Bagi sebagian besar badut adalah karakter lucu yang dapat menciptakan suasana bahagia, namun bagi sebagian lainnya badut adalah orang yang harus dihindari karena memiliki pellephobia (clownophobia atau coulrophobia). Sebelum melanjutkan pembahasan tentang coulrophobia, perlu dijelaskan secara singkat mengenai phobia tersebut.
Fobia adalah ketakutan yang disebabkan oleh situasi atau objek yang jelas dan tidak berbahaya yang dihadapi atau dihindari seseorang dengan rasa bahaya. Fobia badut dapat digolongkan sebagai fobia spesifik, yaitu ketakutan irasional yang terbatas pada situasi atau objek yang sangat spesifik, yaitu badut. Makna irasional di sini merujuk pada suatu objek atau situasi yang sebenarnya tidak menimbulkan ancaman, tetapi dimaknai sebagai ancaman.
Pengertian fobia badut
Coulrophobia adalah ketakutan atau fobia badut. Anak-anak dan orang dewasa yang mengalami ketakutan berlebihan terhadap badut memiliki reaksi yang ekstrim dan tidak rasional ketika melihat badut dalam bentuk aslinya atau dalam bentuk gambar dan video.
Ini membuat mereka menghindari situasi di mana mereka mungkin bertemu badut, termasuk pesta ulang tahun, di jalan, dan acara lainnya. Fobia badut, seperti jenis fobia lainnya, dapat muncul pada setiap tahap perkembangan kehidupan, dapat terjadi pada siapa saja yang pernah mengalami peristiwa traumatis, berada dalam krisis, dan memiliki kecenderungan psikologis terhadap fobia badut.
Berdasarkan temuan penelitian dan kasus sehari-hari, Coulrophobia termasuk fobia yang pola kemunculannya mungkin dimulai pada masa kanak-kanak, seperti fobia kegelapan, fobia sosial, dan fobia suara keras. Di masa kanak-kanak, orang mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan, menganggapnya traumatis pada saat itu, dan melanjutkannya di masa dewasa.
Bagi sebagian orang yang mengalami ketakutan masa kecil terhadap badut, hal itu tidak terbawa hingga dewasa dan berkembang menjadi fobia. Takut pada objek, situasi, orang asing pada masa kanak-kanak adalah hal yang wajar, karena kemampuan beradaptasi, kemandirian, kemampuan memecahkan masalah, mengenali risiko, dan mengenali kenyataan belum dikembangkan secara optimal.
Dengan bertambahnya usia, kematangan sosial, dan perkembangan kognitif, pemahaman tentang realitas meningkat dan ketakutan akan badut menghilang. Namun mengapa ketakutan sebagian orang bertahan dan berkembang menjadi fobia. Biasanya di masa kanak-kanak, ketika rasa takut badut muncul, orang tua mengabaikan dan meremehkan ketakutan yang dialami anak.
Penyebab fobia badut
Orang tua menganggap ketakutan ini tidak wajar, mengapa hanya badut yang takut, itu dapat mempengaruhi anak-anak yang pada dasarnya membutuhkan perlindungan untuk merasa tidak dapat dipercaya dan tidak berdaya. Selain itu, orang tua tidak menjelaskan siapa karakter badut yang sebenarnya dan apa tujuan dari kehadiran badut tersebut.
Kondisi ini diperkuat ketika anak tidak berperilaku sesuai harapan orang tua, orang tua menakut-nakuti anak dengan badut, bahkan ada yang memaksa anak ketakutan untuk mendekati, berbicara atau menyentuh badut. Dalam kondisi ini, anak bereaksi untuk menghindari badut, tetapi karena kondisi fisik orang tua yang buruk, anak tidak dapat menghindarinya.
Maka ada tangisan, ketakutan yang meningkat terhadap badut, badut identik dengan hukuman, lebih buruk lagi jika itu terjadi di depan umum sehingga anak merasa dipermalukan. Kondisi traumatis ini, yang tidak diketahui oleh orang tua, dan anak menyimpan pengalaman tidak menyenangkan tersebut secara sadar hingga dewasa dan dapat berkembang menjadi fobia jika ketakutan tersebut tidak diatasi.
Joseph Durwin, peneliti dari Trinity University, coulrophobia memiliki dua penyebab, yaitu:
- Pengalaman negatif dengan badut di masa lalu
Pengalaman negatif dengan badut di masa lalu seperti dikejutkan oleh sosok badut di tempat rekreasi. Situasi menakutkan dengan badut, di mana orang tersebut tidak berdaya atau tidak dapat melarikan diri dari situasi tersebut, bisa menjadi pengalaman traumatis. Sejak itu, otak dan tubuh telah dilatih untuk melarikan diri dari situasi apa pun yang melibatkan badut. Dengan kata lain, fobia ini dipicu oleh trauma dalam kehidupan badut yang sangat nyata.
