Antropologi dan psikologi memiliki hubungan yang erat diantara keduanya sebab kedua ilmu itu sama-sama berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia.
Sebelum kita membahas mengenai apa saja hubungan antropologi dengan psikologi, ada baiknya untuk kita terlebih dahulu membahas pengertian kedua ilmu tersebut agar lebih memahami dan mengerti dibagian mana keduanya menjadi berhubungan.
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah antropologi berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia. Sedangkan menurut Koetjaraningrat, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, serta kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat.
Sedangkan psikologi berasal dari bahasa Yunani, psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu psikologi dan ilmu antropologi merupakan ilmu yang hampir mirip sebab sama-sama mempelajari tentang manusia. Hanya saja ilmu psikologi lebih spesifik kepada kejiawaan, tingkah laku, dan pola asuh pada manusia. Berbeda dengan ilmu antropologi yang hanya mempelajari manusia dan kebudayaan itu sendiri.
Ada beberapa yang dapat disimpulkan dari adanya hubungan antara ilmu antropologi dan ilmu psikologi, sebagai berikut.
1. Menghasilkan Antropologi Cabang Baru
Adanya hubungan antara Antropologi dan Psikologi membuat Antropologi memiliki cabang lain yaitu antropologi psikologi atau anthropology in mental health. Ilmu ini mempelajari tentang interaksi kebudayaan dan fungsi proses mental manusia. Cabang ini juga mempelajari tentang bagaimana emosi, motivasi, dan proses psikologi dalam membentuk proses budaya dan sosial.
2. Saling Berhubungan Dalam Penyelidikan
Di Amerika dan Inggris, kedua negara itu telah banyak berkembang berbagai penelitian antropologi yang menganalisnya banyak menggunakan konsep psikologi. Seperti pada awal tahun 1920an, ahli antropologi tertarik pada lingkungan dan kebudayaan yang dipelajari pada bayu sampai anak-anak. Mereka beranggapan bahwa pada masa-masa itu merupakan masa yang penting untuk membentuk kepribadian dewasa yang menarik dan unik dalam suatu masyarakat.
Hampir semua peneliti yang mempelajari tentang kepribadian bangsa menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian pada manusia akan tampak berbeda pada bangsa-bangsa di dunia. Hal itu dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua pada masa kanak-kanak anaknya.
3. Memiliki Hubungan Timbal Balik
Mengapa bisa dikatakan memiliki hubungan timbal balik? Sebab pada ilmu antropologi kita dapat mempelajari tentang diri manusia, dan dalam ilmu psikologi kita dapat mempelajari tentang pola dan tingkah laku, dan kejiwaan/mental pada manusia.
Jadi rasanya akan kurang lengkap dan kurang mendalami apabila hanya mempelajari antropologi yang hanya membahas diri manusia dan budaya tanpa adanya ilmu psikologi yang akan melengkapi dan membahas lebih rinci lagi mengenai pola dan tingkah laku yang ada dalam diri manusia.
Ke dua ilmu itu—antropologi dan psikologi— secara tidak langsung saling membutuhkan satu sama lain. Ilmu antropologi jelas membutuhkan ilmu psikologi sebab jika ingin mempelajari tentang manusia, ada baiknya mempelajari tentang kejiwaan dan perilaku yang ada dalam diri manusia. Dan dalam ilmu psikologi juga membutuhkan ilmu antropologi, sebab sebelum kita mempelajari tentang kejiwaan dan perilaku pada manusia, ada baiknya kita harus mempelajari hakikat manusia terlebih dahulu.
4. Saling Berperan dalam Membentuk Sikap Toleransi
Penerapan dalam adanya antropologi psikologi adalah untuk membentuk adanya sikap toleransi antara individu maupun kelompok dalam masyarakat. Dengan adanya hubungan antropologi dan psikologi diharapkan akan timbulnya sikap toleransi yang tinggi serta mau untuk saling tolong menolong antar sesama manusia.
Selain itu, dengan terciptanya sebuah sikap toleransi, maka hal itu akan berguna untuk melestarikan budaya, sebab mereka sudah saling mengerti bahwa toleransi itu perlu dalam menghargai etnis dan budaya yang berbeda tanpa adanya niat saling menjatuhkan satu sama lain.
5. Memahami Konsep Kemanusiaan
Untuk memahami konsep manusia secara matang dan mendalam, maka dibutuhkan makhluk sosial lain supaya dapat mengamati dan memahami segala tingkah laku dari individu-individu yang berbeda. Apalagi manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan adanya orang lain, maka dengan begitu kita harus memahami segala aspek yang berhubungan dengan manusia seperti kondisi kejiwaannya, kesehatan jasmani dan rohaninya, dan tingkah laku atau sikap individu dalam bersosialisasi.
Jika ingin lebih menyeluruh lagi, untuk memahami konsep manusia yang lebih mendalam biasanya juga turut mempelajari sejarah serta bahasa yang digunakan oleh individu yang berbeda.
6. Memudahkan Dalam Beradaptasi yang Baik Dengan Masyarakat
Saat kita menyadari bahwa adanya keterkaitan antara tingkah laku dengan kejiwaan seseorang, maka disitu kita akan mulai paham bahwa mempelajari manusia beserta tingkah lakunya merupakan hal yang harus dilakukan sebab itu akan mempermudah manusia dalam beradaptasi dengan masyarakat.
Ketika mulai beradaptasi, biasanya kita akan mulai memperhatikan sifat dan karakter dari masing-masing mereka. Lalu setelah itu dilanjut dengan saling mengenal dan memahami, kemudian akan berlanjut dengan saling menghargai adanya perbedaan diantara mereka. Maka dengan berhasilnya bentuk adaptasi yang seperti itu, akan dengan mudah pula terciptanya lingkungan masyarakat yang harmonis dan saling toleransi.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa antropologi dan psikologi benar-benar memiliki hubungan yang erat dan saling membutuhkan satu sama lain agar terciptanya pemahaman yang mendalam mengenai seluk beluk perilaku manusia. Antropologi membutuhkan psikologi untuk mempelajari ilmu kejiwaan manusia, dan psikologi membutuhkan antropologi untuk mempelajari manusia itu sendiri. Semoga artikel diatas dapat menambah wawasan Anda mengenai ilmu antropologi, psikologi, dan antropologi psikologi.