Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » Teori Gender Dalam Psikologi Sosial – Konsep – Karakteristik – Aliran

Teori Gender Dalam Psikologi Sosial – Konsep – Karakteristik – Aliran

by Bernadet Maress

Kata gender diambil dari bahasa Inggris yang memiliki arti jenis kelamin. Sedangkan jika dilihat secara umum, gender memiliki arti perbedaan pada laki laki dan perempuan yang dilihat dari tingkah laku dan juga nilai. Sementara teori gender dalam psikologi sosial, gender merupakan hal menyangkut karakteristik kepribadian yang ada dalam setiap individu seperti maskulin, feminine, androgini dan juga tak terbedakan dimana masing masing karakteristik tersebut akan sangat berpengaruh pada perilaku individu.

Konsep Umum Gender

Dalam The Oxford Encyclopedia of The Modern World, gender mengartikan pengelompokkan individu dalam urusan tata bahasa yang dipakai untuk memperlihatkan ada tidaknya kepemilikan pada satu ciri jenis kelamin tertentu. Sedangkan menurut Illich, gender merupakan satu dari tiga jenis kata sandang dalam tata bahasa yang berhubungan dengan perbedaan jenis kelamin, yang membedakan kata benda menurut sifat penyesuaian dan dibutuhkan saat kata benda tersebut digunakan dalam kalimat.

Konsep Psikologi Tentang Gender

Gender dalam psikologi didefinisikan sebagai gambaran sifat, sikap dan juga perilaku antara laki laki dan perempuan. Sedangkan menurut Whitley dan Bernard, gener dibedakan antara maskulin dan feminin, sementara menurut Santrock, gender memiliki peran seperti apa dan bagaimana seharusnya untuk melakukan, merasakan dan juga memikirkan yang dilakukan setiap individu sebagai maskulin atau feminin.

Bem mengelompokkan 4 klasifikasi ruang lingkup psikologi sosial tentang gender yakni maskulin, feminin, androgini dan juga tak terbedakan. Individu dengan gender feminin berbeda perilaku proporsional realitas kehidupan sosial jika dibandingkan dengan gender maskulin. yang terjadi karena gender feminin mempunyai karakteristik seperti hangat dalam interpersonal, senang berafiliasi, sensitif, senang merasa iba, kompromistik dan sebagainya. Sedangkan maskulin tidak terlalu hangat, senang dengan kehidupan berkelompok, tidak terlalu responsif dalam hal yang berhubungan dengan emosi dan sebagainya.

Teori Pembentukan Gender

Dalam ilmu psikologi sosial yang merupakan cabang cabang psikologi, teori pembentukan gender terdiri dari 6 yakni teori biologis, teori kultural, teori freudian, teori belajar sosial, teori perkembangan kognitif dan juga teori skema gender.

  1. Teori Biologis

Perbedaan antar peran gender berhubungan dengan biologis laki laki dan perempuan dimana perbedaan ini adalah alami begitu juga dengan sifat peran gender feminin dan maskulin yang terbentuk. Perbedaan biologis inilah yang membuat perbedaan antara laki laki dan perempuan sehingga sifat stereotype peran gender akan sulit untuk diubah. Perbedaan fisik laki laki dan perempuan akan memberikan implikasi yang signifikan pada kehidupan publik perempuan yang membuatnya memiliki sedikit peran jika dibandingkan dengan laki laki.

  1. Teori Kultural

Menurut teori ini, pembentukan gender tidak disebabkan karena perbedaan biologis laki laki dan perempuan namun karena sosialisasi atau kulturalisasi. Dalam teori ini tidak mengakui sifat alami peran gender namun hanya sifat gender yang dikonstruksi sosial budaya lewat proses sosialisasi sehingga dalam teori ini membedakan jenis kelamin atau sex, konsep natura dan juga gener konsep nurture. Nature tidak akan bisa diubah sedangkan peran gender bisa diubah lewat budaya atau teknologi.

