Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Industri dan Organisasi » 12 Cara Menghadapi Atasan yang Otoriter

12 Cara Menghadapi Atasan yang Otoriter

by Gendis Hanum Gumintang

Terdapat berbagai jenis tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin, salah satunya adalah tipe otokratik. Tipe ini menunjukkan pemimpin yang memiliki kendali penuh dalam satu kebijakan dengan tujuan yang didasarkan oleh pemikirannya sendiri.

Sebenarnya tidak ada yang salah ketika pemimpin memiliki tipe kepemimpinan ini sebab sudah banyak pula pemimpin di dunia yang sukses dengan tipe ini. Akan tetapi, cara menghadapi pemimpinnya harus lebih diperhatikan dan disesuaikan. Berikut adalah 12 cara menghadapi pemimpin yang otoriter.

1. Pahami kepribadian atasan

Pemimpin yang otoriter pasti memiliki kepribadian tertentu. Menurut Alwisol (2019), kepribadian merupakan bagian dari jiwa yang membentuk manusia menjadi satu kesatuan. Dalam satu kepribadian, terdiri atas karakter, sifat, kecerdasan, dan hal-hal lainnya yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari.

Ketika kita sudah mampu memahami kepribadian atasan, maka kita juga bisa membuat strategi atau cara untuk bekerja maupun berkomunikasi. Dengan demikian, apa yang kita lakukan sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan tidak menyebabkan munculnya permasalahan.

2. Ikuti sistem kerja atasan

Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki sistem kerja. Sistem kerja tersebut menjadi bagian dari budaya organisasi yang salah satunya terdiri atas aturan-aturan. Penting bagi karyawan untuk mengetahui secara pasti terkait sistem kerja tersebut yang ada di tempatnya bekerja.

Apabila kita sudah berusaha untuk mengikuti sistem, seperti bekerja secara terstruktur, tepat waktu, mencapai target, dan lain sebagainya, maka atasan yang otoriter sekalipun dapat menunjukkan respect terhadap kita sehingga sikapnya tidak lagi terlalu “keras”.

3. Jaga komunikasi

Komunikasi merupakan aspek yang paling penting dalam hubungan setiap manusia, termasuk antara karyawan dengan atasan. Meskipun mungkin cukup sulit untuk dapat berkomunikasi secara lancar dan tidak menyebabkan rasa tertekan, tetapi hal ini tetap penting untuk dijaga secara terus menerus.

Pilihlah gaya komunikasi yang paling tepat dalam menghadapi atasan. Untuk mengetahui hal ini, coba tanyakan pada karyawan lain atau observasi dari bagaimana cara atasan tersebut berkomunikasi dengan bawahannya. Atasan yang otoriter pada umumnya suka disanjung sehingga ini dapat menjadi tips berkomunikasi.

4. Minta pendapat dan persetujuan

Pada umumnya, kita tidak bisa bertindak sesuka hati dalam bekerja, terlebih ketika bekerja di bawah atasan yang otoriter. Maka dari itu, beberapa hal harus didiskusikan atau dipastikan terlebih dahulu untuk menghindari kekeliruan yang berdampak pada marahnya atasan.

Di sisi lain, atasan yang otoriter cenderung senang jika diminta saran atau pendapatnya sehingga ia dapat terlibat secara penuh dalam proses kerja dan ia juga merasa puas karena pekerjaan berjalan sesuai dengan pikirannya.

5. Disiplin dan profesional

Atasan yang otoriter biasanya sangat tegas, cenderung kaku, serta memiliki perencanaan yang mutlak. Oleh sebab itu, kita harus menjaga kedisiplinan sebaik mungkin dengan cara memahami sistem kerja dan mempersiapkan semuanya sesegera mungkin sehingga mungkin pekerjaan bisa selesai jauh lebih cepat.

Profesionalitas juga sangat diperlukan ketika bekerja di bawah atasan yang otoriter. Jangan sekali-kali mengaitkan urusan pribadi di tempat kerja, bekerja sesuka hati atau sesuai mood, ceroboh, atau hal-hal lainnya yang menunjukkan ketidakprofesionalan.

6. Tetap berpikir dan bersikap positif

Setiap tipe kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, begitu pula pada kepemimpinan otoriter. Di satu sisi memang atasan yang otoriter terkesan negatif, tetapi pemimpin juga memang harus bisa menjadi otoriter sebab ada banyak kondisi tidak terduga yang justru akan membahayakan organisasi atau perusahaan ketika pemimpinnya tidak tegas.

Maka dari itu, jika memiliki atasan yang otoriter tetaplah berpikir positif bahwa semua ini demi kebaikan bersama selama atasan tersebut tidak melanggar hak dan kewajibannya. Tetap jaga pula perilaku di depannya untuk tetap baik, sopan, ramah, dan penuh hormat.

