Home » Ilmu Psikologi » 10 Kelainan Psikologi yang Seringkai Disalah Artikan

10 Kelainan Psikologi yang Seringkai Disalah Artikan

by Arby Suharyanto

Psikologi kaya dengan istilah-istilah yang ajaib. Beberapa terdengar menakutkan seperti psikopat, kepribadian ganda, depresi, bdsm, dan lain sebagainya. Masalahnya, ada beberapa istilah psikologi yang salah tafsir, yang akhirnya dipake buat memberi label ke diri sendiri ataupun orang lain. Apa aja sih? Berikut 10 Kelainan Psikologi yang Seringkai Disalah Artikan.

1. Suka Minjem Tanpa Ngomong = Kleptomania

Ada orang-orang yang punya kebiasaan minjem barang tanpa ngomong. Asal nyomot kemudian nggak ngembaliin. Itu emang kebiasaan yang nyebelin, tapi bukan berarti klepto. Lagian dia minjemnya karena butuh kan? Bukan karena dia pengen punya atau apa. Baca juga mengenai : pentingnya olahraga untuk kesehatan mental

Kalo kleptomania, mereka punya kebiasaan ngambil barang secara reflek. Nggak dipikir, nggak butuh, dan nggak pengen juga. Jadi langsung ngambil gitu aja. Nah, ini baru bisa disebut klepto. Kalo suka nyolong, apa bisa disebut klepto? Ya belum tentu juga. Diliat lagi dia butuh atau pengen nggak. Kalo misal dia nyuri karena dia pengen barang itu, namanya bukan klepto. Baca juga mengenai : dampak prostitusi bagi kesehatan mental wanita

2. Suka Bohong = Lying Disorder

Ada orang yang seneng ngarang-ngarang cerita. Alias kalo cerita, seolah-olah cerita itu dia alami, padahal dia bikin-bikin sendiri. Itu lying disorder bukan?Jawabannya adalah bukan. Eh, belum tentu ding. Baca juga mengenai : alasan tidak boleh mengabaikan gangguan mental

Diliat lagi, dia ngarang-ngarang cerita buat apa sih. Apakah dia melakukannya buat menutupi kebenaran? Apakah dia melakukannya supaya keliatan bagus/keren? Apakah karena pengen bikin orang terkesan sama dia? Apakah dia masih bisa berkata jujur untuk hal-hal kecil? Baca juga mengenai : alasan pentingnya keluarga dalam menjaga kesehatan mental

Kalo iya, itu namanya bukan lying disorder. Seseorang baru bisa dikatakan lying disorder ketika dia bohong secara reflek untuk semua hal, bahkan untuk hal kecil sekalipun. Misalnya ditanya udah makan belum, dia jawab udah padahal belum. Ditanya ke sini naik apa, jawabnya naik gojek padahal bawa kendaraan sendiri. Baca juga mengenai : alasan kenapa bernostalgia bisa menyehatkan mental

Orang baru bisa disebut lying disorder kalo dia bohong bahkan untuk sesuatu yang nggak memberi manfaat. Intinya sih, suka bohong belum tentu lying disorder.

3. Jarang Keluar Rumah = Antisosial

Ini juga salah satu istilah yang salah pake. Antisosial bukan berarti nggak suka bersosialisasi. Seseorang baru bisa dibilang antisosial kalo dia seneng ngelakuin sesuatu yang ngerusak fasilitas umum, bertengkar sama orang lain, dan nggak bisa ngobrol biasa sama siapapun. Maunya berantem aja.

Jadi kalo misalkan kamu/orang yang kamu kenal jarang keluar rumah, tapi masih bisa akur sama orang, masih punya temen, itu namanya bukan antisosial. Itu namanya males keluar rumah.

4. Pendiam = Introvert

Intinya gini ya: pendiam atau nggak tidaklah menentukan seseorang introvert atau nggak. Kecenderungan introvert paling gampang diliat dari berapa lama kamu tahan nongkrong sama temen. Misalnya kamu nongkrong sama temen. Apakah selang beberapa jam kamu jenuh, mulai mainan hape, dan pengen pulang? Ini namanya kecenderungan introvert. Atau kamu malah makin semangat dan gak pengen berakhir? Ini cenderung ekstrovert.