  1. Teori Freudian

Teori ini beranggapan jika seorang anak belajar mengenai peran gender dari lingkungan sekitar sebab anak mengidentifikasikan perilaku orang tua. Anak laki laki akan mengidentifikasi perilaku ayah yang membuatnya berperilaku seperti laki laki dan anak perempuan yang belajar dari peran ibu dalam keluarga sehingga dalam proses identifikasi ditemukan anak lewat perbedaan genital jenis kelamin.

  1. Teori Belajar Sosial

Dalam teori belajar sosial memposisikan sumber sex typing di latihan membedakan jenis kelamin pada komunitas masyarakat. Keutamaan dalam teori ini ialah implikasi perkembangan psikologi laki laki dan perempuan yang memiliki prinsip umum sama dengan proses belajar lainnya. Untuk itu, jenis kelamin atau sex tidak dipertimbangkan secara istimewa, tidak memiliki mekanisme atau proses psikologis khusus yang harus dipostulasi untuk menjelaskan anak menjadi sex typed. Dalam teori ini memperlakukan anak sebagai agen aktif yang berusaha untuk melakukan koordinasi sekaligus memahami dunia sosial.

  1. Teori Perkembangan Kognitif

Dalam teori perkembangan kognitif, individu sebagai organisme aktif, dinamis dan juga mempunyai kemauan untuk berpikir. Individu bisa dan berhak untuk membuat pertimbangan serta keputusan sesuai dengan kemauan dan kemampuannya masing masing. Sex typing akan mengikuti prinsip natural dan tidak bisa terhindar dari perkembangan kognisi. Individu bisa bekerja aktif untuk memahami dunia sosial dan akan melakukan kategorisasi pada diri sendiri sebagai laki laki atau perempuan.

  1. Teori Skema Gender

Teori ini adalah kombinasi antara teori belajar sosial dan teori perkembangan kognitif dimana pengaruh lingkungan sosial dan peran individu akan dikombinasikan untuk membentuk gender lewat skema gender. Dalam teori ini berasumsi jika sex typing merupakan fenomena yang dipelajari sehingga bisa dimodifikasi atau dihindari.

Karakteristik Peran Gender

Seperti yang sudah dibahas diatas, karakteristik peran gender dibedakan menjadi 4 jenis yakni maskulin, feminin, androgini dan juga tak terbedakan.

Maskulin

Karakteristik gender maskulin digambarkan sebagai sosok individu kuat, berani, tegas, independen, bersemangat, teguh, penuh harga diri dan memiliki rasa percaya diri yang merupakan beberapa sikap pria yang disukai wanita. Kemungkinan, sifat ini terbentuk dari kebiasaan pada pekerjaan serta tugas yang beragam serta mengandung tantangan dan polemik. Karakteristik sifat dari peran gender maskulin dari Sarah adalah sebagai berikut:

  • Kemampuan memimpin: Aktif, memiliki kemauan keras, konsisten, bisa memimpin, optimis, sportif dan pemberani.
  • Sifat maskulin: Melindungi, matang, mandiri, percaya diri dan dewasa.
  • Rasionalitas: Suka dengan pengalaman baru, rasional dan tenang dalam keadaan krisis.

Feminin

Menurut Pendhazur dan Tetenbaum serta bernard, karakteristik peran gender feminin lebih kepada sifat hangat dalam hubungan personal dan lebih senang berafiliasi dengan orang lain dibandingkan mendominasi. Gender feminin lebih sensitif dan tanggap pada keadaan yang lain, memiliki emosi dalam psikologi, lebih berhati hati sehingga tidak menyinggung orang lain serta senang menyenangkan orang lain, pemalu dan bersifat royal. Sahran beranggapan jika karakteristik gender feminin adalah sebagai berikut:

  • Kasih sayang: Perhatian terhadap keserasian, sering merasa kasihan, penyayang, tulus dan tabah.
  • Kelembutan: Hangat, memiliki budi halus, hemat, lembut dan berhati hati.
  • Feminin: Ramah, memerlukan rasa aman dan memperhatikan etika serta kerapihan.