7. Tidak tersinggung

Sering kali, atasan yang otoriter bersikap keras sehingga memunculkan perilaku atau ucapan yang cukup “pedas” sehingga bisa saja melukai perasaan anggotanya. Misalnya, ketika ada yang melakukan sedikit kesalahan, atasan otoriter mungkin akan langsung mengeluarkannya dari keanggotaan.

Akan tetapi, sebenarnya atasan yang otoriter tidak semua menjadi semenyeramkan itu. Terima saja hal-hal yang disampaikan oleh atasan, kemudian minta maaflah ketika situasi sudah membaik sesegera mungkin agar tidak menumpuk dan justru menimbulkan masalah baru atau diungkit kembali nantinya.

8. Tunjukkan kinerja yang baik

Prestasi atau pencapaian yang gemilang dalam bekerja dapat menarik simpati dari atasan meskipun ia otoriter. Atasan akan melihat kita sebagai karyawan yang gigih, rajin, bersungguh-sungguh, serta mampu bekerja dengan maksimal sehingga membawa dampak positif bagi perusahaan.

Penilaian positif dari atasan ini sangat penting dalam bekerja sebab mempengaruhi pula sikap atasan terhadap karyawan. Di sisi lain, pada dasarnya setiap atasan memang menginginkan bawahannya untuk dapat berkontribusi secara aktif dalam keberjalanan perusahaan.

9. Antusias dalam bekerja

Karyawan yang pasif, diam saja, atau tidak menunjukkan inisiatif cenderung tidak mendapat respect dari atasan yang otoriter. Hal ini dikarenakan atasan tidak mengetahui apakah ia diam karena sudah benar-benar paham atau justru karena belum mengerti, tetapi takut untuk bertanya.

Sebaiknya selama bekerja perhatikan betul instruksi atau arahan yang diberikan dan bersungguh-sungguhlah untuk menyelesaikannya. Selain itu, jangan takut untuk bertanya mengenai suatu hal yang belum jelas atau untuk mengkonfirmasi apakah pemahamannya sudah tepat atau belum.

10. Menghormati atasan dan beri ucapan atau hadiah sederhana yang tulus

Jika atasan juga mendapatkan suatu pencapaian, prestasi, atau dalam kondisi tertentu, seperti ulang tahun, menikah, kelahiran anak, dan sebagainya, berikanlah ucapan, pujian, atau pemberian yang tentunya tidak menunjukkan sedang sekadar cari perhatian dan tidak tulus.

Apresiasi tersebut dapat menunjukkan kepedulian dan respect terhadap pemimpin sehingga pemimpin merasa dihormati dan dihargai. Di sisi lain, kita juga dapat memberikan saran-saran sederhana yang sekiranya dapat membantu atasan.

11. Hindari konfrontasi

Konfrontasi atau pertentangan dapat membahayakan hubungan serta situasi kerja antara bawahan dengan atasan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja. Hindari pemberian kritik tajam secara agresif atau memaksakan suatu hal sebab hasilnya akan cenderung sia-sia.

Apalagi jika atasan pada dasarnya sudah sukses dan dalam kondisi yang stabil dalam waktu lama dengan gaya kepemimpinannya yang seperti itu. Dengan demikian, jika ada yang ingin dikritisi, sebaiknya berikan secara baik-baik dan tidak menyinggung

12. Minta bantuan rekan kerja

Apabila kita merasa kebingungan atau tidak tahu bagaimana menghadapi atasan yang otoriter, sebaiknya tanya pada rekan kerja lain yang sudah lebih lama bekerja atau yang biasa beraktivitas dengan atasan sehari-harinya sehingga kita mendapatkan informasi terkait hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak sebaiknya dilakukan.

Kesimpulannya, atasan yang otoriter merupakan pemimpin yang memiliki kendali penuh terhadap mengatur organisasi atau perusahannya. Maka dari itu, diperlukan cara khusus dalam menghadapinya. Terdapat banyak cara untuk menghadapi atasan otoriter.

Karyawan harus bisa memahami kepribadian atasan, mengikuti sistem kerja atasan, menjaga komunikasi, meminta pendapat dan persetujuan, disiplin dan profesional, tetap berpikir dan bersikap positif, tidak perlu tersinggung, menunjukkan kinerja yang baik, antusias dalam bekerja, mntusias dalam bekerja, menghindari konfrontasi, serta meminta bantuan rekan kerja.

Atasan yang otoriter pasti memiliki alasan ketika menerapkan hal tersebut, seperti ingin semuanya lebih terstruktur, terencana, tepat waktu, minim kesalahan, dan sebagainya. Dengan demikian, hargai atasan apa pun tipe kepemimpinannya.

You may also like