5. Mood naik turun = Bipolar

Misalnya kamu sekarang hepi, seneng. Setengah jam kemudian, kamu berasa agak bete. Terutama saat kamu lagi ngerjain sesuatu. Saat kamu berusaha serius ngerjain sesuatu, kamu jadi terkenang sesuatu yang jelek atau membayangin sesuatu yang negatif. Apakah ini namanya bipolar? Bukan.

Salah satu ciri bipolar memang mood yang naik turun, tapi perubahan ini cepat sekali, bahkan bisa bersamaan. Kamu bisa aja seneng tapi depresi. Kamu juga nggak ngerasain capek. Kamu nggak ngerasa butuh tidur. Hayo, kamu udah gitu belum? Kalo belum, berarti kamu nggak mengalami bipolar. Terus kalo misalnya mood naik turun, namanya apa dong?

Ya coba renungin kamu lagi ada masalah atau nggak. Biasanya masalah lama yang belum selesai, urusan masa lalu yang belum dimaafkan atau kerjaan yang ditunda-tunda, bisa membekas di pikiranmu dan bikin kamu gelisah. Alam sadarmu mungkin lupa, tapi alam bawah sadarmu masih inget.

Terus juga mood naik turun bisa terjadi karena kurangnya konsentrasi saat ngerjain sesuatu. Pikiran kita kalo dibiarin ngelamun biasanya ujung-ujungnya mikir jelek. Jadi kurang-kurangin ngelamun yes.

6. Suka Mendendam = Psikopat

Saya pernah ditanya gini: “Saya ini kadang suka memendam dendam ke orang lain. Kalo marah kadang-kadang membayangkan ingin membunuh orang itu. Apakah ini namanya psikopat?” Psikopat adalah istilah yang sering juga disalahartikan, nggak hanya sama orang-orang, tapi juga sama media.

Kalo kamu masih bisa merasakan emosi (bisa sayang sama orang, bisa jatuh cinta, bisa jengkel, bisa sedih), dan masih ada orang yang kamu peduliin, berarti kamu bukan psikopat. Kalo orang psikopat, dia udah nggak ada emosi.

Bisa dibilang dia nggak peduli sama orang lain, nggak bisa merasakan emosi orang lain, dan nggak bisa jatuh cinta juga.

7. Agak Aneh = Autis

Agak aneh dikit nyebutnya autis. Agak lemot dikit dipanggil autis. Jangan gitu. Candaan pake istilah autisme adalah candaan yang nggak sensitif, dan nggak berempati sama mereka yang mengalami atau punya kerabat autisme. Jangan becanda pake kata autis ya. Ledek-ledekan emang boleh, tapi nggak perlu menyinggung kan.

Lagian ciri-ciri utama autisme adalah sulitnya seseorang untuk melakukan kontak mata dengan orang lain, melakukan aktivitas tertentu yang berulang-ulang, dan kecenderungan untuk hidup di dalam dunianya sendiri. Kalo orang yang kamu anggap agak aneh nggak punya itu, ya jangan dibilang autis lah.

8. Bisa Ngerasain Makhluk Halus = Indigo

Saya ini kadang bisa merasakan keberadaan makhluk halus, apakah saya indigo?

Saya punya tahi lalat di bagian tertentu di tubuh, apakah saya indigo?

Sebelumnya marilah kita bicara sejenak tentang apa itu indigo.

Istilah indigo sendiri lahir dari sebutan tentang spektrum-spektrum aura yang ada di tubuh seseorang. Spektrum aura itu punya beberapa warna, dan warna indigo adalah salah satunya. Ketika warna indigo ini punya porsi paling besar di tubuh orang, maka katanya orang itu indigo.

Beberapa ciri-ciri indigo (katanya) adalah

  • Berempati, punya rasa ingin tahu
  • Dianggap aneh atau nggak biasa oleh orang sekitar
  • Sejak kecil punya tujuan yang jelas dalam hidup
  • Punya firasat gaib yang kuat
  • IQ-nya tinggi
  • Tidak suka diperintah oleh orang lain

Anggaplah kamu punya firasat gaib yang kuat dan nggak suka diperintah. Tapi kamu punya IQ tinggi (150> ) nggak? Apakah sejak kecil kamu punya tujuan yang jelas dan pasti, mau ngapain ke depannya? Kalo iya, ya mungkin aja kamu indigo. Tapi kalo nggak, ya udah berarti bukan.

