Home » Teori Psikologi » Teori Motivasi dalam Psikologi Industri

Teori Motivasi dalam Psikologi Industri

by Barzam

Teori motivasi dalam psikologi industri rupanya sering dibahas dan tidak asing lagi. Psikologi industri dan organisasi memang akan membahas banyak mengenai bagaimana perilaku dan sikap individu pada saat bekerja. Oleh karenanya, ada teori psikologi industri yang banyak membahas mengenai motivasi di dalamnya. Motivasi dalam psikologi industri lebih dikenal sebagai motivasi kerja.

Ini menarik untuk diketahui, terutama untuk menjelaskan bagaimana seseorang bisa tetap produktif karena memiliki suatu motivasi tertentu. Motivasi merupakan bentuk dorongan dari dalam suatu individu untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuannya.

George R. Terry memiliki pengertian mengenai motivasi kerja yang diartikan sebagai keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu. Pengertian ini mungkin sifatnya masih secara umum. Secara lebih spesifik, Sondan P. Siagian menjelaskan bahwa motivasi kerja merupakan keseluruhan proses pemberian motif bekerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja secara ikhlas supaya tujuan organisasi bisa tercapai dengan efisien dan ekonomis. Dari pengertian-pengertian tersebut, kita mungkin akan lebih banyak lagi membahas mengenai banyak hal tentang motivasi kerja ini berdasarkan teori-teori motivasi yang ada. Apa saja teorinya?

  1. Teori A. H. Maslow

Teori kebutuhan Maslow agaknya sudah sangat familiar untuk kita. Teori kebutuhan Maslow ini memang cukup populer. Begitu mendengarnya, kita mungkin sudah membayangkan bentuk segitiga kebutuhan Maslow yang diawali dari tingkat paling dasar hingga tingkat paling puncak. Motivasi kerja seseorang mungkin juga akan dipengaruhi dari teori kebutuhan Maslow ini. Seseorang memiliki motivasi tertentu, terutama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Ada pun bila dijabarkan, kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut:

  • Kebutuhan fisiologis
  • Kebutuhan rasa aman
  • Kebutuhan kepemilikan sosial
  • Kebutuhan penghargaan diri
  • Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar, dimana kebutuhan untuk memenuhi hal-hal yang berguna supaya proses fisiologis bisa berjalan dengan baik seperti misalnya kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, seksual, tidur dan lain sebagainya. Naik lagi ke tingkat di atasnya, kebutuhan akan rasa aman merupakan cakupan kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya atau pertentangan.

Meningkat lagi ke tingkat di atasnya, ada kebutuhan kepemilikan sosial. Di sini individu akan memiliki kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan untuk diterima kelompok, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai. Semakin ke atas lagi, ada kebutuhan akan penghargaan diri. Di sini seorang individu memiliki kebutuhan untuk dihormati dan dihargai orang lain. Psikologi sosial akan banyak terkait di sini. Kebutuhan yang paling puncak adalah aktualisasi diri. Seorang individu memiliki kebutuhan untuk menunjukkan skill, potensi diri, mengemukakan pendapat dan menonjolkan kemampuan diri sendiri.

Berbagai macam kebutuhan-kebutuhan tersebutlah yang kemudian bisa mendorong seseorang untuk bisa lebih aktif dan ikhlas dalam bekerja. Motivasi kerja terbentuk karena adanya hasrat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan berdasarkan hierarki Maslow tersebut.

  1. Teori David Mc Clelland

David Mc Clelland juga terkenal dengan Theory of Needs yang berhasil ia telurkan pada saat melakukan analisis mengenai tiga kebutuhan utama manusia. Kebutuhan utama ini menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi seseorang untuk kemudian bisa bekerja dengan lebih baik. Kita mungkin bisa membaca juga tentang pengertian minat menurut para ahli. Ada pun beberapa macam kebutuhan dari Mc Clelland di antaranya:

  • Kebutuhan untuk mencapai kesuksesan (need for achievement)
  • Kebutuhan untuk kekuasaan atau otoritas kerja (need for power)
  • Kebutuhan untuk afiliasi (need for affiliation)

Apabila dijabarkan satu persatu, kita bisa memulainya dari kebutuhan untuk mencapai kesuksesan. Di sini kesuksesan bisa menjadi dasar seseorang untuk bekerja lebih keras. Biasanya kesuksesan itu memiliki indikator berupa standar yang diterapkan oleh suatu perusahaan.

Selain kebutuhan untuk sukses, ada juga kebutuhan untuk kekuasaan atau otoritas kerja. Ini tidak diartikan sebagai individu yang kemudian akan berusaha keras dalam mencari sebuah kekuasaan, melainkan lebih kepada kebebasan dalam mengemban tugas kerjanya. Yang terakhir, ada kebutuhan untuk afiliasi atau menjalin kerja sama dengan rekan kerja.  Semuanya bisa menjadi komponen yang utuh sebagai bentuk dalam motivasi kerja.

  1. Teori Mc Gregor

Teori yang dikemukakan oleh Mc Gregor termasuk jenis teori yang menarik. Mc Gregor memiliki pandangan terhadap individu, bahwa ada dua karakteristik yang bisa muncul jika dilihat dari motivasi kerjanya. Individu dengan sikap negatif disimbolkan dengan tanda X, sementara individu dengan sikap positif disimbolkan dengan tanda Y. Penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan karyawan membuat Mc Gregor menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut:

Teori X (negative) merumuskan asumsi seperti:

  • Manusia sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia akan menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja.
  • Semenjak manusia tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus diatur dan di kontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
  • Manusia akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan formal sebisa mungkin.
  • Kebanyakan manusia menempatkan keamanan dan di atas faktor lainnya yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya dengan sedikit ambisi.

Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:

  • Manusia dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan alamiah
  • Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrakan diri sendiri jika mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.

Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah tersebar secara meluas diberbagai kalangan tidak hanya dari kalangan top manajement/dewan direksi jadi teori MC. Gregor ini lebih memihak kepada asumsi-asusmi Y dari perilaku sumber daya manusia di dalam organisasi.

You may also like