Home » Ilmu Psikologi » 10 Pengaruh Kritik Terhadap Kesehatan Mental

10 Pengaruh Kritik Terhadap Kesehatan Mental

by Arby Suharyanto

Pengertian Kritik adalah sebagai celaan atau kecaman atas suatu keadaan, perilaku, atau yang kita anggap menyimpang dan tidak benar. Misalnya, kondisi jalan yang selalu macet. Oleh karena itu, kita mengkritiknya sebagai kecaman atas ketidak disiplinan para pengguna jalan.

Kritik dapat pula bermakna tanggapan atau pertimbangan atas baik atau buruknya suatu karya, contohnya puisi, cerpen, atau pementasan drama. Kritik jenis ini biasanya disertai dengan analisis dan kesimpulan. Baca juga mengenai : cara menghadapi kritikan dari orang lain

Dalam mengkritik sesuatu perlunya mengetahui cara-caranya agar kritik tersebut berkualitas tidak semata-mata karna kebencian dan tidak melenceng dari pembahasan, Untuk mengetahui cara-cara mengkritik yang berkualitas, baik dan sopan mari kita lihat pembahasannya seperti yang ada dibawah ini, Baca juga mengenai : teori etika dalam psikologi

  • Kritik disampaikan untuk memperbaiki pendapat atau perilaku seseorang dan bukan didasarkan atas kebencian terhadap orangnya. 
  • Sertakan alasan dan bukti-bukti yang kaut serta meyakinkan sehingga orang itu menyadari kesalahannya. 
  • Berbicaralah dengan efektif. Inti permasalahan harus bisa ditangkap dengan mudah oleh orang yang kita kritik Baca juga mengenai : teori persepsi
  • Pilihlah kata-kata yang tidak menyinggung perasaan. Jadi, carilah kata-kata yang sopan dan bijaksana, tetapi tetap tidak mengurangi esensi kritiknya,

Kenapa harus melakukan cara di atas? sebab kritik dapat berpengaruh pada mental dan jiwa seseorang, yang juga berpengaruh pada pikiran, semangat, dan masa depannya, berikut 10 Pengaruh Kritik Terhadap Kesehatan Mental sebagai wawasan agar kita semua berhati hati dalam mengkritik, yakni kritik yang bermakna dan cerdas, bukan yang menghina atau menyalahkan. Baca juga mengenai : jenis jenis agresivitas

1. Membuat kecil hati

Individu, dengan rentang usia 1 tahun hingga ia beranjak dewasa, biasanya menjadi salah satu objek kritikan favorit Orang tuanya. Umumnya, kritikan terhadap si individu akan disertai ancaman atau pemberian hukuman yang justru akan membuat individu Anda lebih suka menarik diri dan menjadi serba-rahasia, tak lagi terbuka terhadap Orang tuanya.  Baca juga mengenai : pengaruh warna terhadap psikologi manusia

Banyak dari Anda yang tidak sadar bahwa kata-kata layaknya “Kenapa kamu keluar rumah sampai malam, kayak individu nggak bener,” dan “Kalau kamu bolos sekolah lagi, Ibu nggak bakal kasih kamu uang jajan seminggu,”, justru akan membuat individu takut untuk bercerita mengenai hal-hal dan penyebab ia berbuat seperti itu. Sikap yang seperti ini, justru akan menyulitkan Anda dalam mendidiknya lebih lanjut.

Kebanyakan Orang tua mengkritik tindakan individu hanya karena tindakan tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka anggap benar. Hal ini tidak baik, karena tanpa kritikan terus-menerus, sebetulnya seorang individu selalu ingin berkembang dan berbuat yang terbaik.

Hanya saja, terkadang kritikan dalam cara yang salah justru menghalangi dan membuat mereka jadi kecil hati. Jadi, meskipun Anda selalu berpikir bahwa kritikan Anda bertujuan baik dan membangun, namun percayalah, mendengarkan keluhan dan kisah si individu serta memberikan saran padanya merupakan solusi yang jauh lebih baik.

2. Tertekan

Berbeda dengan kepercayaan akan “kritik yang membangun”, dampak kritikan terhadap orang dewasa justru seringkali bersifat negatif. Sejatinya, hal ini tergantung pada si pemberi kritik sendiri, dan bagaimana caranya menyampaikan kritikan tersebut.

Kebanyakan kritikan dalam dunia orang dewasa disampaikan antara rekan kerja, atau di antara pasangan (laki-laki dan wanita). Dalam hal ini, sebagian besar pihak pemberi kritikan menerapkan cara yang salah dalam menyampaikannya, dan justru menunggu terlalu lama untuk menyampaikan kritik sehingga justru penyampaiannya dibarengi emosi sehingga membuat tertekan.

