Meskipun sebagian besar orang saat ini masih berpikir menjadi ibu rumah tangga tidak serumit dibandingkan bekerja, tetapi pada kenyataannya ketika posisinya ditukar, tentu akan sulit juga untuk menjalankan peran-peran yang harus dijalani ibu rumah tangga setiap harinya.
Menjadi ibu rumah tangga tidak ada pelatihan atau pendidikannya secara khusus, juga tidak mendapat upah karena sudah menjadi tanggung jawab dari dalam hati. Meskipun demikian, ibu rumah tangga juga dapat merasakan stres selayaknya menjalankan pekerjaan-pekerjaan lain.
Berikut adalah 9 penyebab stres pada ibu rumah tangga, yakni sebagai berikut:
1. Melakukan pekerjaan fisik
Sebagai ibu rumah tangga, banyak orang yang mengira bahwa tugas untuk membersihkan rumah, membereskan rumah, memasak, mencuci baju, mencuci piring, dan lain sebagainya hanya tugas dari seorang ibu atau istri.
Terlebih jika tidak ada asisten rumah tangga, maka semuanya cenderung lebih banyak dikerjakan oleh ibu seorang. Padahal, stigma ini salah besar dan muncul hanya karena kebudayaan yang sudah berlangsung lama.
Akibatnya, ibu rumah tangga dapat merasakan stres karena beban kerja yang terlalu berat, ditambah jika suami atau anaknya tidak mau ikut serta untuk melakukan pekerjaan fisik yang sudah disebutkan di atas.
2. Beban secara mental
Tidak hanya secara fisik, stigma terhadap ibu rumah tangga juga diberikan secara mental. Dalam hal ini, kondisi mental yang dimaksud adalah secara emosi serta pikiran dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pertama, ibu rumah tangga yang juga harus mengatur keuangan, jadwal pasangan dan anak, serta hal-hal tidak terduga setiap hari. Kondisi tersebut membuat ibu mungkin harus terus berpikir tanpa henti agar dapat mengkondisikan semuanya supaya berjalan dengan baik sehingga muncul stres.
Kedua, ibu rumah tangga juga tidak bisa bebas mengekspresikan emosinya baik ia sedang lelah, sedih, kecewa, marah, atau emosi negatif lainnya di depan pasangan maupun anak karena khawatir akan mengganggu mereka. Padahal ibu juga perlu untuk mengekspresikan emosinya.
3. Menghadapi anak
Sering kali kita mendengar keluhan atau cerita-cerita ibu mengenai anaknya. Di satu sisi, mempunyai anak memang menyenangkan, tetapi hal tersebut tidak mencegah fakta bahwa ibu juga bisa merasa stres karena menghadapi anaknya.
Istilah postpartum stress atau stres pascamelahirkan sudah sering dibicarakan di mana-mana karena dirasakan oleh cukup banyak ibu dengan berbagai alasan. Setelah itu pun, mengurus tumbuh kembang anak pun tidak kalah melelahkannya.
Apabila beban dari menghadapi anak ini tidak sebanding dengan kemampuan ibu, ditambah dengan tidak adanya dukungan dari pasangan, keluarga, maupun lingkungan, hal ini dapat menyebabkan munculnya stres.
4. Kurang waktu istirahat dan untuk diri sendiri
Menjadi ibu bukanlah pekerjaan yang sama seperti menjadi pegawai atau karyawan. Ibu harus siap untuk menjalankan peran dan kewajibannya setiap hari selama 24 jam. Padahal, tentu saja hal tersebut akan sangat melelahkan.
Jika ibu terus-menerus bekerja, ia akan kekurangan waktu untuk beristirahat dan juga kekurangan waktu untuk diri sendiri, seperti bertemu dengan teman, melakukan hobi, atau sekadar bersantai sendiri.
Padahal, istirahat dan waktu untuk me time sangatlah penting untuk mencegah munculnya stres sebab dengan cara inilah ibu bisa melepaskan stresnya. Tidak habisnya waktu ibu untuk mengurus keluarganya lama kelamaan dapat menyebabkan stres.