Androgini

Androgini yang merupakan kombinasi dari maskulin dan feminin ini mengartikan adanya sifat maskulin dan feminin yang sama dalam individu. Contoh dari karakteristik androgini ini diantaranya adalah memiliki sifat dominan dan nurturance, rasional serta pengertian, asertif, sensitif dalam hubungan interpersonal dan bisa mengintegrasikan sifat maskulin serta feminin sama baik dalam diri di berbagai situasi dan peran gender lainnya serta macam macam sifat manusia gabungan lainnya.

Tak Terbedakan

Karakteristik gender tak terbedakan memiliki maskulinitas dan feminin rendah sehingga terlihat sebagai individu yang memiliki proporsional rendah jika dibandingkan dengan tiga gender lainnya.

Aliran Fenisime

Pada era 1990, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang menjadi salah satu struktur penting pada masyarakat modern. Marginalisasi peran perempuan pada institusi sains dianggap sebagai dampak karakteristik patriarkal yang erat dalam institusi sains. Ada beberapa jenis aliran feminisme diantaranya liberal, radikal, post modern, anarkis dan sosialis.

  1. Feminisme Liberal

Pandangan yang memposisikan perempuan mempunyai kebebasan penuh dan individual yang menyatakan kebebasan dan keasamaan berakar dari rasionalitas dan pemisah antara dunia publik dan privasi. Setiap manusia mempunyai kapasitas berpikir dan bertindak rasional begitu juga dengan perempuan. Ketertindasan dan keterbelakangan perempuan terjadi karena kesalahan yang dilakukan perempuan itu sendiri.

Kaum perempuan seharusnya mempersiapkan diri supaya bisa bersaing dalam persaingan bebas dan memiliki kedudukan yang sama dengan laki laki dalam teori identitas sosial. Tokoh dari aliran ini adalah Naomi Wolf sebagai feminisme kekuatan yang merupakan solusi dan kini perempuan sudah memiliki kekuatan dalam segi pendidikan dan pendapatan serta tetap harus menuntut persamaan hak dan sudah saatnya untuk bebas memiliki kehendak tanpa bergantung dengan laki laki.

  1. Feminisme Radikal

Ini terjadi sejak pertengahan tahun 1970 yang menawarkan ideologi perjuangan separatisme perempuan yang dalam sejarahnya muncul karena reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial atas dasar jenis kelamin. Pada sekitar tahun 1960 lebih mengutamakan untuk melawan kekerasan seksual dan juga industri pornografi dan pemahaman penindasan laki laki pada perempuan merupakan fakta pada sistem masyarakat yang ada sekarang ini.

  1. Feminisme Pest Modern

Ide posmo adalah perkembangan psikologi sosial yang merupakan ide anti absolut dan juga anti otoritas serta kegagalan modernitas dan pemilahan berbeda beda pada setiap fenomena sosial sebab pertentangan pada universal pengetahuan ilmiah dan juga sejarah. Mereka kemudian berpendapat jika gender tidak memiliki arti identitas atau struktur sosial.

  1. Feminisme Anarkis

Feminisme anarkisme lebih memiliki sifat sebuah paham politik yang menginginkan masyarakat sosialis serta beranggapan jika negara dan laki laki merupakan sumber masalah yang harus segera dihancurkan .

  1. Feminisme Sosialis

Paham yang beranggapan jika tak ada sosialisme tanpa pembebasan perempuan dan tidak ada pembebasan perempuan tanpa sosialisme.

Teori gender dalam psikologi sosial membuktikan masih adanya ketimpangan peran gender dalam sebuah masalah dari sisi buruk perilaku yang berkaitan dengan maskulin dan tidak hanya lewat perspektif perempuan saja namun juga harus secara empati dilihat dari sisi pria.

You may also like