Menurut Ramlan Surbakti, perilaku pemilih adalah serangkaian kegiatan membuat keputusan yakni memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum dan termasuk dalam macam macam psikologi khusus.
Pada tahun 1944, lahir studi baru mengenai pemilu yang fokus pada pemilih secara individual yang menjadi hasil penelitian Paul Lazarsfeld serta rekan rekannya dari Bureau of Applied Social Research Columbia University di pemilu tahun 1940 di Elmira, New York. Dalam perilaku pemilih tersebut, ada beberapa pendekatan psikologi yang digunakan dan akan kami jelaskan dalam ulasan kali ini.
Pendekatan sosiologis atau sosiologi politik merupakan pendekatan psikologi pertama dalam perilaku pemilih. Preferensi politik dihubungkan dengan karakteristik sosial dengan cara tertentu pada sebuah tempat namun tidak di tempat lain. Politik sendiri bukanlah residu sederhana dari kehidupan sosial dan preferensi politik juga tidak sederhana sehingga secara sosial nantinya yang akan menentukan.
Pendekatan sosiologis pada dasarnya memberi penjelasan jika karakteristik sosial dan pengelompokkan sosial, usia, agama, jenis kelamin, latar belakang keluarga, kegiatan dalam kelompok formal dan informal dan lain sebagainya memiliki pengaruh yang cukup penting dalam pembentukan perilaku memilih.
Sementara menurut Khoirudin, pendekatan sosiologis adalah melihat masyarakat sebagai sebuah kelompok yang bersifat vertical dari tingkat terbawah sampai teratas yang menurut paham ini beberapa tingkat kelompok membentuk sikap, persepsi, keyakinan dan juga sikap politik dari setiap individu.
Ini memperlihatkan jika subkultur tertentu dalam masyarakat mempunyai kognisi sosial tertentu yang pada akhirnya akan bermuara pada perilaku tertentu.
Anthony Down pada tahun 1957 dalam tulisannya mengenai teori demokrasi ekonomi menyatakan jika individu bertindak rasional berdasarkan dengan kepentingan pribadi, maka hampir bisa dipastikan jika mereka juga akan abstain dari memilih dalam pemilu. Abstain rasional dalam aplikasi psikologi sosial dalam bidang ekonomi merupakan respon yang sensitif pada saat keuntungan pemilih dalam memenuhi partisipasinya dibandingkan dengan biaya partisipasinya.
Kahneman dan juga Tversky mengidentifikasi empat prinsip heuristic yang fundamental yang membawa individu untuk fokus pada seperangkat informasi terbatas sehingga bisa mengambil sebuah keputusan dibandingkan terlibat pada analisis detail dari semua informasi yang ada sebagai salah satu cara mengatasi depresi ekonomi.
Prinsip prinsip tersebut adalah ketersediaan atau availability, keterwakilan atau representativeness, penyesuaian atau adjustment dan juga simulasi atau simulation.
Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas seperti struktur sosial yakni struktur sosial yang dijadikan sumber kemajemukan politik bisa berbentuk agama, kelas sosial, nasionalisme dan juga bahasa, sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan dan juga program yang ditawarkan setiap partai.
Apabila pendekatan psikologi memberi penjelasan tentang pemilih tetap, maka sebagian pemilih juga ada yang merubah pilihannya ketika pemilu ke pemilu lain.
Peristiwa politik tertentu bisa merubah preferensi pilihan politik seseorang dan ini yang dijelaskan dalam pendekatan rasional. Ahmad Nursal berkata jika pendekatan rasional khususnya yang berhubungan dengan orientasi utama pemilih adalah orientasi isu dan orientasi kandidat.
Perilaku pemilih berorientasi isu memusatkan pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan pemerintah untuk cara menyelesaikan masalah dalam psikologi yang sedang dihadapi masyarakat, bangsa dan juga negara. Sedangkan orientasi kandidat lebih kepada sikap seseorang pada pribadi kandidat tanpa memperdulikan label partai.
Dalam pendekatan psikologi kognitif menyatakan jika manusia cenderung mengalami ketegangan ketika kebutuhan psikologi mereka belum terpenuhi.Pada saat seperti itu, maka seseorang akan termotivasi untuk mengurangi ketegangan tersebut sehingga akan mengoptimalkan perasaan, persepsi, kognisi dan juga pengalaman.
Pada lingkungan ilmuwan sosial di Amerika Serikat, model sosiologis pada awalnya dikembangkan oleh mahzab Columba yakni The Columba School of Electoral Behavior.
Peran sosiologi dalam psikologi dan pendekatan ini menjelaskan jika karakteristik sosial dan juga pengelompokkan pengelompokkan sosial memiliki pengaruh signifikan untuk menentukan perilaku memilih seseorang. Model sosiologis dilandasi dengan pemikiran jika perilaku pemilih dari segi ras, etnik, agama, keluarga dan juga hubungan emosional yang dialami pemilih secara historis bisa terjadi karena beberapa kelompok tersebut memiliki peran besar dalam membentuk sikap, persepsi dan juga orientasi seseorang.
Gerald Pomper memperinci pengaruh pengelompokan social tersebut dalam kajian voting behavior dalam dua variabel yakni variabel predisposisi sosial ekonomi pemilih dan keluarga pemilih. Preferensi politik keluarga juga akan berpengaruh pada pilihan politik seseorang.
