Home » Gangguan Psikologi » Fobia » Fobia Bolong : Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Fobia Bolong : Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

by Titi Rahmah

Hole phobia atau trypophobia adalah ketakutan sekelompok lubang kecil atau rongga pada objek atau gambar tertentu yang menunjukkan sekelompok lubang kecil. Misalnya, stroberi, sarang lebah atau batu. Namun, para peneliti belum mengklasifikasikan fobia lubang sebagai fobia serius. Karena fobia ini bukanlah rasa takut terhadap situasi atau keadaan yang dapat merugikan pasien.

Namun, karena besarnya fenomena fobia lubang ini, penelitian tentang fobia telah dilakukan. Studi ini menggunakan gambar yang diduga memicu trypophobia, serta gambar hewan beracun seperti ular dan laba-laba. Studi tersebut mengungkapkan bahwa hole phobia atau trypophobia adalah perasaan tidak nyaman yang terkait dengan bentuk suatu benda yang dianggap menjijikkan dan ini berbeda dengan rasa takut terhadap hewan beracun, yang secara sadar dianggap berbahaya bagi tubuh.

Trypophobia sering dianggap sebagai reaksi alami tubuh. Sedangkan yang disebut trypophobia, menurut Kupfer, adalah reaksi dan sikap yang digeneralisasikan secara berlebihan terhadap hal-hal yang berlubang atau pola-pola aneh tertentu.

Gejala fobia bolong

Seseorang yang menderita trypophobia dirinya tidak merasa bahwa menderita phobia tersebut. Untuk melakukan ini, kita dapat mengikuti tes trypophobia untuk memastikan bahwa kita takut pada lubang kecil ini. Namun sebelum itu, ada 7 gejala trypophobia yang bisa kita pelajari, di antaranya:

1. Rasa ingin mual dan muntah ketika lubang kecil terlihat

Rasa kekhawatiran atau ketakutan tersebut membuat seseorang pengidap trypophobia merasa jijik pada lubang, sehingga merespons rangsangan pada tubuhnya dengan mual dan muntah.

2. Merasa merinding setiap kali melihat sekelompok lubang kecil

Respon stimulus tersebut sebagai sebuah parasit yang disamakan dengan sebuah penyakit yang dirasakan para pengidap trypophobia seperti campak, cacar, rubella dan lain sebagainya.

3. Gatal saat melihat lubang kecil

Respon stimulus dari kontak visual kemudian menyalur pada respon tubuh gatal, timbul bercak merah, merinding dan lain-lain menandakan bahwa seseorang mengidap penyakit trypophobia.

4. Serangan panik melihat lubang kecil

Para pengidap trypophobia yang sudah pada level akut, seakan menjadi stigma bagi mereka hanya dengan kontak visual membuatnya merasa panik dan gemetar. Bahkan tidak jarang ada yang sampai pingsan.

5. Pernapasan tidak teratur dan biasanya lebih cepat ketika melihat lubang-lubang kecil

Pernapasan yang tidak teratur sebagai respon fisik terhadap kecemasan dan ketakutan, serangan pernapasan ini merupakan salah satu gejala dari trypophobia yang perlu diperhatikan.

6. Ketakutan, stres, dan kecemasan berlebihan saat melihat lubang

Seseorang yang mengidap trypophobia akan merasa tidak nyaman saat melihat lubang-lubang kecil yang berkelompok, bahkan seseorang tersebut akan merasa sangat takut dan stress seketika melihat lubang tersebut, seakan-akan ketakutan itu terus menghantuinya. Orang dengan trypophobia sering membayangkan bahwa kumpulan suatu lubang tersebut berbahaya seperti halnya dengan hewan berbahaya.Dampak ini sangat tidak baik bagi kesehatannya.

