Teori cinta dalam psikologi sosial berusaha menjelaskan bentuk cinta yang mungkin selama ini kita anggap sebagai sesuatu yang abstrak. Cinta memang suatu hal yang akan terbentuk dan bisa diamati dalam perilaku seseorang. Bentuk cinta ini memang ada banyak sekali macamnya. Jenis-jenis cinta dalam psikologi juga akan bervariasi. Banyak tokoh yang mengemukakan mengenai apa itu cinta menurut psikologi. Psikologi memang membahas mengenai perilaku seseorang, tak heran bila kemudian cinta juga menjadi bagian yang sering dibahas juga dalam psikologi cinta.
Berikut ini adalah beberapa macam teori cinta yang bisa kita pelajari. Kita akan mengetahui seperti apa gambaran cinta tersebut. Bahkan, beberapa teori mungkin akan menggambarkan cinta dengan spesifik sehingga kita bisa mengetahui bentuk cinta itu sendiri seperti apa. Siapa tahu, kita juga bisa mendapatkan fakta psikologi tentang jatuh cinta. Dengan mempelajari jenis-jenis cinta dalam psikologi, setidaknya kita akan mengetahui bahwa ada banyak sekali jenis dari cinta itu sendiri.
- Teori Roda Warna tentang Cinta
John Lee dalam buku klasiknya The Colors of Love pada tahun 1973 menggambarkan teorinya tentang cinta. Cinta dianalogikan layaknya seperti lingkaran warna (color wheel atau color circle). Dalam teorinya, ada ilustrasi abstrak yang menggambarkan hubungan antara warna-warna primer, warna sekunder dan warna komplementer. Lee menjelaskan warna utama dalam cinta ada tiga macam yang disebut sebagai Eros, Ludos dan Storge. Eros merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan cinta yang paling ideal. Sementara itu, Ludos merupakan cinta yang sifatnya hanya permainan saja. Storge adalah cinta yang dianggap sebagai sebuah persahabatan saja.
Dari ketiga macam warna tersebut, maka Lee membuat analogi cinta sama halnya dengan pencampuran warna. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
- Eros + Ludos akan menghasilkan Mania. Mania merupakan bentuk cinta yang obsesif.
- Ludos + Storge akan menghasilkan Pragma. Pragma adalah bentuk cinta yang realistis dan praktis.
- Eros + Storge akan menghasilkan Agape. Agape merupakan bentuk cinta yang tanpa pamrih.
- Suka vs Cinta
Zick Rubin adalah seorang psikolog yang menjabarkan teorinya tentang cinta, dimana cinta yang romantis itu terdiri dari tiga macam unsur yakni keterikatan (attachment), kepedulian (caring) dan keintiman (intimacy). Keterikatan disebut sebagai suatu kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dan kontak fisik dengan orang lain. Sementara itu, kepedulian merupakan bentuk kemampuan individu dalam memberikan kebahagiaan untuk orang lain dan juga kemampuan untuk menghargai orang lain. Keintiman memiliki pengertian tentang kebutuhan berbagi pemikiran, keinginan dan perasaan dengan orang lain.
Dari berbagai macam unsur tersebut, Rubin kemudian merancang skala tentang menyukai dan mencintai. Skala ini dikenal sebagai Rubin’s Scales of Liking and Loving. Skala ini bisa digunakan apakah seseorang hanya sebatas menyukai sesuatu atau memang benar-benar berada pada tahap mencintai. Dalam penelitiannya, Rubin mengidentifikasi bahwa hubungan antar teman biasanya akan saling menyukai sementara hubungan dengan pasangan berada dalam tahap mencintai.
Cinta memang merupakan bentuk yang kompleks. Biasanya cinta disebut sebagai sesuatu yang abstrak. Namun demikian, skala dari Rubin bisa digunakan untuk menggambarkan perbedaan dari menyukai dan mencintai.
- Teori Segitiga tentang Cinta
Teori yang tidak kalah populer adalah teori segitiga cinta oleh Robert Sternberg. The Triangular Theory of Love menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga komponen dalam cinta. Komponen tersebut di antaranya keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment).
Komponen-komponen tersebut bisa dijabarkan menjadi beberapa macam pengertian yang memang berbeda satu sama lain. Keintiman adalah komponen yang mencakup perasaan keterikatan, kedekatan, keterhubungan. Passion merupakan komponen yang mencakup cinta romantis dan daya tarik seksual. Sementara untuk komitmen, ini lebih mencakup tentang keputusan untuk tetap bersama dengan pasangan dalam waktu yang panjang.
Teori cinta Sternberg menjelaskan bahwa ketiga unsur ini bisa saling dikombinasikan dan menghasilkan jenis cinta yang berbeda. Sebagai contoh, kombinasi antara keintiman dan komitmen akan menghasilkan cinta yang penuh kasih sayang (compassionate love). Sementara kombinasi antara gairah dan keintiman bisa menghasilkan gairah cinta (passionate love). Hubungan cinta yang mungkin paling sempurna, digambarkan oleh Sternberg sebagai kombinasi antara ketiga komponen cinta (keintiman, komitmen dan gairah). Cinta ini adalah cinta sempurna (consummate love). Namun demikian, Sternberg sendiri menyangsikan bahwa ada bentuk cinta yang sempurna.
- Kasih Sayang vs Gairah
Elaine Hatfield, seorang psikologi Universitas Hawaii memiliki teori tentang cinta yang digambarkan ke dalam dua macam tipe dasar. Hatfield menyebutkan bahwa pada dasarnya cinta dibagi menjadi dua macam, yakni cinta kasih sayang (compassionate love) dan gairah cinta (passionate love). Cinta kasih sayang ditandai dengan rasa keterikatan, rasa saling peduli, kepercayaan dan saling menghormati atau menghargai. Kasih sayang bisa tumbuh dengan berbagai macam rasa yang menarik tersebut.
Berbeda dari compassionate love, cinta dengan landasan gairah ditandai dengan emosi yang intens, daya tarik seksual, afeksi dan kecemasan. Saat cinta terbalas, seseorang bisa menjadi lebih gembira dan bahagia. Sementara saat cinta tidak terbalaskan, seseorang akan menjadi sedih hingga putus asa. Teori cinta dalam psikologi sosial ini memang memiliki gambaran tentang bagaimana sebuah cinta yang bisa dibentuk dari faktor kenyamanan di dalamnya.
Demikian penjelasan mengenai peran dari teori cinta dalam psikologi sosial dimana memiliki peran penting untuk mengembangkan sisi psikologis manusia yang pada dasarnya memang membutuhkan cinta.