Perkembangan gender dalam teori psikologi menjadi kajian yang menarik untuk dibahas, sebab gender merupakan isu yang kerap menjadi isu yang sensitive.
Gender adalah salah satu permasalahan yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Gender merupakan sifat-sifat yang melekat dan dimiliki seseorang, baik secara psikologis maupun sosiokultural, sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan. Hal ini berbeda dengan jenis kelamin, dimana gender dapat dipertukarkan dan dapat diubah.
Identitas gender atau perasaan seseorang baik sebagai laki-laki ataupun perempuan akan dicapai ketika anak berumur usia 3 tahun.
Untuk aturan-aturan yang berlaku di masyarakat menggambarkan dan menegaskan bahwa seharusnya laki-laki dan perempuan bertindak, berfikir dan merasa disebut sebagai peran gender.
Perbedaan gender adalah perbedaan perilaku atau psikososial antara laki-laki dan perempuan, berbeda dari perbedaan jenis kelamin, yaitu perbedaan fisik antar pria dan wanita. Perbedaannya dapat diukur baik fisik maupun perilaku antara bayi laki-laki dan perempuan sangat sedikit seperti pada teori citra dalam komunikasi perusahaan..
Meskipun beberapa perbedaan gender menjadi lebih jelas pada usia 3 tahun, secara rata-rata anak laki-laki dan perempuan terlihat sangat mirip. Hal yang menunjukkan perbedaan utama ialah terletak pada perilaku yang lebih agresif dari anak laki-laki. Identitas gender (Gender identity) merupakan sebuah kesadaran yang berkembang sejak pada masa kanak-kanak awal bahwa seseorang adalah laki-laki atau perempuan. Seperti kesadaran yang dimiliki Isabel Allende tentang arti menjadi seorang perempuan di “dunia laki-laki” hal tersebut sudah ada sejak tahun-tahun awal kehidupannya. Untuk membahasnya lenih dalam beikut mengenai Perkembangan gender dalam teori psikologi.
Perbedaan gender merupakan perbedaan perilaku atau psikososial antara kaum laki-laki dan kaum perempuan, berbeda dengan perbedaan jenis kelamin, dimana perbedaan fisik antara pria dan wanita dapat dilihat secara kasat mata. Terdapat beberapa perbedaan perilaku dan kognitif utama antara anak laki-laki dan perempuan:
- Anak laki-laki cenderung lebih agresif dibanding anak perempuan
- Anak perempuan lebih empatik dan suka menolong (Keenan & Shaw, 1997)
- Anak perempuan lebih penurut terhadap orang tua dan mencari persetujuan orang dewasa disbanding anak laki-laki (N.Eisenberg, Fabes, Schaller, dan Miller, 1989; M. L. Hoffman, 1977; Maccoby, 1980; Turner&Gervai, 1995)
- Pada masa remaja awal, anak perempuan lebih menggunakan bahasa yang responsif seperti pujian, persetujuan, dan penjelasan kembali dari apa yang sudah dijelaskan oleh orang lain (Leaper&Smith, 2004)
- Perempuan lebih baik dalam kemampuan verbal, perhitungan matematika, serta tugas0tugas yang memerlukan koordinasi motorik halus dan persepsi, sedangkan laki-laki cenderung lebih baik dalam kemampuan keruangan , matematika abstrak dan penalaran sains (Halpern, 1997)
- Anak perempuan lebih unggul dalam hal kelancarn verbal dan kecepatan persepsi dan kemampuan anak laki-laki lebih baik dalam memanipulasi gambar dan bentuk serta memecahkan persoalan (Halpern, 1997; Levine, Huttenlocher, Taylor dan Langrock, 1999)
- Balita laki-laki dan perempuan secara umum memiliki kecenderungan yang sama dalam menunjukan tempramen yang sulit, tetapi pada sekitar usia 4 tahun, masalah perilaku mulai berkurang pada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki cenderung terlibat masalah dan berulah.
2 teori psikologi yang amat terkenal menjelaskan mengenai gender, keduanya yaitu teori psikoanalisa dan teori kognitif social.
Dalam teori psikoanalisa dinyatakan bahwa seorang anak dalam usia prasekolah cenderung mengalami ketertarikan pada orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya.
Namun ketika usia 5-6 tahun, anak tidak lagi tertarik pada orang tua yang berlawanan, sebaliknya ia akan mengidentifaksikan dirinya dengan orang tua yang memiliki kelamin sama. Sehingga hal ini secara tidak sadar, ia akan membuat ia memilki perilaku gender yang sama dengan orang tua yang berjenis kelamin samakanma tersebut sebgaimana dalam teori aus dalam komunikasi interpersonal..
