Belakangan ini, istilah dosen killer sering diperbincangkan oleh mahasiswa. Istilah dosen killer merujuk pada salah satu tipe dosen atau pengajar di perguruan tinggi yang yang sifatnya cukup keras, kaku, tegas sehingga membuat mahasiswa merasa takut, tegang, dan segan.
Perilaku dosen killer juga sering kali tidak terduga, seperti tiba-tiba mengajukan pertanyaan, mengomentari sesuatu yang dirasa tidak tepat, pelit dalam memberikan nilai, dan lain-lain. Berikut adalah 11 cara menghadapi dosen killer yang dapat kita terapkan.
1. Pahami karakter dosen
Pada dasarnya setiap dosen memiliki karakter yang berbeda-beda dengan cara mengajar yang berbeda beda pula. Dosen yang killer pasti memiliki latar belakang atau alasan tersendiri mengapa beliau seperti itu.
Bisa jadi karena itu sudah menjadi karakternya selama bertahun-tahun atau ia hanya seperti itu tidak pada semua orang. Dalam ilmu psikologi, hal tersebut memiliki istilah atribusi sosial, di mana perilaku individu dapat dilihat dari situasi, orang tertentu, maupun intensitas perilakunya.
Dengan memahami karakter dosen, kita dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapinya dan mengikuti sistem yang sudah dibuat agar tidak menimbulkan masalah ke depannya.
2. Hilangkan pikiran negatif
Selama ini, persepsi yang terbentuk pada dosen killer adalah dosen yang menyeramkan. Padahal, di balik hal itu sebenarnya mungkin ada niat baik untuk memotivasi mahasiswanya agar lebih giat meski dengan cara yang agak keras.
Apabila dosen tersebut termasuk yang pelit nilai, cobalah terus untuk membuktikan bahwa kita layak untuk mendapatkan nilai lebih dari itu dengan cara menjadi mahasiswa yang rajin, disiplin, tekun, dapat diandalkan, dan sebagainya.
Ubahlah pola pikir bahwa dosen killer artinya akhir dari dunia karena sebenarnya hal ini dapat diubah tergantung niat serta mindset terhadap dosen yang seperti itu. Bukan terus menerus mengeluh tanpa ada usaha untuk meningkatkan kemampuan diri pula.
3. Rajin mengikuti kelasnya dan datang tepat waktu
Seberapa sering dosen killer melihat kita di kelas maupun di kampus dapat mempengaruhi sikapnya terhadap kita. Mahasiswa yang tidak suka membolos, datang jauh lebih awal dari jadwal, dan selalu menjaga kedisiplinan diri umumnya menarik bagi dosen.
Ketika dosen sudah sering melihat kita, bahkan sampai hafal nama dan mulai ikut bercanda, hal tersebut artinya kita sudah memiliki poin plus selain nilai akademik. Di sisi lain, beberapa dosen juga menganggap nilai sikap ini lebih penting dari nilai akademik.
4. Aktif di kelas selama proses perkuliahan
Mahasiswa yang aktif di kelas, seperti sering bertanya, menjawab pertanyaan, ikut berdiskusi, menyampaikan pendapat atau gagasan, membantu teman yang kesulitan, dan lain sebagainya sering kali lebih mudah diingat oleh dosen, termasuk dosen killer.
Akan tetapi, aktif di sini jangan disalahartikan sebagai berbuat onar atau keributan karena tentu saja akan menaikkan emosi dosen killer. Namun, tunjukkan bahwa kita benar-benar sedang terlibat dalam rangkaian pembelajaran dan berani untuk bicara atau melakukan sesuatu.
Kalaupun ragu jawaban yang diberikan kurang tepat atau pendapatnya dirasa tidak penting, tetap utarakan saja. Meski dosen yang killer, beliau pasti akan lebih menghargai usaha kita dan tidak marah ketika belum tepat.
5. Pelajari gambaran materi pertemuan yang akan datang
Agar keberjalanan kelas menjadi aktif, dinamis, dan tidak hening saja, sebaiknya pelajari bahan perkuliahan beberapa saat sebelum kelas berlangsung. Baca secara sekilas pun tidak apa-apa yang penting mendapatkan gambaran secara umum.
Dari proses preview tersebut juga kita mungkin akan menemukan beberapa pertanyaan yang nantinya bisa ditanyakan di kelas dan menghidupkan jalannya perkuliahan. Hal tersebut dapat mencegah dosen merasa kesal dan meninggalkan kelas lebih cepat karena kecewa terhadap kelas yang pasif.
