Home » Ilmu Psikologi » Teori Lapangan dalam Psikologi Sosial

Teori Lapangan dalam Psikologi Sosial

by Arby Suharyanto

1. Pengertian Teori Lapangan dalam Psikologi Sosial Kehidupan

  • Kehidupan dari Individu

Lapangan dalam psikologi sosial kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Demikian pula lapangan dalam psikologi sosial kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat tertentu.

  • Terbagi dalam beragam bagian

Lapangan dalam psikologi sosial kehidupan terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah (region) atau disebut juga lingkungan kehidupan (life-sphere). Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat nyata (reality) seperti ibu, teman, pekerjaan, dan sebagainya dan ada pula yang bersifat maya (irreality), seperti harapan, cita-cita, dan sebagainya.

Jadi lapangan dalam psikologi sosial kehidupan mempunyai dimensi nyata-maya (dimensi R-I). Dimensi kedua dari lapangan dalam psikologi sosial kehidupan adalah kecairan (fluidity) dari lingkungan-lingkungan kehidupan tersebut di atas.

Kecairan berarti dapat terjadi gerak,perpindahan dari satu wilayah ke wilayah yang lain yang tergantung pada keras atau lunaknya dinding-dinding pembatas dari masing-masing wilayah dalam lapangan dalam psikologi sosial kehidupan itu. (Baca juga mengenai contoh peran remaja dalam masyarakat).

  • Memilki Waktu

Dimensi lain dari Lapangan dalam psikologi sosial Kehidupan adalah “waktu psikologik”. Walaupun cara pendekatan yang digunakan Lewin adalah ahistoris, perkembangan lapangan dalam psikologi sosial kehidupan itu sendiri menyebabkan adanya masa lalu,

masa kini, dan masa depan psikologik. Dalam kombinasinya dengan dimensi nyata-maya (R-I), dimensi waktu ini memberikan sifat yang dinamis pada lapangan dalam psikologi sosial kehidupan. (Baca juga mengenai terapi kognitif pada lansia).

2. Sebab Terjadinya

Hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan lapangan dalam psikologi sosial kehidupan yaitu :

  • Meningkatkan diferensiasi dalam suatu wilayah;
  • Dua atau beberapa wilayah menggabung menjadi satu;
  • Diferensiasi berkurang; (Baca juga mengenai peran remaja dalam mengatasi ancaman).
  • Suatu wilayah pecah membebaskan diri dan membentuk wilayah sendiri;
  • Restrukrusasi, yaitu ada perubahan pola pada wilayah-wilayah dalam lapangan dalam psikologi sosial kehidupan, tetapi tidak terjadi diferensiasi.

3. Hubungan dengan Suatu tingkah Laku

Suatu tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi (locomotion) yang berarti perubahan atau gerakan pada lapangan dalam psikologi sosial kehidupan. Lokomosi dapat terjadi karena ada “komunikasi” antara dua wilayah dalam lapangan dalam psikologi sosial kehidupan seseorang. (Baca juga mengenai peran remaja dalam perkembangan desa).

Komunikasi antara dua wilayah tersebut menimbulkan ketegangan (tension) pada satu wilayah dan ketegangan menimbulkan kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan suatu tingkah laku. Namun, sebelum kebutuhan bisa menimbulkan lokomosi, masih ada satu faktor lagi yaitu batas-batas (barrier) wilayah yang bersangkutan. (Baca juga mengenai peran dalam perkembangan emosi remaja).

Kalau batas itu kaku dan kenyal,maka batas itu akan sukar ditembus oleh daya (forces) yang ada dalam lapangan dalam psikologi sosial kehidupan seseorang sehingga sulit terjadi lokomosi. Sebailknya, kalau batas wilayah-wilayah itu lunak, maka akan terjadi pertukaran daya antar wilayah sehingga wilayah-wilayah yang berkomunikasi itu berada dalam tingkat ketegangan yang seimbang kembali.

4. Daya yang Mendorong

Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa jenis berikut ini :

  • Daya yang mendorong.
  • Daya yang menghambat.
  • Daya yang berasal dari kebutuhan sendiri.
  • Daya yang berasal dari orang lain.
  • Daya yang impersonal (daya yang tidak berasal dari kehendak sendiri maupun dari orang lain melainkan dari situasi).