Dalam teori kognitif social dijelaskan bahwa terdapat perkembangan gender diperoleh anak dari hasil observasi dan imitasi dari perilagu gender yang dilihatnya.
Namun, peran reward serta punishment tidak boleh lepas dari perkembangan gender anak, sehingga anak dapat mengerti dan dapat menentukan mana perilaku gender yang pantas untuk jenis kelaminnya. Adanya pendekatan kognitif menggabungkan adanya elemen perkembangan kognitif dan teori belajar sosial adalah teori skema gender (gender schema theory), yang mencoba menggambarkan mekanisme kognitif bagaiaman pembelajaran gender dan penipean gender terjadi.
Pendekatan kognitif terhadap perkembangan gender telah memberikan konstribusi penting dengan mengeksplorasi bagaimana anak berpikir mengenai gender dan apa yang mereka ketahui mengenai hal ini pada usia yang berbeda,
Meskipun demikian, pendekatan ini tidak bisa secara penuh menjelaskan keterkaitan antara pengetahuan dan perilaku. Ada perdebatan mengenai mekanisme pasti yang membuat anak melakukan peran gender tertentu dan mengapa sebagian anak lebih memiliki penipean gender yang lebih kuat dibandingkan yang lain (Bussey & Bandura, 1992, 1999; Martin & Ruble, 2004; Ruble & Martin, 1998).Beberapa peneliti menunjuk pada sosialisasi.
Skema (mirip dengan skema Piaget) adalah sebuah jaringan yang terorganisasi secara mental mengenai informasi yang memengaruhi berbagai macam perilaku. Menurut teori skema gender, anak mulai (kemungkinan besar dari bayi) mengategorikan berbagai kejadian dan orang, mengatur pengamatan mereka di sekitar skema, atau kategori, dari gender.
Mereka mengatur informasi ini dengan dasar bahwa mereka melihat masyarakat mereka mengklasifikasi orang dengan cara ini: laki-laki dan perempuan menggunakan pakaian, bermain dengan mainan, dan menggunakan kamar mandi yang berbeda.
Setelah mengetahui jenis kelaminnya, anak mengambil peran gender dengan mengembangkan konsep arti menjadi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat mereka. Anak kemudian menyesuaikan perilaku mereka dengan skema gender budaya-apa yang “seharusnya” dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan.
Gender terbagi kedalam 3 klasifikasi yakni maskulin, feminin dan androgini. Maskulin merupakan klasifikasi yang identik dengan laki-laki. Sedangkan feminin adalah klasifikasi yang identik dengan perempuan.
Sedangkan untuk androgini merupakan klasifikasi yang memiliki karakteristik gabungan anatara maskulin dan feminin. Anak yang memiliki peran gender baik merupakan anak yang memiliki karakteristik androgini, dimana anak tersebut akan lebih fleksibel, dan sehat mental serta lebih kompeten daripada anak yang maskulin atau feminine sebagimana psikologi komunikasi..
Perkembangan gender juga tidak terlepas dari pola asuh orang tua. Orang tua haruslah mampu menentukan jenis permainan dan aktivitas apa yang cocok untuk gender anak-anaknya.
Misalnya, anak laki-laki diberikan permainan dan aktivitas yang berhubungan dengan fisik yang agresif, sehingga nantinya anak bisa menjadi anak yang memiliki lebih banyak sifat maskulin kertimbang sifat feminim.
Sebaliknya anak perempuan deberikan permainan dan aktivitas yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, sehingga nantinya anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki lebih banyak sifat feminine sebgaimana aanak perempuan kebanyakan sebgaimana teori bawaan manusia dalam psikologi antropologi..
Masa remaja,sendiri memilki peran gender yang akan sangat dipengaruhi oleh kehadiran teman sebaya. Dimana anak cenderung akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya daripada dengan orang tua.
Anak lelaki akan saling bertukar keahlian yang berkaitan dengan maskulinitas dengan teman-temannya yang berasal dari gender laki laki.
Begitu juga dengan anak perempuan, mereka akan saling bertukar pengalaman yang berhubungan dengan kefeminiman dengan teman sebayanya anak perempuan seperti juga teori dorongan dalam psikologi.
Itulah tadi, Perkembangan gender dalam teori psikologi. Semoga dapat bermanfaat.