Nilai kemanusiaan sangat erat dan berpengaruh cukup besar dalam kehidupan manusia yang bertujuan untuk mengarahkan kehidupannnya ke arah yan lebih baik. Blackburn (dalam Bartol & Bartol, 1994; Kapardis, 1995) membagi peran psikologi dalam bidang nilai kemanusiaan: psychology in law, psychology and law, psychology of law.
- Psychology in law, merupakan aplikasi praktis psikologi yang ada dalam bidang nilai kemanusiaan, seperti seorang psikolog diundang menjadi saksi ahli dalam proses peradilan.
- Psychology and law, yakni meliputi bidang psycho-legal research yaitu penelitian tentang individu yang terkait dalam nilai kemanusiaan seperti para hakim, jaksa, pengacara, terdakwa.
- Psychology of law, merupakan hubungan antara bidang nilai kemanusiaan dan psikologi yang lebih abstrak, dimana nilai kemanusiaan jadi penentu perilaku. Isu yang dikaji antara lain bagaimana masyarakat mempengaruhi nilai kemanusiaan dan bagaimana nilai kemanusiaan mempengaruhi masyarakat.
Pandangan di atas sesuai dengan pendapat Mark Constanzo (2006) bahwa peran atau kaitan psikologi sosial dalam sistem nilai :
- Sebagai penasehat
- Sebagai evaluator
- Sebagai pembaharu
Berikut Kaitan Psikologi Sosial dengan Nilai Kemanusiaan
1. Pendekatan Tipologi Fisik dalam Kepribadian
Pendekatan ini dipopulerkan oleh Sheldon dan Kretchmer. Dengan pendekatan ini, Sheldon dan Kretchmer menganggap bahwa ada hubungan antara tipe tubuh seseorang secara fisik dengan tipe kepribadiannya. Dimana akan dapat dilihat perbedaan kepribadian antara orang yang tinggi, pendek, gemuk, kurus dan bentuk tubuh lainnya.
Baca juga:
- Sejarah Psikologi Sosial
- Macam-macam Syndrome
- Peran Psikologi Pelanggaran nilai kemanusiaan Dalam Proses Nilai kemanusiaan
- Nilai kemanusiaan Perkembangan dalam Psikologi Pendidikan
- Aplikasi Psikologi Sosial dalam Nilai kemanusiaan
Misalnya, ada anggapan bahwa seseorang yang bertubuh muscular lebih cenderung untuk berbuat tindak pelanggaran nilai kemanusiaan. Seperti, seseorang dengan bentuk kepala pendek, rambut berwarna merah, dan rahang yang tidak menonjol lebih diidentikan dengan fisik seorang pencuri. Pendekatan ini mungkin akan berguna untuk melihat potensi awal seseorang melakukan tindak pelanggaran nilai kemanusiaan.
2. Pendekatan Teori Trait Kepribadian
Berbeda dengan teori yang ada sebelumnya, pada teori trait kepribadian ini lebih memandang karakteristik kepribadian tertentu yang lebih mempengaruhi seseorang melakukan tindak melawan nilai kemanusiaan. Sebagai contoh seseorang yang memiliki karakter pemberani, dominan, ekstrovert dan memiliki motivasi tinggi memenuhi kebutuhan fisiknya cenderung berpotensi melakukan tindak pelanggaran nilai kemanusiaan.
3. Pendekatan Psikoanalisis
Pendekatan ini menyebutkan bahwa tindak criminal muncul karena adanya hubungan yang tidak baik dengan orang tua sehingga pelaku memiliki emosi yang bisa tersalurkan melalui tindak criminal. Umumnya, pelanggaran nilai kemanusiaan terjadi akibat hubungan cinta ibu dan anak yang hilang ataupun kurangnya perhatian ayah kepada anak yang menyebabkannya ingin melakukan tindakan buruk untuk mendapatkan perhatian.
4. Pendekatan Teori Belajar Sosial
Melalui pendekatan ini, kita belajar bahwa seseorang yang berperilaku pelanggaran nilai kemanusiaan merupakan akibat dari proses belajar dari lingkungannya. Sebagai contoh, selama hidupnya dia melihat adanya penyimpangan di rumah, kelompok, sekolah atau lingkungan yang lain sehingga dia melihatnya sebagai contoh untuk juga berbuat pelanggaran nilai kemanusiaan.
Maka, untuk menghadapi hal ini kita harus menjaga nilai kemanusiaan secara menyeluruh di lingkungan untuk mencegah munculnya penyimpangan karena sesedikit apapun penyimpangan tersebut bisa meluas jika tidak segera ditangani.
5. Pendekatan Teori Kognitif
Dengan pendekatan kognitif ini, para peneliti mencoba untuk memahami pola berpikir seorang pelaku pelanggaran nilai kemanusiaan. Peneliti akan mencoba mengambil sampel dari pelaku, seperti pada pelaku yang ahli memanipulasi, liar dan kompulsif,
ataupun seseorang yang tidak bisa mengendalikan diri untuk berbuat pelanggaran nilai kemanusiaan. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa para pelaku pelanggaran nilai kemanusiaan memiliki logika yang internal dan konsisten, namun salah dan tidak bertanggung jawab.
