Jika kamu adalah mahasiswa ilmu psikologi, dapat dipastikan jumlah ceweknya lebih banyak daripada cowok. Nggak hanya di kelas. Kalau kamu jalan ke fakultas pun, pasti dosen cewek lebih banyak daripada dosen cowok.
Bisa dibilang perempuan cukup mendominasi dalam ilmu psikologi. Namun sebenarnya ini nggak aneh. Kalau kita melacak sejarah, perempuan sudah ikut berperan dalam lahir dan berkembangnya ilmu psikologi. Sejak seabad yang lalu, 1 di antara 10 psikolog di Amerika adalah perempuan. Ini membuat perempuan dalam ilmu psikologi nggak bisa dipandang sebelah mata.
Tentu ilmu psikologi
harus bangga karena sejak awal bidang keren ini sudah meninggikan
perempuan.
Karena keistimewaan itu, kaum hawa memberikan banyak sumbangsih besar di bidang
ini.
Berikut ini 11 Perempuan yang Berjasa di
Bidang Psikologi.
1. Karen Horney : Psikoanalisa
Membahas psikoanalisa pasti nggak lengkap tanpa ngomongin Karen Horney. Karen Horney, lahir pada 16 September 1885, adalah seorang psikolog neo Freudian yang dikenal karena jasanya terhadap ilmu psikologi femininisme. Ketika Sigmund Freud mengajukan teori penis envy (rasa iri perempuan karena nggak punya penis), Horney maju dan mengkonternya dengan teori womb envy. Baca juga mengenai : pentingnya olahraga untuk kesehatan mental
Womb envy adalah teori yang menyatakan rasa iri pada pria karena nggak memiliki rahim, dan sebagian tindakan abnormal yang dilakukan pria terjadi karena ingin menutupi rasa iri tersebut. Teori yang berani! Karena pemikirannya itu, Horney membuka perhatian yang lebih terhadap ilmu psikologi perempuan. Baca juga mengenai : dampak prostitusi bagi kesehatan mental wanita
Nggak hanya itu, ia juga menyumbangkan teori lain seperti teori kebutuhan neurotis. Serta, ia mengajukan pendapat bahwa manusia mampu mengambil peran mengenai kesehatan mentalnya. Karen Horney telah memberi banyak kontribusi, dan namanya kini dihormati oleh psikolog modern. Baca juga mengenai : alasan tidak boleh mengabaikan gangguan mental
2. Anna Freud : Mekanisme Pertahanan Ego
Seperti apa rasanya jadi anak seorang legenda besar seperti Sigmund Freud? Anak biasa mungkin akan mengkeret dan terbebani, namun Anna Freud bangkit dan menyempurnakan teori ayahnya. Anna Freud berkembang menjadi psikolog, sama seperti sang ayah. Baca juga mengenai : alasan pentingnya keluarga dalam menjaga kesehatan mental
Tidak hanya itu, ia mengembangkan teori Sigmund Freud mengenai psikoanalisa, dan membuka jalan psikoanalisa khusus anak. Anna Freud jugalah yang mengembangkan teori tentang mekanisme pertahanan ego, membuat teori psikoanalisa semakin tajam. Baca juga mengenai : alasan kenapa bernostalgia bisa menyehatkan mental
Sejak itu, Anna diakui tidak hanya sebagai anak dari orang besar. Iapun dikatakan tak kalah hebat dari sang ayah. Pemikirannya luas dan diakui. Bahkan ia juga mempengaruhi pemikiran “tokoh besar” lainnya, yaitu Erik Erikson. Layak bila kita bilang Anna Freud sudah berdiri sejajar dengan sang ayah, Sigmund Freud.
3&4. Isabel Briggs Myers dan Katharine Briggs : MBTI
Duo ibu dan anak ini adalah pencetus alat tes yang populer. MBTI adalah indikator tipe kepribadian dalam diri manusia. Di dalam MBTI ada empat kontinum: Introversion Extroversion, Intuition Sensing, Thinking Feeling, Judging Perceiving. Pada akhirnya, kombinasi dari empat kontinum itu menghasilkan 16 kepribadian.
16 tipe kepribadian ini dicintai banyak orang. Ia tidak hanya menjelaskan bagaimana pribadi seseorang, ia juga bisa memprediksi bagaimana seseorang akan bekerja dan bagaimana sikapnya terhadap pasangan. Karena teori ini “mudah dikonsumsi” masyarakat, teori ini dengan cepat diterima.
