Psikologi sosial merupakan satu dari cabang cabang psikologi dalam konteks sosial yang bisa diterapkan dalam hidup berkeluarga, sekolah, politik, kantor, lingkungan, negara dan lain sebagainya. Psikologi sosial sendiri tidak mempelajari tentang sesuatu yang tidak terlihat dan juga tidak terukur. Psikologi sosial lebih kepada menghubungkan beberapa aspek psikologi sosial dari psikologi sosial dengan proses dan juga struktur kognitif mendasar. Objek studi dari psikologi sosial adalam tingkah laku yang terjadi dalam konteksi sosial atau pada lingkungan sosialnya. Untuk itu, masalah pokok yang dipelajari merupakan pengaruh sosial atau perangsang sosial. Dalam psikologi sosial ini dibahas tentang beberapa hal yang berhubungan dengan psikologi sosial dan secara umum terdapat beberapa hal primer yang menjadi kajian perspektif dalam psikologi sosial yang akan kami ulas dalam kesempatan kali ini.
- Perspektif Perilaku
Perspektif perilaku dikemukakan John B. Watson dimana dalam metode penelitian psikologi ini ia menyarankan agar perspektif ini tidak hanya dijadikan sebagai sebuah alternatif pendekatan instinktif saja akan tetapi juga dijadikan sebuah alternatif primer yang fokus dalam masalah pemikiran, imajinasi dan juga pencerahan. Perspektif ini kemudian dikembangkan dalam dua teori turunan yakni:
- Teori pembelajaran langsung atau social learning theory: Dikemukakan Neil Miller dan John Dollard dimana menurut keduanya aktivitas peniruan konduite yang dilakukan orang lain terjadi bukan karena faktor biologis namun memiliki unsur pembelajaran.
- Teori pertukaran sosial: Proses interaksi dengan orang lain dimotivasi dengan imbalan yang dikemukakan oleh 5 orang ahli yakni John Thibaut, Harold Kellet, George Homans, Richard Emerson dan juga Peter Blau yang merupakan pakar dalam bidang sosiologi. Mereka berpendapat jika seseorang akan berperilaku seperti orang lain jika dalam proses tersebut terdapat unsur yang menguntungkan sehingga tidak terjadi hanya karena meniru namun lebih kepada perhitungan menguntungkan.
- Perpektif Kognitif
Dalam perpektif kognitif ini terdapat tiga teori yang menjadi landasan perspektifnya yakni teori Medan, teori kognisi kontemporer dan juga teori atribusi dan konsistensi sikap. Dalam teori Medan yang dikemukakan Kurt Lewin melakukan kajian masalah konduite sosial dengan memakai pendekatan konsep medan atau ruang kehidupan untuk jenis jenis metode pembelajaran. Menurut pandangan Lein, agar bisa paham dengan perilaku seseorang, maka harus dihubungkan dengan konteks lingkungan dimana konduite eksklusif terjadi.
Dengan begitu, teori Medan tersebut menjelaskan tentang situasi yang ada di sekitar individu yang akan berpengaruh pada perilakunya dimana dalam teori ini hampir serupa dengan konsep Gestalt yang melihat jika keberadaan unsur atau bagian akan saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
Sedangkan untuk teori artibusi dan konsistensi sikap yang dikemukakan Fritz heider seorang psikolog Jerman mengatakan jika organisasi sikap adalah cara untuk menghindar dari sebuah konflik. Proses organisasi ini dilakukan dalam kerangka sebab dan akibat sehingga seseorang bisa menyesuaikan dengan pemikiran orang orang disekitarnya.
Sementara dalam teori kognitif kontemporer melihat manusia sebagai sebuah objek yang aktif dalam menggunakan, menerima dan juga merekayasa sekaligus memindahkan operasi. Dalam teori ini lebih berpusat tentang bagaimana seseorang memproses sebuah informasi yang ada dari lingkungan ke dalam susunan pribadi diri sendiri. Dalam teori ini percaya jika konduite sosial tidak bisa dipahami tanpa disertai dengan informasi proses mental yang bisa dipercaya.
- Perspektif Struktural
Perspektif struktural disusun dari jalinan interaksi manusia lewat proses yang bersifat stabil. Struktur yang diterima oleh seseorang berasal dari struktur yang sudah terbentuk dari generasi sebelumnya lewat sosialisasi. Ada tiga jenis teori yang menjadi landasan perspektif struktural yakni teori pernyataan asa, teori peran dan juga teori posmodernisme.
Dalam teori peran yang dikemukakan oleh Robert Linton dideskripsikan tentang interaksi sosial lewat perumpamaan seorang aktor yang sedang bermain dalam sebuah film sehingga seseorang akan menjalani kehidupan atas dasar sesuatu yang sudah diterapkan padanya sehingga menghasilkan macam macam sifat manusia. Sebagai contoh, seorang dokter yang mengobati pasien dan polisi yang menangkap penjahat.
Sedangkan teori pernyataan asa dari Joseph Berger melihat konduite dari sudut pandang mikro dimana dalam teori ini diyakini jika seorang manusia mempunyai asa yang baik pada diri mereka sendiri atau pada orang lain berdasarkan pada tugas dan juga peran yang mereka miliki. Asa tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada proses hubungan seseorang dengan kelompok.
Untuk konsep ketiga yakni posmodernisme terjadi karena tanggapan atas global modern yang mengemukakan jika dalam kehidupan modern seseorang akan kehilangan sikap individualitas yang dimiliki dan diganti dengan kumpulan gambar diri sendiri yang dipakai manusia untuk sementara dan setelahnya akan ditinggalkan.