5. Hubungan dengan Ketegangan

Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali (dalam keadaan nol), melainkan ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu wilayah ke wilayah-wilayah lain dalam lapangan dalam psikologi sosial kehidupan.

Dengan perkataan ini,peredaan ketegangan berarti tercapainya equilibrium (keseimbangan) di antara wilayah-wilayah. Dengan demikian, ketegangan suatu wilayah tertentu bisa mereda, tetapi secara umum ketegangan di seluruh lapangan dalam psikologi sosial kehidupan belum tentu mereda.

6. Teori- Teori Lapangan dalam Psikologi Sosial

Kekuasaan social (social power) menurut Cartwright adalah masalah yang sangat penting dalam menganalisis perilaku social. Cartwright mendasarkan teorinya pada definisi yang dikemukakan oleh Kurt Lewin (1951) tentang kekuasaan (power) sebagai berikut:

“ Kekuasaan A atas B dalam rangka mengubah X menjadi Y pada bagai hasil (kuosien) antara daya maksimum yang dapat dipaksakan A terhadap B dengan daya tolak maksimum yang dapat dihasilkan oleh B untuk bergerak menuju kearah yang sebaliknya”.

Atas dasar definisi Lewin tersebut di atas, Cartwright merumuskan kembalinya suatu definisi yang tidak berintikan hasil bagi (kuosien/ratio), melainkan lebih berasaskan selisih. Reformulasi Cartwright tentang definisi kekuasaan berbunyi sebagai berikut:

“Kekuasaan A atas B dalam rangka mengubah X menjadi Y pada waktu tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya yang dapat dihasilkan oleh A ke jurusan tersebut (X ke Y), pada waktu tersebut”. Cartwright, ia menyebutkan ketujuh istilah primitif itu adalah pelaku (egent), sikap pelaku (act of agent), lokus (locus), hubungan langsung (direct joining), dasar motif (motive base), besaran (magnitude), dan waktu (time).

7. Istilah yang Berhubungan

  • Pelaku adalah suatu satuan yang dapat menghasilkan pengaruh atau menderita akibat. Pelaku-pelaku ini biasanya adalah orang , sedangkan bentuknya bisa berupa orang-perorangan, penitia, kelompok , badan hukum dan lain-lain.
  • Sikap pelaku adalah peristiwa yang menggiatkan atau menimbulkan suatu pengaruh (efek). Untuk menimbulkan efek ini, suatu pelaku harus melakukan suatu sikap tertentu.
  • Lokus adalah suatu tempat dalam tata ruang.
  • Tempat ini bisa berarti “wilayah” dalam teori Lewin, tetapi bisa juga berarti kedudukan dalam kelompok atau organisasi dan bisa juga berarti suatu posisi pada sebuah skala sikap, skala pendapat, dan sebagainya.
  • Hubungan langsung berarti kemungkinan perpindahan langsung dari satu lokus ke lokus yang lain.
  • Dasar motif adalah energi bawaan yang menggerankkan suatu tingkah laku, antara lain kebutuhan (need), dorongan (drive), dan motif.
  • Besaran adalah ukuran dari konstruk-konstruk (konsep-konsep) diatas. Ukuran tersebut bisa berupa angka-angka dengan tanda-tanda plus (+) atau minus (-).
  • Waktu menunjuk pada berapa lama berlangsungnya suatu peristiwa. Indikator dari waktu bisa berupa ukuran-ukuran waktu fisik (jam, menit , detik, dan sebagainya).
  • Anggota kelompok kerja sama lebih banyak melihat dirinya sendiri sebagai anggota kelompok persaingan.
  • Peleburan diri (incorporation) dengan sikap dari orang-orang lain pada umumnya (attitude of generalized others) lebih sering terjadi dalam kelompok kerja sama dari pada dalam kelompok persaingan.

Demikian yang dapat disampaikan penulis, semoga menjadi wawasan berkualitas dan bermanfaat. Terima kasih.

You may also like