Teori ini bermula ketika Briggs mencoba menciptakan teori kepribadiannya sendiri. Ia melakukannya dengan membaca berbagai buku dan mengamati perilaku anggota keluarganya. Teori belum rampung, Briggs tanpa sengaja menemukan karya Jung berjudul Psychological Types.
Karya ini menyentak Briggs, karena tidak hanya mirip dengan teorinya, teori Jung malah lebih baik. Karena itu, Briggs bertekad membuat teori Jung menjadi sesuatu yang mudah digunakan oleh masyarakat. Atas dasar itulah MBTI lahir.
Beberapa tahun setelah proyek pribadi ini dimulai, Isabel Briggs Myers ikut membantu menyempurnakan MBTI. Myers datang setelah menimba ilmu statistika ilmu psikologi dari Edward Hay. Yang unik, baik Myers maupun Briggs bukan lulusan ilmu psikologi.
Mereka mempelajari ilmu psikologi secara otodidak. Itupun nggak semuanya dipelajari, hanya bagian bagian tertentu saja. Walaupun bukan berasal dari bangku pendidikan resmi, namun karya mereka berdua tetap diakui dan digunakan oleh jutaan orang setiap tahunnya.
5. Mary Ainsworth : Teori Kelekatan
Siapapun yang membahas ilmu psikologi kelekatan anak dengan orang tua, pasti akan mengenal nama yang satu ini. Mary Ainsworth. Ainsworth adalah pelopor pentingnya kelekatan anak dengan orang tua saat kecil. Ia juga yang memulai sebuah teknik asesmen yang bernama “Strange Situation” atau “Situasi Asing”.
Dalam penelitiannya mengenai kelekatan anak dan ibu, Ainsworth menempatkan anak dan ibu di dalam sebuah ruangan yang asing. Ainsworth kemudian meneliti reaksi si anak terhadap berbagai situasi. Misalnya, orang asing masuk ke ruangan, si anak ditinggal berdua dengan orang asing, dan reaksi anak saat ibunya kembali. Karya Ainsworth kemudian berdampak masih terhadap cara kita memahami kelekatan, dan bagaimana pengaruh jenis kelekatan terhadap perilaku anak di masa depan.
6. Helene Deutsch : Psikoanalis Perempuan Pertama
Pada awalnya, ilmu psikologi, terutama psikoanalisa, merupakan ilmu yang fokus pada manusia secara umum. Namun paradigma itu sedikit berubah setelah Helene Deutsch memfokuskan diri sebagai psikoanalis khusus perempuan.
Helene Deutsch adalah seorang Polandia, yang merupakan murid Freud. Karena kecerdasannya, Deutsch kemudian diangkat sebagai asisten oleh Freud. Pada 1925, Deutsch menjadi psikoanalis pertama yang merilis buku tentang ilmu psikologi perempuan. Karya karya Deutsch mendapat pengakuan oleh Freud, bahkan membuat Freud “gatal” untuk ikut menulis tentang psikoanalisa perempuan.
7. Mary Whiton Calkins : Perempuan Pertama yang Menjadi Presiden APA
Mary Whiton Calkins adalah perempuan pertama yang menjabat sebagai presiden di American Psychological Association (APA). Yang unik, Calkins mengawali karir sebagai pengajar Bahasa Yunani. Calkins melakukannya selama tiga tahun sebelum kemudian ditawari posisi mengajar ilmu psikologi.
Mengajar ilmu psikologi adalah peluang menarik, tapi ada sedikit hambatan: ia harus belajar ilmu psikologi dulu. Belajar ilmu psikologi saat itu cukup sulit karena program studinya masih jarang dan perempuan jarang diterima.
Untungnya, Calkins diberi kesempatan oleh sang legend William James untuk ikut kuliah di Harvard. Masalah belum berhenti, karena pihak kampus menolak memasukkan Calkins sebagai mahasiswa. Setelah negosiasi yang alot, Calkins boleh ikut pelajaran William James, Josiah Royce, dan Edmund Sanford, namun tidak dianggap sebagai mahasiswa resmi Harvard.
Calkins adalah perempuan yang cemerlang. Selesai dari Harvard, ia menulis beberapa penelitian. Penelitian penelitiannya cukup revolusioner di zamannya, seperti self psychology dan metode asosiasi berpasangan. Karya karyanya ini membuat Calkins kemudian menjabat presiden di APA selama satu periode di 1918.