5. Mendapat tekanan dari orang tua atau mertua
Tidak dapat dipungkiri fakta bahwa beberapa ibu rumah tangga mendapatkan ekspektasi dari lingkungan, terutama dari orang tua atau mertua. Misalnya, harus bisa memasak, membersihkan rumah dengan baik dan benar, punya anak dan mengurus anak, serta masih banyak lagi.
Harapan-harapan tersebut di satu sisi mungkin memang kelihatannya sudah menjadi tugas ibu, tetapi tentu saja tetap dapat menjadi tantangan yang cukup berat karena khawatir tidak dapat memenuhinya dengan baik.
Rasa tertekan itulah yang menyebabkan munculnya stres pada ibu rumah tangga. Padahal, setiap keluarga pasti hanya ingin yang terbaik, tetapi memiliki caranya masing-masing sehingga tidak perlu terlalu dipaksakan.
6. Menerima beban sosial dari lingkungan
Perempuan terutama ibu tidak dapat lepas dari stigma-stigma negatif dari lingkungan seperti tetangga. Beberapa ibu mungkin dihujat karena sering pulang malam, tidak ikut bersosialisasi di lingkungan rumah, tidak pandai memasak, dan lain-lain.
Justru seharusnya lingkungan sekitarlah yang memberi bantuan dan arahan yang baik kepada ibu untuk bisa menjadi lebih baik. Namun, jika kenyataannya malah mendapat beban tanpa ada dukungan sama sekali, hal ini dapat menyebabkan munculnya stres pada ibu.
7. Kurang dihargai oleh pasangan
Adanya pasangan sangat penting, tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara keseluruhan dari setiap aspek yang ada dalam keluarga. Contohnya dalam mengurus anak, mengurus rumah, dan juga kepada ibu sebagai pasangannya.
Hal ini dikarenakan suami yang justru terus mengeluh, protes, mudah marah, atau sangat cuek terhadap istrinya, terlebih ketika sudah menjadi ibu dapat membuat ibu mudah stres karena pasangannya sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya.
8. Konflik dengan pasangan
Kurangnya penghargaan dan kasih sayang tadi dapat menyebabkan menurunnya komunikasi yang juga dapat menimbulkan konflik. Perannya sehari-hari saja sudah cukup berat, jika ditambah lagi dengan konflik dengan pasangan tentu saja bisa menjadi pemicu stres.
Di saat pasangan seharusnya menjadi tempat bersandar, tempat berkeluh kesah, ketika muncul konflik, ibu mungkin semakin merasakan beban secara fisik maupun psikis. Ditambah dengan menyelesaikan konflik ini mungkin akan tidak mudah.
9. Memiliki peran ganda
Dewasa ini, tidak sedikit ibu rumah tangga yang juga melakukan pekerjaan sampingan dengan tetap bekerja dari rumah maupun pergi ke tempat kerja. Apabila tidak ada upaya pengertian dari pasangan, peran ganda ini tidak hanya bisa menambah pendapatan keluarga, tetapi mungkin juga konflik.
Hal tersebut dikarenakan ibu dengan peran ganda memiliki tanggung jawab yang berkali-kali lipat lebih besar sehingga membutuhkan banyak penyesuaian dan tidak jarang timbul rasa stres karena kelelahan untuk mengerjakan dua hal sekaligus setiap harinya.
Demikianlah 9 penyebab stres pada ibu rumah tangga. Kesimpulannya, menjadi ibu rumah tangga tidak semudah yang kebanyakan orang kira sebab banyak peran yang harus dijalankan terus-menerus setiap hari dan tanpa ada hari libur.
Stres ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti melakukan banyak pekerjaan fisik, beban secara mental, menghadapi anak, kurang waktu istirahat dan untuk diri sendiri, mendapat tekanan dari orang tua atau mertua, menerima beban sosial dari lingkungan, kurang dihargai oleh pasangan, konflik dengan pasangan, serta memiliki peran ganda.
Pada kenyataannya, stres yang dirasakan ibu rumah tangga sangat wajar untuk terjadi bahkan bisa dirasakan hampir setiap hari. Akan tetapi, stres ini harus segera diatasi agar tidak menimbulkan permasalahan baru yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.