Belajar merupakan proses yang dilakukan individu agar dapat berkembang dengan baik melalui perubahan yang dirasakan selama proses pembelajaran. Menurut Bloom, hasil belajar terbagi menjadi tiga aspek, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor atau dapat disebut juga aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Sugiarti, 2018).
Kemampuan psikomotorik yang dimiliki siswa merupakan hasil pembelajaran yang didapat sebagai kemampuan kognitif dan diinternalisasikan melalui kemampuan afektif dan diaplikasikan secara nyata melalui kemampuan psikomotorik.
Bentuk penilaian psikomotorik siswa adalah tes yang melihat perilakunya secara langsung. Penilaian ini juga bisa disebut sebagai Performance Assessment dengan meminta siswa mendemonstrasikan atau mempraktikkan langsung pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan konteks pelajaran dan kriterianya.
Hasil kemampuan psikomotorik siswa dapat diukur melalui beberapa cara dalam tahapan menurut Ryan (1980) dalam Sugiarti (2018), yakni:
1. Pengamatan langsung selama pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru dapat melihat perilaku siswanya. Siswa yang bisa aktif bertanya, aktif menjawab, memiliki keberanian mengungkapkan pendapat, cepat tanggap, dan sebagainya. Hal ini dapat menunjukkan kemampuan psikomotor siswa yang bagus.
Selain itu, pada saat pembelajaran guru juga dapat memberikan tugas-tugas praktik secara berkala agar dapat melihat kemampuan siswa serta mengevaluasinya sebelum dilakukan ujian akhir. Penting bagi siswa untuk mengetahui apa yang sudah baik dan yang harus ditingkatkan lagi sehingga ia dapat melakukan tugasnya dengan lebih terarah.
2. Hasil tes setelah pembelajaran
Di akhir proses pembelajaran, pasti ada suatu tes atau ujian yang digunakan untuk menilai hasil belajar. Melalui ujian praktik, guru dapat melihat langsung bagaimana kinerja siswa ketika diharuskan melakukan sendiri apa yang sudah ia pelajari.
Selama praktik, guru dapat melihat kemampuan psikomotorik masing-masing siswa dan membedakan kemampuannya sebab pada umumnya mereka melakukan praktiknya masing-masing. Kalaupun dalam bentuk berkelompok, guru dapat mengamati langsung perbedaan siswa satu sama lain dan melihat siswa mana yang kerjanya paling baik.
Ujian praktik yang dilakukan harus disesuaikan dengan pembelajaran yang dilakukan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Misalnya praktik menggambar, bermain alat musik, berpidato, menggunakan komputer, menjadi lakon drama, dan lain sebagainya.
3. Melihat kemampuan beberapa waktu setelah pembelajaran selesai
Walaupun murid dapat berganti setiap tahunnya, tetapi dengan melihat perkembangan siswa meski sudah tidak mempelajari materi tertentu juga dapat menunjukkan kemampuan psikomotornya. Guru dapat melihat apakah kemampuan siswa setelah pembelajaran meningkat atau paling tidak sama atau mungkin terdapat penurunan karena sudah tidak mempelajari lagi.
Kemampuan psikomotor adalah hasil yang dapat dilihat dalam jangka panjang, tidak hanya saat siswa selesai belajar. Keberhasilan dalam mempertahankan kemampuan ini dapat menunjukkan tingkat efektivitas proses pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya.
Demikianlah cara untuk menilai psikomotorik siswa yang dapat dilakukan oleh guru. Kemampuan psikomotorik tidak kalah penting dari kemampuan lainnya sehingga harus dilihat keberhasilannya.