8. Leta Stetter Hollingworth : Menolak Perempuan Dianggap Remeh
Orang ilmu psikologi pasti tidak asing dengan nama Edward Thorndike. Nah, salah satu murid Thorndike, Leta Stetter Hollingworth, adalah salah satu yang menonjol. Namanya mulai dikenal setelah melakukan penelitian tentang inteligensi dan anak anak gifted. Namun, yang membuat dia dicintai kaum hawa adalah salah satu penelitiannya yang mendobrak stigma.
Jadi, pada masa itu, ada opini bahwa kecerdasan perempuan akan berkurang saat mereka mengalami menstruasi. Hollingworth menantang asumsi itu dengan penelitiannya. Dalam risetnya, ditemukan bahwa perempuan punya kecerdasan yang setara dengan laki laki, tidak peduli sedang menstruasi atau nggak.
Perlu diingat, meski ilmu psikologi sejak awal menganut kesetaraan gender, di kehidupan masyarakat stigma kesenjangan itu masih ada. Ini membuat penelitian Hollingworth mendapat banyak rintangan. Namun, keberanian Hollingworth pada akhirnya diapresiasi tidak hanya oleh perempuan, namun juga oleh para lelaki.
9. Melanie Klein : Penemu Terapi Bermain untuk Anak
Terapi bermain adalah teknik yang populer untuk membantu anak mengekpresikan perasaannya melalui cara yang menyenangkan. Adalah nama Melanie Klein yang membuat semua ini mungkin. Klein adalah psikoanalis yang fokus pada anak. Ia mengobservasi anak, dan menganggap bermain adalah cara utama anak dalam membantu berkomunikasi.
Perlu diketahui bahwa fokus psikoanalisa saat itu adalah mencari cara membongkar perasaan alam bawah sadar, kecemasan, dan pengalaman di masa lalu. Dalam psikoanalisa, metode yang sering dipakai adalah asosiasi bebas.
Asosiasi bebas memang bagus. Seseorang disuruh duduk dan mengungkapkan apapun yang ada di pikirannya. Metode ini efektif, namun menurut Klein tidak untuk anak. Akhirnya, Klein menggunakan terapi bermain untuk menganalisa klien anak anak.
Karya Klein ini mendapat tentangan dari Anna Freud, yang meyakini anak nggak bisa dianalisa. Namun Klein berpendapat, analisa sejak kecil boleh dilakukan, untuk meneliti dampak kecemasan terhadap perkembangan ego dan superego pada anak.
10. Margaret Floy Washburn : Perempuan Peraih Gelar Ph.D Pertama di Ilmu psikologi
Ia merupakan murid Edward B. Tichener. Seperti perempuan perempuan lainnya, karya Washburn mendapat tantangan tersendiri dari pihak akademisi karena masalah gender. Namun ia tetap menjadi peneliti, pengajar, dan penulis yang dihormati.
Fokus penelitian Washburn adalah area kognisi binatang dan proses fisiologis. Washburn kemudian menancapkan pengaruhnya di ilmu psikologi komparatif, dan mengembangkan teori yang menyatakan efek gerak tubuh terhadap pikiran.
11. Christine Ladd Franklin : Psikolog sekaligus Feminis
Memiliki ibu dan bibi seorang aktivis, mempengaruhi perempuan yang satu ini. Christine Ladd Franklin muncul sebagai aktivis melalui jalannya sebagai psikolog. Darah panas dan semangatnya membuat ia menanjak dengan cepat di ilmu psikologi. Bahkan, pengalaman sering dihambat karena gender membuat ia menuntut pihak akademisi untuk memberikan hak hak perempuan.
Ladd Franklin menekuni banyak bidang: ilmu psikologi, matematika, fisika, dan astronomi. Ia pernah pula memprotes Edward Titchener, psikolog terkenal masa itu, karena tidak membolehkan perempuan terlibat dalam penelitiannya. Kini namanya dikenang karena karya karyanya dan pengaruhnya yang menyuarakan kesetaraan gender.
NAH! Demikian tadi perempuan perempuan yang berjasa di bidang ilmu psikologi. Semoga ke depannya perempuan mendapat respek yang lebih. Tidak hanya di bidang ilmu psikologi, namun juga di berbagai sektor kehidupan. Sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.