Home » Gangguan Psikologi » Fobia » Panophobia: Pengertian – Gejala dan Cara Mengatasinya

Panophobia: Pengertian – Gejala dan Cara Mengatasinya

by Lintang Ega

Apa itu Panophobia?

Phanophobia adalah salah satu jenis phobia yang paling ditakuti karena memiliki rasa takut terhadap semua hal.  Ketakutan dalam hidup merupakan sesuatu yang wajar dan pasti dirasakan oleh sebagian orang. tetapi bila rasa takut ini ini muncul terlalu berlebihan dan mengganggu aktivitas sehari-hari dikarenakan ketakutan ini berada di semua aspek dalam kehidupan maka hal ini dapat menyebabkan kesulitan bagi penderitanya.

Ketakutan yang umum terjadi biasanya berupa rasa takut pada ketinggian, darah, suntikan, berbicara di depan umum, pesawat terbang, laut, kilat dan sebagainya. Tetapi apabila semua rasa takut ini dirasakan dalam satu waktu atau oleh satu orang, maka dapat menyebabkan penderitanya mengalami kecemasan dan ketakutan berlebih.

Secara sederhana, orang-orang panophobia akan menghindari semua kemungkinan ketakutan yang menyebabkan rangsangan yang menakutkan bagi mereka. Panophobia agaknya dikatakan mirip dengan Generalized Anxiety Disorder (GAD) sebab seseorang menjadi cemas terhadap hampir disegala hal. Seseorang penderita Panophobia akan menghindari pergi ake tempat-tempat ramai, merasa gugup ketika berbicara dengan orang, bahkan memungkin untuk mereka melarikan diri ketika menghadapi huja, kegelapan, atau kesepian.

Gangguan lain yang dikatakan mirip dengan Panobhobia adalah Skizofrenia, dimana rasa takut ini dapat muncul pada mereka dengan berlalunya waktu pada pasien yang mengalami kerusakan dengan tingkat agitasi tinggi.

Gejala Orang yang Memiliki Panophobia

Beberapa gejala yang dialami oleh seseorang yang menderita panophobia adalah:

  • Keinginan untuk melarikan diri
  • Ketakutan yang intens terhadap suara yang keras, hujan, gelap, keramaian, kesepian, atau lainnya. (Kecemasan berlebih saat terkena rangsangan ketakutannya atau saat sedang memikirkan tentang segala rangsangan ketakutannya itu tadi)
  • Keringat yang berlebihan
  • Ketidakmampuan mengolah rasa cemas
  • Sesak napas
  • Detak jantung yang tak teratur dan cenderun berdetak lebih cepat /jantung berdebar
  • Mual atau pusing
  • Serangan panik
  • Pingsan
  • Perubahan suasana hati yang patah setelah mendengar suara keras
  • Tegang otot
  • Tremor
  • Migrain
  • Insomnia
  • Menangis/berteriak.

Ketakutan terhadap banyak hal ini sebenarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi biasanya hal ini berawal dari sebuah rasa takut akan satu hal yang terlalu berlebih sehingga mempengaruhi pikiran penderitanya untuk semakin banyak mengkhawatirkan banyak hal.

Rasa takut ini biasanya tidak diturunkan secara genetis akan tetapi pola asuh dapat mempengaruhi hal ini. Traumatis masa lalu juga menjadi salah satu penyebab adanya kecemasan berlebih terhadap banyak hal ini. Rantai sebab dan akibat bisa menjadi alasan mengapa Panophobia bisa terjadi.

Misalnya saja seseorang yang takut akan hujan. Kemudian ketika hujan datang bersam akilat dan guntur ia semakin merasa takut. Kemudian hal ini bisa memicu ketakutannya terhadap kilat juga. Dikemudian hari, ia dapat dengan cemas dan mengalami kepanikan luar biasa ketika mendengar sesuatu yang menyerupai suara guntur. Karena ketakutannya akan hujan yang segera turun dan guntur yang memperburuk kondisi ini.

Cara Mengatasi Panophobia

Apabila gejala-gejala di atas telah merusak kesehatan dan menggangu aktivitas kita dalam jangka waktu yang lumayan lama (sekitar enam bulan) maka kita dirasa perlu untuk mengkonsultasikan hal ini kepada ahlinya guna memperoleh penanganan dan pengobatan tertentu. Hidup dalam rasa takut yang berlebih dan selalu cemas akan segala hal pastilah sangat mengganggu siapa saja. Tak hanya penderita,tetapi juga orang sekitar kita.

Dalam menyembuhkan ketakutan akan segala hal ini bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena terdapat beberapa rantai ketakutan yang dialami. Tetapi hal ini tidak berarti mengatakan bahwa ketakutan seperti ini tidak dapat disembuhkan. Kita dapat melakukan Cognitive-Behavioral Theraphy (CBT), Exposure Theraphy, Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), Dialectical Behavior Theraphy (DBT), Yoga/Meditasi, atau terapi menggunakan obat tertentu.

Salah satu teknik yang paling sering dan dikatakan efektif dalam pengobatan Panophobia adalah Desentisasi Sistematis. Strategi ini paling banyak digunakan dan diciptakan oleh Wolpe pada tahun 1958. Hal ini bertujuan untuk mengurangi respons kecemasan yang dihasilkan oleh paparan objek atau situasi yang merangsang rasa tkut penderitanya. Dengan menghilangkan respons penghindaran atau pelarian inilah Panophobia akan lama-lama menghilang.

Terapi ini didasarkan pada penerapan respon yang tidak sesuai dengan ketakutan pada saat ketakutan itu muncul untuk mencegahnyaberkembang. Kemudian penderita akan di relaksasi untuk melatih respon yang sesuai dengan situasi yang seharusnya.

Ketakutan-ketakutan yang dialami ini dibuat daftar dengan segala sesuatu yang menyebabkan ketakutan ini muncul. Kemudian terapis akan melakukan pengawasan secara bertahap dengan diekspos pada setiap ketakutannya. Dimulai dengan ketakutan yang dirasa paling ringan hinggayang terberat.

Terapi kebiasaan kognitif atau CBT juga merupakan salah satu yang sering digunakan. terapi ini berdasarkan pada apa yang orang tersebut katakan atau pikirkan itu tidak sepenting atau sebenar apa yang mereka Yakini sebelumnya. Jika keyakinan tidak rasional atau terdistorsi, ini menyebabkan orang tersebut mengembangkan gangguan seperti ketakutan irasional. Sama seperti seseorang yang telah belajar untuk mengubah kenyataan dan memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap objek yang seharusnya tidak menghasilkannya, ia dapat belajar untuk berhenti memiliki rasa takut itu jika hal itu didiskusikan dan mempertanyakan keyakinan yang telah membuatnya memilikinya.

Nah mungkin pembahasan Panophobia kali ini cukup segini dulu ya teman-teman. Apapun kecemasan kalian bila itu dirasa terlalu menggangu aktivitas dan membuat teman-teman merasa takut yang berlebihan hingga mempengaruhi kesehatan, ada baiknya segera dikonsultasikan dengan dokter atau ahlinya ya.

You may also like