- Perspektif Interaksionis
Perspektif interaksionis ini pada awalnya dikembangkan seorang sosiolog bernama George Herbert Mead dimana menurutnya seseorang yang ikut serta dalam sebuah kelompok sosial akan mewujudkan konduite bersama atau dikenal sebagai budaya. Dalam perspektif ini ada dua teori yang relevan yakni teori hubungan simbolis dan juga teori identitas.
Dalam teori simbolis dikatakan jika konduite manusia berpengaruh dengan simbol yang diberikan dari orang lain begitu juga sebaliknya. Simbol yang diberikan mempunyai makna tentang perasaan, tujuan atau pikiran sosial yang lebih besar sebagai cara meningkatkan persepsi antar pribadi. Sedangkan dalam teori identitas dari Sheldon Stryker dikatakan jika interaksi yang saling berpengaruh pada setiap individu dengan susunan sosial lebih besar. Teori Stryker ini merupakan kombinasi dari konsep peran dan konsep diri sehingga manusia bisa paham tentang diri sendiri yang kemungkinan berbeda dengan paham orang lain. Untuk itu, semakin banyak peran yang dimiliki seseorang dalam hubungan sosial masyarakat, maka akan semakin banyak bukti diri yang juga dimiliki.
- Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial atau social exchange theory dikatakan jika seseorang masuk dalam hubungan pertukaran dengan orang lain yang disebabkan karena orang tersebut memperoleh imbalan atau keuntungan atau dengan kata lain ada hubungan perilaku dengan sikap. Sebagai contoh beberapa pola perilaku pedagang dan pembeli di pasar yang hanya akan bisa berjalan dengan baik jika semua pihak memperoleh keuntungan. Untuk itu, perilaku seseorang akan timbul berdasarkan sebuah perhitungan yang menguntungkan untuk diri sendiri dan jika merugikan maka tidak akan ditampilkan.
Inti dari teori ini adalah perilaku seseorang yang hanya bisa dijelaskan dengan sesuatu yang dapat diamati dan bukan karena proses mentalistik. Semua teori yang dipengaruhi perspektif ini lebih menekankan pada hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungan.
- Perspektif Teori Behavioristik
Dalam perspektif ini menekankan pada cara individu sebagai organisme yang membuat respons pada stimulus lingkungan lewat proses belajar. Pada penerapan teori behavioristik dalam psikologi sosial ini, hubungan stimulus dengan respon adalah paradigma paling utama yang lebih terjamin jika beberapa aktivitas ilmiah yang dilakukan seperti seorang psikologi hewan. Stimulus akan masuk dalam kotak hitam yang hanya untuk mengeluarkan respons tertentu dengan wujud yang pasti.
- Perspektif Field Theory
Perspektif field theory dari Kurt Lewin berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup [life space]. Kurt Lewin berpendapat jika semua peristiwa perilaku seperti bertindak, bermimpi dan juga keinginan adalah fungsi dari ruang hidup. Perilaku manusia termasuk perilaku sosial adalah hasil dari interaksi karakteristik kepribadian individu dan juga lingkungan yang saling berhubungan antara satu sama lain.
- Perspektif Etnometodologi
Perspektif Etnometodologi umumnya dipakai oleh para ahli antropologi berhubungan dengan metode untuk analisa keyakinan dan juga praktek hidup yang dilakukan oleh orang orang asli di sebuah daerah tertentu. Dalam makna yang bersifat literer, Etnometodologi memiliki arti prosedur yang dipakai orang secara etnis dalam wilayah geografis dan juga kebudayaan tertentu termasuk juga untuk perilaku sosial.
Hal ini berbeda dengan interaksi simbolik yang lebih mementingkan interaksi antar individu, perspektif etnometodologi lebih fokus pada metode yang menggambarkan carra seseorang untuk mengkonstruksi interaksi dan juga citra hidup sosial yang nantinya juga akan berpengaruh pada kehidupan sosial.
- Perspektif Teori Peran
Pada perspektif teori peran dalam psikologi ini mengartikan sekumpulan norma yang mengatur individu yang ada dalam sebuah posisi atau fungsi sosial tertentu dengan keharusan untuk berperilaku tertentu. Dalam perspektif ini memberikan penjelasan tentang perilaku sosial dengan penekanan pada konteks status, fungsi dan juga posisi sosial yang ada dalam masyarakat.
- Perspektif Convergensi
Dalam perspektif yang ini beranggapan jika perkembangan pribadi manusia dipengaruhi dua faktor yakni pembawaan dan juga lingkungan serta faktor luar dan dalam atau indogen dan exogen. Perspektif ini beranggapan jika manusia baru bisa berkembang jika bergaul dengan masyarakat sehingga mengartikan jika lingkungan tidak bisa mengembangkan potensi, maka potensi tersebut juga tidak mampu untuk berkembang. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki bakat menyanyi namun lahir dalam lingkungan yang berkembang di bidang olahraga, maka tidak mungkin bakat tersebut bisa dikembangkan.
Perspektif dalam psikologi sosial sangat penting dipelajari agar bisa membantu pemahaman tentang perbedaan perilaku diantara individu sehingga setiap individu nantinya bisa berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu, peran dari ilmu psikologi sosial ini amatlah penting dalam interaksi antara sesama manusia.