3. Menimbulkan perselisihan

Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam Journal of Applied Psychology, dijelaskan bahwa sebuah eksperimen dilakukan untuk menguji dampak kritikan terhadap beberapa orang (sampel). Hasilnya menunjukkan bahwa cara penyampaian kritikan yang salah dari atasan kepada rekan kerjanya, justru menyebabkan konflik di tempat kerja, timbulnya ketidakpercayaan, dan perselisihan kekuasaan.

4. Mengurangi rasa semangat

Dalam studi lainnya, yang juga bertujuan untuk menguji reaksi orang terhadap kritik, ditemukan bahwa mereka yang menerima kritik keras justru menjadi tidak ingin bekerja lebih baik. Orang-orang ini justru cenderung ingin menghindari si pemberi kritik, dan menjadi malas untuk bekerja sama dengannya di kemudian hari. Hal ini terkait dengan kritik keras yang diberikan dengan cara yang salah dan hanya fokus pada kesalahan personal, sehingga orang yang dikritik justru menjadi lebih malas dalam melakukan pekerjaan mereka.

5. Terpacu menjadi lebih baik jika disampaikan dengan baik

Sebaliknya, terdapat dampak kritikan terhadap orang dewasa dalam jenis kritik yang berbeda. Kritik jenis ini, yang disampaikan tanpa emosi, dijelaskan secara spesifik dan tepat, serta menggunakan penuh perhatian, justru bisa membuat seseorang terpacu untuk bekerja lebih baik.

6. Menjadi cuek atau mengabaikan

Sebuah studi yang dilakukan oleh Binghamton University di New York, mengamati 87 individu dan Orang tuanya untuk mengetahui bagaimana reaksi individu saat mereka dikritik oleh Orang tuanya. Para Orang tua diminta untuk memberi kritikan pada individu selama lima menit. Kemudian, individu-individu diminta untuk menyebutkan emosi mana yang ia kenali dari ekspresi Orang tuanya.

Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang terlalu sering mendapat kritikan pedas malah tidak begitu peka dalam menilai ekspresi wajah Orang tuanya. Fenomena ini disebut dengan bias perhatian, yaitu kecenderungan untuk memperhatikan beberapa hal sambil mengabaikan yang lain.

7. Semakin tidak peduli

Seorang ahli terapi di Port St. Lucie, Florida menjelaskan bahwa semakin banyak respon yang diterima amigdala bagian otak yang mengolah emosi terhadap ekspresi wajah, membuat seseorang semakin ingin mengabaikannya. “Orang tua bisa frustasi dan terus memberikan kritik karena individu menunjukkan bias perhatian”.

Sederhananya begini, tidak ada orang yang suka dikritik dan disalahkan. Apalagi dengan nada yang pedas dan wajah Orang tua yang galak. Begitu juga dengan individu-individu. Perasaan dikritik habis-habisan tentu sungguh tidak mengenakkan. Karena itu, individu-individu yang sering dikritik pedas oleh Orang tuanya secara tidak sadar malah mengabaikan kata-kata dan ekspresi marah Orang tuanya tersebut.

8. Memusatkan perhatian pada yang lain

Ini wajar dilakukan siapa saja, tak terkecuali individu-individu, dalam usaha mempertahankan diri dari rasa takut atau marah. Mereka lebih memilih untuk memusatkan perhatian pada hal lain, misalnya menunduk dan menatap kakinya sendiri. Dengan begitu, mereka tidak perlu merasakan betapa sakit dan malunya dikritik habis-habisan oleh Orang tua.

Jadi, semakin sering individu diberi kritikan, semakin besar kemungkinan ia tidak akan mendengarkan kritikan tersebut. Orang tua yang merasa diabaikan pun jadi makin pedas mengkritik dan memarahi individu.

9. Sulit mengenali emosi

Dalam jangka panjang, bias perhatian yang ditunjukkan individu ditambah dengan kritikan Orang tua yang berlebihan bisa membuat individu kesulitan untuk mengenali emosi dari ekspresi wajah orang lain. Ini karena mereka sudah terbiasa (secara tidak sengaja) untuk tak mengacuhkan emosi orang lain. Padahal, kemampuan untuk mengenali emosi sangat penting bagi individu untuk mengekspresikan emosinya sendiri dan juga untuk berkomunikasi dengan orang lain.

10. Terkena gangguan kecemasan

Selain perkembangan emosional yang terganggu, kesehatan mental individu juga bisa terganggu jika Orang tua terlalu kasar dalam mengkritik individu. Pola asuh individu seperti ini menurut Greg Hajcak Proudfit, psikolog di Stony Brook University mungkin saja membuat individu jera. Namun, bisa juga membuat individu terkena gangguan kecemasan.

Semoga bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like