Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Kepribadian » 8 Konsep Epigenesis dalam Psikologi Kepribadian

8 Konsep Epigenesis dalam Psikologi Kepribadian

by Barzam

Konsep epigenesis dalam psikologi kepribadian mungkin terasa kurang familiar. Namun apabila kita menelisik lebih jauh lagi, rupanya epigenesis ini hanya istilah yang “dipinjam” dari bidang embriologi oleh tokoh psikolog terkenal Erik Erikson. Teori psikososial Erikson mengembangkan konsep psikoanalisa milik Freud, dimana psikoseksual yang sifatnya biologis bersifat epigenesis. Ini artinya psikososial untuk berkembang membutuhkan stimulus khusus dari lingkungan sosial.

Perkembangan ego diibaratkan layaknya embrio yang berkembang tidak dari sel telur atau sel sperma begitu saja, namun berkembang secara bertahap dengan pembentukan bagian-bagian baru secara berturut-turut. Ringkasnya, konsep epigenesis ini menjabarkan setiap perubahan dalam suatu organisme yang dipengaruhi oleh faktor di luar genetisnya. (Baca juga: teori psikologi kepribadian)

Erikson mampu menjabarkan konsep epigenesis ini ke dalam teori psikologi perkembangan. Ia membagi tahap tugas perkembangan seorang individu ke dalam delapan fase. Ini merupakan pengembangan teori psikoseksual milik Freud, dimana teori tugas perkembangan Erikson benar-benar populer. Konsep ini mungkin sudah sangat sering kita temui. Berikut ini adalah gambaran dari teori tugas perkembangan individu menurut Erikson sesuai dengan fase-fasenya.

  1. Tahap Bayi (Trust vs Mistrust)

Pada tahap perkembangan usia bayi, ada tahap psikososial yang disebut sebagai trust vs mistrust. Ini artinya, seorang bayi yang berhasil melalui tugas perkembangannya dengan baik ia bisa memiliki karakter yang percaya pada saat dewasa nantinya. Bila tugas perkembangannya ini tidak berkembang dengan baik, maka ia bisa menjadi pribadi yang mungkin mudah curiga kepada orang lain. Ini adalah awal mula dari perkembangan individu.

  1. Usia Anak (Autonomy vs Doubt & Shame)

Memasuki rentang usia anak, tahapan psikososial selanjutnya adalah autonomy vs doubt and shame. Di sini seorang anak memiliki tugas perkembangan dimana ia akan mulai mengalami situasi-situasi yang menuntut otonomi dalam melakukan pilihan bebas. Seorang anak yang sering dilarang melakukan sesuatu mungkin akan cenderung kurang percaya diri dan mudah malu dibandingkan anak yang dibiarkan bermain tetapi belajar dengan kesalahannya. Tahap perkembangan emosi anak dimulai di sini.

  1. Usia Pra-sekolah (Initiative vs Guilt)

Di masa ini, tugas perkembangan seorang anak biasanya mencakup proses ia bermain. Biasanya di sini anak akan suka meniru peran dari orang lain. Anak yang tidak mendapatkan figur yang tepat pada tahap ini bisa saja menjadi kehilangan inisiatif dan perkembangannya di masa dewasa nanti akan cenderung mengalami masalah yang terkait dengan peran dan identitasnya. Pengaruh dari lingkungan akan sangat terasa di sini.

  1. Usia Sekolah (Industry vs Inferiority)

Usia sekolah dijabarkan dalam konsep epigenesis dalam psikologi kepribadian sebagai tahap psikosial dimana individu pada usia ini biasanya akan banyak sekali menghasilkan karya. Karya-karya di usia sekolah ini akan menghasilkan rasa kepercayaan diri dan membentuk pribadi yang karakternya kuat. Bila karya tersebut tidak didukung, seorang anak mungkin cenderung menjadi lebih tidak percaya diri dan memutuskan untuk merasa lebih rendah dibandingkan yang lainnya.

  1. Usia Remaja (Identity vs Role Confusion)

Usia remaja adalah masa-masa pencarian jati diri. Seorang remaja akan mulai mencari identitas dirinya dan di tahap ini lingkungan kembali sangat berpengaruh. Bila seorang remaja mampu menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik, ia bisa menemukan jati dirinya dan melanjutkan tugas perkembangannya yang lain.

  1. Usia Dewasa Awal (Intimacy vs Isolation)

Di usia dewasa awal, tugas perkembangan yang ada lebih berfokus pada usaha-usaha untuk menyatukan identitasnya dengan orang lain. Seseorang mulai mengenal ketertarikan pada orang lain. Apabila keintiman atau kedekatan ini berhasil, maka ia akan melanjutkan tugas perkembangan di tahap selanjutnya. Namun demikian, kegagalan dalam proses ketertarikan pada orang lain ini bisa menyebabkan ia dirundung masalah isolasi. Yakni sikap yang menutup akses terhadap keberadaan orang lain.

  1. Usia Dewasa (Generativity vs Stagnancy)

Usia dewasa akan lebih menitikberatkan pada tugas perkembangan dimana adanya perhatian lebih terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk, ide dan lain sebagainya. Di sini biasanya akan terlihat peran orang tua yang akan mendidik anak-anaknya, mengajarkan banyak hal tentang pendidikan dan lain sebagainya. Manakala ini tidak terlaksana, seorang individu mungkin akan berada pada status yang stagnan dan tidak peduli dengan berbagai macam hal.

  1. Usia Tua (Integrity vs Despair)

Tahap terakhir yaitu pada usia tua. Di sini seorang individu akan memiliki integritas dengan banyak pengalaman hidup yang dimilikinya. Tugas yang ada biasanya penerimaan tentang kualitas hidup yang didapatnya. Saat ini tidak tercapai, maka bisa timbul sikap putus asa dimana terjadi penolakan atau ketidakpercayaan bahwa semuanya sudah terlambat untuk dicapai.

Konsep epigenesis sebenarnya lebih menitikberatkan pada konsep ego yang baru. Kita bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan membaca lebih banyak lagi teori oleh Erikson (baca juga: teori perkembangan anak menurut para ahli). Yang jelas, beragam tugas psikologi perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson tersebut benar-benar cukup menggambarkan bagaimana konsep epigenesis dalam psikologi kepribadian diterapkan.

You may also like