Pendekatan atau metode intuitif dalam psikologi merupakan melakukan penyelidikan dengan jalan sengaja atau tidak sengaja dalam pergaulan sehari hari.
Dalam kondisi terakhir tersebut, maka akan diadakan penilaian terhadap sesama atau betul betul ingin mengetahui kondisinya lewat kesan terhadap orang tersebut. Dalam langkah ini, kesan pertama adalah kesan yang memiliki peran paling besar dalam mengambil kesimpulan sehingga harus dikombinasikan dengan beberapa metode lain untuk memperoleh kesimpulan yang bisa dipercaya.
Untuk perilaku memilih emosional lebih banyak terjadi karena beberapa faktor yang berasal dari lingkungan seperti struktur sosial, sosiologis, ekologi dan juga sosiopsikologi.
Pendekatan yang merupakan macam pendekatan dalam psikologi ini pada dasarnya adalah melihat sosialisasi sebagai dereminasi dalam menentukan perilaku politik pemilih dan bukan karakter sosiologi.
Pendekatan ini memberi penjelasan jika sikap seseorang adalah refleksi dan juga kepribadian seseorang yang menjadi variabel cukup untuk menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang sebab pendekatan tersebut mendekati tiga aspek psikologi sebagai kajian utamanya yakni ikatan emosional pada sebuah partai politik, beberapa isu dan beberapa kandidat.
Pendekatan domain psikologi kognitif dikembangkan untuk memberi keterangan dan memprediksi perilaku pemilih. Newman dan juga Sheth mengembangkan model perilaku pemilih atas dasar beberapa yang berhubungan dengan marketing. Menurut pendekatan ini, perilaku pemilih ditentukan dari tujuh domain kognitif yang berbeda dan terpisah, yakni:
Model pendekatan psikologi dalam perkembangan manusia ini diadaptasi dari ilmu ekonomi yakni pemilih bertindak rasional dengan cara memilih partai politik atau kandidat yang dianggap bisa mendatangkan keuntungan paling besar atau menekan kerugian sekecil mungkin.
Down memberi penjelasan jika pemilih akan memilih kandidat atau partai pemerintah apabila masyarakat menilai kinerja pemerintah bisa mendatangkan perbaikan ekonomi pada tingkat keluarga dan masyarakat. Sebaliknya, pemilih juga akan beralih di partai atau kandidat oposisi apabila pemerintah gagal ketika meningkatkan perekonomian keluarga dan masyarakat.
Pendekatan ini cukup bisa menjelaskan perubahan pemenang dari pemilu dan pemilu. Pengejawantahan dalam pendekatan ini harus disampaikan keberhasilan kinerjanya di sektor ekonomi pada masyarakat luas dan terkadang perubahan tetap terjadi namun tidak disadari sehingga membutuhkan sosialisasi.
Sedangkan untuk penantang atau oposisi juga harus bisa menawarkan program tandingan peningkatan ekonomi masyarakat yang jauh lebih baik dibandingkan dengan uncumbet. Program yang ditawarkan tersebut hendaknya bisa menjawab tantangan dan juga kebutuhan rill pada tingkat masyarakat tidak makro namun mikro.
Pendekatan ini lahir dari kritikan jika asumsi pemilih yang memiliki daya sosial ekonomi lebih baik dan juga ada dalam sebuah jaringan sosial belum tentu berpartisipasi dalam pemilu jika ia tidak tertarik atau tidak memiliki ikatan psikologis dengan partai atau kandidat tertentu.
Campbell menjelaskan jika faktor psikologis individu memiliki peran signifikan untuk menentukan pilihan politik seseorang. Selain itu, faktor psikologis tersebut juga terdiri dari tiga hal yaitu identifikasi kepartaian, orientasi kandidat dan juga orientasi isu kampanye.
Pada beberapa pilkada juga ditemui fakta jika kandidat yang diusung mayoritas partai di DPRD tidak selalu berbanding lurus dengan perolehan suara kandidat. Ini mengartikan jika orientasi pemilih pada daerah tersebut tidak pada partai namun pada kandidatnya.
Melihat jika pemilih akan menentukan pilihan atas dasar penilaian terhadap isu isu politik serta kandidat yang diajukan yang menjadi salah satu contoh rasionalisasi dalam psikologi. Ini mengartikan jika pemilih bisa menentukan pilihannya atas dasar pertimbangan pertimbangan rasional. Untuk mengetahui jenis pemilih, ada beberapa jenis pemilih yang harus diketahui.
Fobia merupakan ketakutan yang dialami oleh manusia namun sudah dalam tahap sulit untuk dikendalikan dan…
Menikmati pemandangan alam dan menikmati udara yang menyejukan menjadi salah satu yang bisa kita rasakan…
Ada berbagai jenis dan juga tipe dari phobia atau rasa cemas, dan ketakutan berlebihan. Faktanya…
Berbicara mengenai fobia ataupun mengatasi rasa takut yang dialami oleh seseorang ada banyak sekali jenis…
Istilah Somniphobia atau dikenal dengan nama hypnophobia merupakan rasa takut yang berlebih saat seseorang jauh…
Berbicara mengenai fobia, ada beberap jenis fobia yang dikenal ditengah masyarakat. Misalnya fobia ketinggian, fobia…