ketika trauma tersebut muncul lagi. Selain itu, anak akan diajari untuk mengendalikan ingatan dan menyadari jika sebenarnya tidak ada hal yang harus ditakutkan. Biasanya, terapi ini dilakukan dengan mengingat kejadian traumatis, datang langsung ke lokasi kejadian dan meminta anak untuk menuliskan apa saja penderitaan yang dirasakan.
Terapi pembentukan ulang pola pikir akan membantu anak remaja untuk melihat pengalaman traumatis secara rasional dan logis sekaligus menghilangkan trauma masa lalu. Dengan ini, maka anak bisa menerima kenyataan jika yang sudah terjadi dan sudah terbebas dari rasa bersalah.
Ada beberapa teknik pembentukan ulang pola pikir yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri seperti mengamati akurasi pikiran negatif kemudian dicatat untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Terapi ini juga mampu untuk memberikan pemahaman dan membantu anak untuk mengatasi perasaan negatif terhadap diri sendiri karena anggapan jika diri anak sendiri yang menyebabkan kejadian traumatis tersebut.
Inokulasi stres akan mengajari anak untuk cara menghilangkan rasa kecemasan. Selain membentuk ulang pola pikir, nantinya anak akan dapat memiliki kemampuan untuk menghadapi pengalaman traumatis dengan mentalitas yang lebih sehat. Tujuan dari terapi ini adalah membantu anak remaja untuk membentuk ulang cara pandang anak tentang pengalaman traumatis yang menyebabkan kecemasan atau depresi terjadi.
Seperti beberapa terapi lain, ada beberapa anak remaja yang juga akan terbantu ketika mengikuti terapi grup sebagai cara mengatasi trauma berkepanjangan. Ketika melakukan terapi ini, maka anak bisa mengatasi gejala traumatis sebab interaksi dengan orang lain yang pernah atau sedang mengalami peristiwa traumatis yang sama. Bercerita tentang pengalaman pada orang lain nantinya akan membantu anak untuk memahami perasaannya sendiri dan menyadari anak jika mereka tidak sendirian sehingga semua akan baik baik saja.
Pengobatan juga bisa diberikan untuk membantu terapi yang sedang dilakukan. Namun yang harus diperhatikan,minum obat tanpa melakukan terapi akan kurang efektif dibandingkan jika dilakukan keduanya atau bahkan hanya melakukan terapi tanpa mengkonsumsi obat. Salah satu obat obatan seperti anti depresan juga belum tentu cocok untuk setiap anak dan biasanya hanya mengurangi gejala traumatis namun bukan menyembuhkan. Untuk itulah, terapi juga sangat penting dilakukan karena gejala trauma bisa saja muncul kembali jika hanya mengkonsumsi obat obatan.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…