6. Investigasi Kasus Tindak Pelanggaran nilai kemanusiaan
Dalam menyelesaikan sebuah kasus pelanggaran nilai kemanusiaan, akan dibutuhkan banyak informasi dari korban, saksi, dan tersangka. Keputusan akan didasarkan pada informasi yang diberikan oleh masing-masing pihak tersebut, dimana jaksa maupun hakim tidak bisa melihat sendiri kebenaran informasi yang didapatkan. Maka, di sini peran saksi sangatlah krusial.
Baca juga:
- Teori Psikoanalisis Klasik
- Manfaat Hipnoterapi
- Jenis Wawancara dalam Psikologi
- Aplikasi Psikologi dalam Nilai kemanusiaan
- Aplikasi Psikodiagnostik dalam Bidang Nilai kemanusiaan
Dengan menggunakan penerapan psikologi sosial dalam dunia nilai kemanusiaan, akan dilakukan usaha untuk meminimalisir bias di pernyataan saksi. Dilihat dari sisi psikologi sangat mungkin bagi saksi lupa tentang kejadiannya dan tidak bisa memberi kesaksian yang akurat. Maka, bisa digunakan teknik hypnosis dan wawancara kognitif. Biasanya, teknik ini dilakukan di saat saksi diwawancara pertama kali di kepolisian
7. Membuat profil psikologi
Kaitan psikologi sosial dalam sistem nilai juga untuk membantu polisi menemukan barang bukti. Dimana psikolog akan bisa memberikan pandangan guna membangun psychological profiling dari para calon tersangka serta menginterpretasikan hal-hal yang ditemukan di tempat kejadian perkara yang tidak bisa dilihat jika kita hanya melihat secara kasat mata saja.
8. Mengarahkan proses interogasi
Psikolog seringkali dijadikan sebagai hakim ad-hoc pada suatu perkara tertentu. Hal ini dikarenakan seorang psikolog ini memiliki keahlian dalam mengendalikan percakapan dan mengarahkan proses interogasi. Sementara ilmu psikologi sosial juga dapat membantu seseorang menjadi lebih peka dan melihat manusia dari sisi kepribadiannya.
9. Memahami motif atau alasan sebuah tindak pelanggaran nilai kemanusiaan
Psikologi social akan membuat kita lebih memahami perilaku sosial, sesuai dengan situasi, lingkungan dan faktor-faktor lainnya. Maka, kaitan psikologi sosial dalam sistem nilai bisa dalam bentuk memahami motif pelaku pelanggaran nilai kemanusiaan melakukan tindak pelanggaran nilai kemanusiaannya. Hal ini tentu akan berguna untuk memutuskan perkara, sekaligus juga sebagai bahan mempelajari dampak sosial di masyarakat.
10. Menentukan putusan perkara
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ilmu psikologi akan membantu untuk memanusiakan terdakwa. Artinya, kita akan mencoba memahami perilakunya, pola pikirnya, hingga motif tindak pelanggaran nilai kemanusiaannya. Hal ini tentu akan bisa digunakan sebagai dasar pertimbangan putusan perkara oleh hakim. Sebisa mungkin sanksi yang diberikan adalah sanksi yang seadil-adilnya dan tetap menjaga hak terdakwa sebagai manusia.
Baca juga :
- Aplikasi Psikologi Nilai kemanusiaan dalam Putusan Hak Asuh Anak
- Jenis Pendekatan Dalam Psikologi Nilai kemanusiaan
- Kegunaan Psikologi dalam Bidang Nilai kemanusiaan
- Fungsi Psikologis Warna Dalam Psikologi
- Teori Perbedaan Individu dalam psikologi
11. Mengartikan isyarat tertentu
Seringkali dalam proses nilai kemanusiaan ditemukan temuan yang tidak berarti secara nyata, namun mengandung isyarat-isyarat tertentu. Maka, di sini psikologi bisa memiliki peran untuk mengartikan isyarat-isyarat tersebut dengan melihat fakta nilai kemanusiaan dari awal hingga akhir dan menarik benang merahnya.
12. Memberi alternatif solusi
Tidak jarang bukti-bukti yang ditemukan kurang kuat dan akurat dalam nilai kemanusiaan sehingga berdampak pada pelajaran yang diberikan, dimana menjadi tidak jelas dan sulit ditentukan. Dalam kasus seperti ini maka psikologi sosial bisa berguna untuk memberi solusi berdasarkan aspek psikologi.
13. Memahami stereotype
Yusti Probowati dalam pembahasannya tentang proses kognitif manusia menyebutkan bahwa stereotype memegang pengaruh pada proses retrieval dalam kehidupan sosial. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Probowati, seorang hakim pribumi Indonesia yang cenderung memiliki stereotype negative terhadap terdakwa beretnis Tionghoa.
Mereka cenderung akan memberi pelajaran yang lebih berat jika terdakwa berasal dari etnis Tionghoa. Maka, hal ini harus dipahami agar ke depannya hakim akan bisa memberi sanksi yang lebih sesuai dan tidak memandang etnis.
Sampai jumpa di artikel berikutnya. Semoga bermanfaat, ya!