7. Tubuh gemetar dan keringat dingin keluar saat melihat lubang-lubang kecil

Tubuh gemetar dan keringat dingin bukan disebabkan oleh melihat lubang-lubang kecil namun, lebih kepada respon vasovagal itu sendiri. Respon vasovagal dapat terjadi karena sistem saraf yang mengatur tekanan darah dan detak jantung untuk sementara terganggu, menyebabkan tekanan darah turun dan detak jantung melambat.

Penurunan tekanan darah dan perlambatan detak jantung menyebabkan gejala trypophobia yang sedang dialami. Kondisi ini hanya berlangsung sebentar dan kemudian sembuh dengan sendirinya. Meski gejala trypophobia yang sedang beberapa orang alami cukup mengerikan, kondisi ini tidak berbahaya.

Penyebab trypophobia berdasarkan penelitian para Ahli

Berdasarkan hasil studi terbaru yang dilakukan pada tahun 2017, para ahli mengatakan bahwa trypophobia lahir dari rasa jijik karena pengaruh pola lubang yang mengelompok, seperti pada lebah atau biji teratai, menyerupai penyakit atau parasit.


Para ahli menduga bahwa ini disebabkan oleh karakteristik DNA manusia. Pendapat lain mengklaim bahwa faktor naluriah, keraguan atau pengalaman masa lalu memiliki andil besar di balik penyebab trypophobia.

  • Insting

Manusia dibekali dengan insting alami yang menjamin mereka selalu aman. Naluri ini memungkinkan pikiran manusia untuk bereaksi dengan cara atau pola yang dianggap merugikan. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Science pada tahun 2013.

Ditemukan bahwa trypophobia disebabkan oleh stimulasi karakteristik visual dasar pada manusia yang mewakili dan mengasosiasikan pola lubang berkerumun dengan pola yang sama pada beberapa hewan berbahaya. Dengan cara ini dia bertindak dengan cerdas, pada jarak atau menjaga jarak dari sesuatu yang dia anggap berbahaya. Namun, tampaknya respon adaptif trypophobia berlebihan karena yang dilihatnya hanyalah sebuah gambar.

  • DNA

Beberapa ahli percaya bahwa trypophobia disebabkan oleh ciri-ciri DNA manusia yang cenderung menolak atau menjijikan pola lubang yang berkelompok. Pernyataan ini sesuai dengan temuan penelitian yang disampaikan oleh peneliti Universitas Emory Vladislav Ayzenberg.

Berdasarkan penelitiannya terhadap 85 relawan, diketahui bahwa trypophobia disebabkan oleh rasa jijik. Hal ini terungkap dengan melihat reaksi mayoritas relawan yang menunjukkan pupil yang mengecil dan detak jantung dan pernapasan yang lebih lambat setelah diperlihatkan beberapa gambar pemicu trypophobia.

Respons ini berlawanan dengan karakteristik respons fight-or-flight manusia, yang biasanya ditandai dengan pupil yang melebar dan peningkatan denyut jantung secara tiba-tiba.

  • Pengalaman masa lalu

Trypophobia juga bisa disebabkan oleh pengalaman masa lalu. Jika seseorang pernah mengalami penyakit yang menyebabkan lubang di tubuhnya, seperti sengatan lebah, cacar air, campak, dan lain-lain. Kondisi ini juga bisa disebut “prime and conditioning”.

Suatu efek yang dihasilkan dari peristiwa masa lalu saat kecil yang terus disimpan dalam memori sehingga menyebabkan reaksi berlebihan ketika kemudian terkena rangsangan serupa. Ada ketidaksepakatan tentang reaksi dan penyebab trypophobia ini, memang wajar dalam dunia ilmiah.

Sedangkan penelitian terdahulu bisa dipatahkan setiap kali ada informasi baru dan pemahaman yang lebih lengkap. Penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum trypophobia dapat dikenali sebagai penyakit atau fobia tertentu.

  • Rasa curiga/ketakutan

Saat melihat atau menemukan lubang, wajar jika seseorang merasa curiga dan penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Alih-alih membangkitkan rasa ingin tahu yang besar, kecurigaan terhadap trypophobia ini menciptakan kecemasan dan ketakutan.