- Sering melihat film badut dengan karakter jahat
Kita sering melihat film di mana badut digambarkan sebagai karakter jahat dan menakutkan. Semakin negatif paparan badut, semakin banyak orang berpikir badut itu jahat, menakutkan, dan mengerikan. Hal ini lah yang menyebabkan seseorang mengalami coulrophobia.
- Faktor genetik
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa faktor genetik sangat erat kaitannya dengan fobia mungkin karena memiliki fobia yang sama. Ini menunjukkan bahwa fobia bisa bersifat genetik atau karena seseorang meniru perilaku anggota keluarga lain yang lebih tua sehingga perilaku tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang terus menerus.
Gejala fobia badut
- Panik
Ketika seseorang mengalami serangan panik, otak mengarahkan sistem saraf untuk memicu respons menghindari atau melawan. Ketika seseorang mengalami serangan panik, tubuh akan melepaskan bahan kimia yang memicu adrenalin. Kondisi ini menyebabkan gejala serangan panik pada tubuh. Panik yang berlebihan akan menyerang pada penderita Coulrophobia apabila ia melihat badut dan membayangkan badut dengan rasa takut.
- Keringat dingin
Keringat dingin berbeda dengan keringat biasa. Keringat biasa secara umum adalah mekanisme tubuh untuk menurunkan suhu tubuh. Padahal keringat dingin (berkeringat) bisa menjadi pertanda kondisi kesehatan tertentu, baik fisik maupun psikis yang sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak penyebab keringat dingin.
Namun, biasanya keringat dingin ini muncul ketika reaksi tubuh terhadap tekanan atau sesuatu yang dianggap sebagai ancaman salah satunya adalah reaksi tubuh saat dihadapi dengan Coulrophobia. Tanda-tanda keringat dingin inilah yang terkadang sulit untuk ditebak apakah seseorang mengalami gejala fobia badut atau hanya terserang penyakit biasa saja.
- Emosi tidak stabil
Orang dengan fobia ini juga mengalami ledakan emosi yang berlebihan seperti marah, berteriak atau menangis ketika melihat badut. Bahkan hanya dengan melihat gambar atau video saja bisa menimbulkan ketakutan pada penderita fobia ini. Kondisi ini membuat penderita coulrophobia sulit untuk berpartisipasi dalam acara sirkus atau karnaval. Ini karena acara tersebut sering menampilkan karakter badut yang menakutkan.
Cara Mengatasi fobia badut
Dari beberapa kasus Coulrophobia, kita dapat mempelajari bagaimana cara mengatasi coulrophobia salah satunya adalah dengan cara pendekatan orang tua dimana perlunya kesadaran orang tua untuk membantu anak memahami karakter badut, ketika anak takut, jelaskan perlahan, ajak anak melihat karakter badut, sambil berkomunikasi dengan anak lain dari kejauhan. Ketika anak sudah siap untuk berinteraksi dengan karakter badut, mereka diajak untuk melihat badut dari dekat.
Beberapa metode lain dapat digunakan dengan menggambarkan karakter asli badut tanpa riasan atau aksesori badut dan menunjukkan bagaimana karakter asli menjadi badut. Orang tua juga bisa menjadi badut sederhana untuk anak, sehingga anak merasa aman dengan badut yang sangat penting karakternya. Selain itu juga ada beberapa cara lain dalam mengatasi Coulrophobia sebagai berikut:
- Terapi
Ada beberapa bentuk terapi yang berbeda, salah satunya adalah terapi Exposure. Perawatan ini dilakukan dengan menunjukkan objek yang menjadi fobia nya seperti menunjukan bahwa ada badut di ruangan ini. Terapis akan menawarkan gambar atau benda yang berhubungan dengan badut.
Setelah itu, pasien Coulrophobia dan terapis akan menemukan cara untuk mengatasi perasaan tersebut.Terapi lain yang bisa dilakukan adalah terapi kognitif. Terapi ini berfokus pada mengubah cara seseorang berpikir tentang objek yang menjadi fobia. Terapis akan mencoba membawa penderita coulrophobia ke keadaan pikiran yang netral atau menghilangkan rasa takut terhadap badut.
- Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan, seperti beta blocker, menyebabkan jantung memompa darah lebih lambat dalam kepanikan atau ketakutan. Itu bisa menjadi salah satu solusi yang membuat seseorang merasa lebih tenang dan lebih nyaman.
- Perawatan di Rumah
Beberapa perawatan di atas bekerja secara optimal jika seseorang melakukan perawatan di rumah dengan benar. Lakukan hal-hal yang menyenangkan dan rilekskan tubuh di rumah. Dengan cara ini kita bisa lebih mengontrol emosi yang muncul.