Lagian PPDGJ maupun ICD X nggak punya definisi khusus tentang indigo. Belum ada pula penelitian yang membuktikan dengan jelas indigo itu ada atau nggak. Pihak akademis di psikologi bilang bahwa istilah indigo dan semacamnya hanyalah kedok bagi orangtua yang narsisistik dan gagal mengasuh anaknya.

9. Suka Berubah Pikiran = Kepribadian Ganda

Saya ini kadang suka berubah pikiran cepat sekali. Apakah saya punya kepribadian ganda? Kepribadian ganda beneran ada, namanya dissociative identity disorder atau multiple personality disorder. Ciri utama kepribadian ganda adalah, saat kamu berganti kepribadian, kesadaran kamu juga berganti. Perubahan ini bisa kontras banget.

Misalnya katakanlah di dalam dirimu ada dua kepribadian. Dua kepribadian ini punya dua nama yang berbeda lo. Bahkan cara dandannya beda, cara ngomongnya beda. Malah, bisa aja yang satu jijik sama rokok tapi yang satu lagi perokok berat.

Ketika kepribadian berubah, maka kesadarannya juga berubah. Misalnya di dalam dirimu ada Chusnul, terus satu lagi ada Ningsih. Kalo Ningsih lagi “bangun”,  Chusnul nggak sadar apa yang terjadi. Bisa aja mendadak Chusnul bangun, terus kaget kok tiba-tiba dia ada di mall.

10. Stres Dikit = Depresi

Depresi juga salah satu istilah yang sering salah pake. Baru stres dikit gara-gara skripsi dicoret dosen, nyebutnya depresi. Baru juga ngeliat mantan nikah padahal baru dua bulan putus, nyebutnya depresi. Padahal depresi sebenernya jauh lebih parah dari sekedar stres.

Ciri utama depresi memang mirip sama stres. Misalnya, susah konsentrasi dan nggak bisa tidur. Tapi depresi punya ciri lain seperti:

  • Nggak bisa makan atau justru makan berlebih
  • Sedih yang selalu ada bahkan tanpa alasan
  • Keinginan bunuh diri yang berulang dalam rentang waktu lama
  • Nggak tertarik ngapa-ngapain
  • Lemes
  • Susah konsentrasi
  • Nggak pede
  • Gerakan lamban (kalo biasanya emang lelet, lebih lamban dari biasanya)
  • Suka nyalah-nyalahin diri sendiri yang berlebih
  • Lebih gampang tersinggung dari biasanya

Depresi punya tingkatan, dan baru disebut depresi bila:

  • Punya empat gejala lebih
  • Gejala harus terjadi selama sebulan lebih dan semua gejala harus terjadi bersama setiap hari

Kalo misalnya kamu punya beberapa gejala, tapi nggak sampe empat, itu namanya belum depresi, tapi udah termasuk stres. Walaupun gitu, tetep konsultasi sama psikolog atau orang terdekatmu ya. Walaupun katakanlah kamu ngerasa belum depresi, please ceritain itu sama orang lain. Kalo emang orang di sekitar kamu nggak peduli, carilah ahli. Minimal cari yayasan terkait depresi yang mau ngebantu kamu dalam menangani kegelisahan kamu.

Nah! Itu tadi 10 istilah psikologi yang sering salah pake. Istilah-istilah di psikologi diciptakan bukan untuk melabeli diri sendiri apalagi orang lain. Please hati-hati dalam menyebut orang memiliki kelainan atau gangguan tertentu.

Ngasi label ke orang lain, apalagi ke diri sendiri, adalah hal yang berbahaya. Apalagi kalo kamu nggak melakukan tindak lanjut apapun tentang itu. Misalnya kamu ngaku depresi, tapi kamu nggak mencari pertolongan dengan serius, then what’s the point? Apa poinnya?

Apalagi kalo istilah psikologi itu digunakan secara keliru. Bukankah ini nggak membawa manfaat, justru malah membuat gejalanya semakin memburuk? Makanya, kalo emang kamu menemukan seseorang memiliki sesuatu yang unik atau nggak biasa, jangan cepet-cepet ngejudge atau memberi dia label psikologis yang bukan-bukan.

Selalu anggap orang sebagai normal, dan anggap aja dia punya keunikan. Kalo emang mau memastikan, bawa dia ke psikolog untuk dilakukan diagnosa paling tepat. Itu cara yang paling aman dan paling bener. Dan please, ceritalah sama orang yang mau mendengarkan. Sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

You may also like