Menimbulkan berbagai pikiran negatif, seperti membayangkan makhluk konyol yang bisa merangkak keluar dari lubang. Kecurigaan dan ketakutan tersebut menyebabkan ketidaknyamanan dan gejala seperti tremor dan mual saat melihat beberapa gambar pemicu, seperti sarang lebah berbusa di permukaan air kopi.

Cara mengatasi atau mengobati trypophobia

Risiko yang muncul ketika seseorang mengalami fobia ini sebenarnya tidak banyak diketahui. Namun, telah ditemukan bahwa trypophobia dapat dikaitkan dengan gangguan depresi mayor dan gangguan kecemasan umum. Seseorang dengan trypophobia sering dianggap memiliki kedua kondisi ini.

Faktanya, trypophobia dianggap terkait dengan gangguan kecemasan sosial. Oleh karena itu, kondisi ini tidak bisa dianggap remeh dan harus ditangani dengan tepat. Bukan tanpa alasan, tapi agar kondisi pasien tidak memburuk. Ada beberapa cara mengobati atau cara mengatasi trypophobia sebagai berikut:

  • Terapi perilaku kognitif

Dalam mengatasi trypophobia dengan terapi perilaku kognitif, yang menggabungkan terapi eksposur dengan teknik lain. Membantu penderita trypophobia untuk mengatur atau mengontrol pikiran dan kecemasannya agar tidak berlebihan.

  • Terapi paparan

Terapi ini adalah jenis psikoterapi yang berfokus pada perubahan respons penderita trypophobia terhadap objek atau situasi yang menyebabkan rasa takut atau jijik.


Selain itu, ada perawatan lain yang dapat membantu seseorang mengatasi trypophobia seperti:

  • Hadapi sumber ketakutan sesering mungkin agar rasa takut itu perlahan hilang.
  • Konsultasikan dengan Psikiater terkait kondisi yang sedang dialami.
  • Dukungan dari keluarga atau teman melalui cerita atau pengalaman.
  • Minum obat untuk membantu mengurangi gejala panik dan kecemasan.
  • Hindari kafein dan zat lain yang dapat memperburuk kondisi Anda.
  • Pernapasan dalam yoga atau teknik relaksasi lainnya.
  • Istirahat yang cukup atau kurangi aktivitas yang berlebihan.
  • Olahraga teratur atau aktivitas fisik yang memengaruhi kecemasan yang Anda alami.


Penjelasan ini tidak sepenuhnya baru, tetapi sejauh ini hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk membuktikan validitasnya untuk membuktikan penjelasan ini, para peneliti merekrut 376 orang dari sebuah forum online yang menganggap diri mereka penderita trypophobia, 30 siswa yang tidak menganggap diri mereka menderita trypophobia juga direkrut.

Ada dua grup gambar, dalam dua grup ini. Pertama, gambarlah bekas luka bundar pada tubuh hewan dan manusia (gambar yang berhubungan dengan beberapa penyakit). Kelompok gambar lain menunjukkan lubang pada suatu objek, seperti batu bata atau potongan bunga (gambar yang tidak berhubungan dengan penyakit tertentu).

Meskipun kedua kelompok melaporkan bahwa mereka tidak suka atau menderita melihat gambar kelompok pertama, hanya mereka yang menderita trypophobia yang merasakan hal yang sama tentang gambar bunga kacang polong, yang sama sekali tidak berhubungan dengan penyakitnya.

Kesimpulan lain dari penelitian ini adalah bahwa trypophobia lebih terkait dengan rasa jijik daripada rasa takut. Itu yang membedakannya dengan fobia lain seperti arachnophobia (takut laba-laba) atau acrophobia (takut ketinggian). Jika kita merasa mengalami gejala trypophobia, temui psikiater untuk penanganan yang tepat.

You may also like