6. Mengerjakan tugas dengan serius dan mengumpulkan tepat waktu
Dosen killer biasanya merupakan dosen yang cukup strict terkait aturan kelasnya, termasuk dalam penugasan. Usahakan semaksimal mungkin untuk dapat mengerjakan tugas dengan sebaik yang kita bisa agar hasilnya tidak mengecewakan.
Dosen biasanya akan senang ketika melihat jawaban dari mahasiswa yang orisinil, tidak banyak copy-paste, terstruktur, rapih, jawabannya sesuai dengan konteks pertanyaan atau tugas, serta mengumpulkan sebelum batas akhir waktu pengumpulan.
7. Jaga sikap dan sopan santun
Meskipun dosen killer membuat kita tidak nyaman atau menyebabkan kita merasa tertekan, tetapi hal tersebut tidak lantas membuat kita boleh bertingkah apa saja sebab bagaimanapun juga beliau tetaplah dosen yang memberikan ilmunya.
Justru sebaiknya tetap jagalah sikap ketika bertemu atau berkomunikasi dengan dosen killer sebab dengan begitu dosen killer bisa saja menjadi lebih “lunak” kepada kita. Akan tetapi, bukan berarti cara ini digunakan untuk cari muka semata.
8. Gunakan bahasa yang baik ketika berkomunikasi
Komunikasi merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam relasi dosen dan siswanya. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, tidak berbelit-belit, serta sopan akan memudahkan komunikasi kita dengan dosen killer.
Selain komunikasi secara tatap muka, menghubungi dosen via pesan juga sangat penting untuk diperhatikan agar dosen mau membalasnya. Perhatikan waktu, ucapkan salam, minta maaf karena mengganggu waktunya, perkenalkan diri, tulis hal yang disampaikan dengan singkat dan jelas, serta akhiri dengan ucapan terima kasih.
9. Jangan melawan secara terang-terangan dengan penuh emosi
Konfrontasi langsung dengan emosi yang berapi-api sangat tidak disarankan dalam menghadapi dosen, terutama yang mendapatkan julukan ‘killer’. Hal tersebut dikarenakan bisa berdampak negatif tidak hanya pada kita sendiri, tetapi juga rekan lain.
Pendekatan yang lebih tepat untuk menyampaikan argumentasi kita adalah ketika disampaikan dengan tenang, memiliki bukti yang akurat, serta tidak membuat dosen merasa tersinggung atau sakit hati. Ketika kita memiliki pendapat yang berbeda dan ingin disampaikan, sampaikan dengan baik dan mungkin tidak perlu di depan umum.
10. Fokus selama perkuliahan
Proses perkuliahan merupakan kunci penting karena saat itu mau tidak mau kita akan berinteraksi secara langsung dengan dosen, baik melalui daring maupun luring. Oleh sebab itu, hindari distraksi yang membuat kita tidak fokus dan mindful.
Selain itu, jangan terlalu banyak bercanda dengan teman yang menyebabkan dosen atau rekan lain terganggu karena hal ini dapat membuat dosen berpikir bahwa kita adalah orang yang tidak bersungguh-sungguh, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya.
11. Beri bantuan jika dibutuhkan
Ada kondisi di mana dosen membutuhkan bantuan, seperti ketika membawa buku dan laptop, menghapus papan tulis, membawa proyektor, menayangkan materi, dan lain-lain yang tidak ada salahnya untuk kita bantu.
Hal tersebut menunjukkan kepedulian kita yang dapat menjadi nilai tambah asalkan tidak sekadar hanya untuk mendapat perhatian, tetapi benar-benar tulus. Di sisi lain, bantulah dosen dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah.
Kesimpulannya, dosen killer merupakan dosen yang dianggap “menakutkan” bagi mahasiswa karena sikapnya yang tegas dan perilaku yang tidak terduga sehingga menyebabkan rasa tegang ketika menghadapinya. Diperlukan beberapa cara untuk menghadapi dosen dengan karakter seperti itu.
Mahasiswa dapat memahami dulu karakter dosen, hilangkan pikiran negatif, rajin mengikuti kelasnya dan datang tepat waktu, aktif di kelas selama proses perkuliahan, pelajari gambaran materi pertemuan yang akan datang, serta mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan tepat waktu.
Selain itu, jaga sikap dan sopan santun, gunakan bahasa yang baik ketika berkomunikasi, jangan melawan secara terang-terangan dengan penuh emosi, fokus selama perkuliahan, dan juga beri bantuan jika dibutuhkan. Hal yang harus diperhatikan adalah dosen killer bukanlah suatu hal yang negatif dan harus dihindari sebab tipe dosen yang seperti ini dapat mendorong kita untuk lebih baik.